Mengisahkan seorang gadis desa rupawan, Ling Yi namanya, yang mendadak kehilangan kebahagiaannya akibat suatu bencana tak terduga.
Bukan karena musibah, melainkan karena peristiwa kebakaran yang di sengaja oleh pasukan jahat dari suatu organisasi rahasia.
Di saat bersamaan, Ling Yi juga menyadari bahwa ia memiliki suatu keistimewaan yang membuat dirinya kebal terhadap api.
Malam itu, kobaran api yang menyelimuti rumah mungilnya pun menjadi saksi bisu atas segala kepedihan, kesedihan, amarah, serta kebencian yang mengepul dalam tekadnya untuk membalaskan dendam.
"Aku bersumpah! Suatu hari nanti, akan ku habisi mereka semua dengan apiku sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SSERAPHIC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemimpin Malam Hitam
Seusai makan malam, Ling Yi pun meminta Xiao Feng dan Yan Cheng untuk datang ke perpustakaan terlebih dulu, sembari menunggu dirinya kembali dari mengantarkan sang ayah kembali ke kamar.
Kini, Xiao Feng dan Yan Cheng pun sudah duduk berhadapan di perpustakaan itu, menanti kedatangan Ling Yi, yang berniat ingin melanjutkan rencana berdiskusi mereka yang sebelumnya sempat tertunda.
Dan jika mereka sedang berdua saja, kalian tau, kan, apa yang akan terjadi selanjutnya?
"Apa?"-Xiao Feng
"Apa?"-Yan Cheng
"Apa?"
"Kau yang apa?"
"Kau yang apa?!"
Begitulah perdebatan yang sama yang lagi-lagi terulang.
Usai menghembuskan nafasnya panjang, dengan wajah datar, Xiao Feng pun memilih mengalah dan memulai lebih dulu untuk mengubah topik pembicaraan mereka.
"Kau- apa kau mengatakan sesuatu pada Ling Yi? Apa kau sudah menyatakan perasaanmu padanya di sini?" tanya Xiao Feng berterus terang, karena rasa penasaran yang terus mengganggu dalam pikirannya.
"Hm, tidak," sahut Yan Cheng tanpa basa-basi.
"Hm? Benarkah? Apa omonganmu itu bisa di pegang?" tanya Xiao Feng dingin.
"Ck! Terserah kau mau percaya atau tidak," sahut Yan Cheng lagi, sembari memalingkan pandangannya ke samping.
Xiao Feng pun di buat berpikir keras dengan tingkah pria itu, tentang apakah pria itu benar-benar jujur, atau malah sebaliknya.
"Kalau begitu, apa yang kau bicarakan dengannya tadi?"
Degg
Jantung Yan Cheng pun berdebar kencang, gelisah, khawatir nantinya rahasia hidup serta masa lalu kelamnya yang ia bagikan pada Ling Yi juga akan bocor dan sampai ke telinga Xiao Feng.
"I-itu... s-sebenarnya... aku..."
Ceklek!
Ling Yi tiba-tiba datang dan melangkah masuk mendekati meja mereka.
"Maaf, ya, sudah membuat kalian menunggu," ucap Ling Yi sambil tersenyum manis.
"Ah tidak, Ling Yi. Tidak masalah kok," sahut Xiao Feng yang seketika tersenyum, menyembunyikan aura sengit yang baru saja sempat terjadi antara dirinya dan juga Yan Cheng.
"Syukurlah... terima kasih, Ling Yi," batin Yan Cheng lega.
Ling Yi akhirnya sampai dan duduk di ujung meja, tepat di tengah-tengah antara Xiao Feng dan juga Yan Cheng. Segala macam rencana dan persoalan juga turut berputar di kepalanya, tak sabar ingin di tuangkan dan di keluarkan dari dalam sana.
Ling Yi pun kembali memasang wajah seriusnya, menapakkan kedua sikunya ke atas meja dengan kedua telapak tangan yang saling terpaut, dan memulai dengan melakukan kontak mata dengan Yan Cheng.
"Apa kamu... sudah merasa lebih baik?"
"Ah, iya. Aku sudah tidak apa-apa, lupakan saja soal itu,"
"Hm... baiklah,"
"Soal tadi siang, apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Kenapa Yan Cheng menutupinya dariku?" batin Xiao Feng bingung, dengan wajah seriusnya.
"Jadi, apa kemarin kamu berhasil menemukan sesuatu di ruang rahasia Malam Hitam? Tentang dokumen, dan semacamnya. Apa kamu masih mengingatnya?"
"Hm, tentu saja," sahut Yan Cheng yakin.
"Maaf aku belum sempat memberitahu kalian. Kemarin, aku berhasil menemukan banyak sekali dokumen-dokumen rahasia yang mereka sembunyikan di sana. Di dalamnya terdapat berbagai macam surat, peta-peta wilayah, hingga sketsa formasi pasukan milik mereka,"
"Namun, hal yang paling menarik perhatianku adalah, lukisan seorang pria berukuran cukup besar yang terpampang jelas di tembok, yang aku curigai adalah pemimpin Malam Hitam yang sebenarnya, orang yang di maksud oleh Zhang Hao,"
"Lukisan? Lukisan siapa?" sahut Ling Yi penasaran.
"Apa kau mengenal orang itu?" timpal Xiao Feng.
"Aku memang tidak mengenalnya. Tapi yang jelas, aku ingat sebuah nama jelas tertulis di bagian bawah lukisan itu. Yaitu, Zhang Wu,"
"Apa?!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sisi lain, di daerah perbukitan di pinggiran kota yang sama, berdiri pula sebuah Kerajaan yang tak kalah megah bernama Kerajaan Heilong. Ialah salah satu Kerajaan yang enggan membangun hubungan kerja sama dengan Kerajaan Guangming, Kerajaan besar kepunyaan Raja Xiao Wei, ayahnya Xiao Feng, dan senantiasa bersitegang dengan Kerajaan tersebut.
Beda halnya dengan Kerajaan Guangming, juga Kerajaan Fengming, Kerajaan Heilong ini justru memancarkan aura kekejaman dan sadis yang amat kuat, dimana sang raja di kenal tak akan segan mengeksekusi mati rakyatnya hingga orang-orang dalam yang di anggap tidak memuaskan dalam menjalankan tugas mereka.
Ctasss
Suara cambukan menguar di seisi ruangan, menyambar tubuh seorang pemuda yang langsung meringis kesakitan di bagian punggungnya.
Di ruang singgasananya, sang raja kini tengah melangsungkan persidangannya dengan seorang pemuda yang terlihat bertekuk lutut gemetaran di lantai. Sang tersebut tampak begitu murka, dengan sebuah cambuk di tangannya yang siap melayang kapan saja.
"Bagaimana hal itu bisa terjadi?! Apa saja yang sudah kau kerjakan sampai kau bisa seceroboh ini, ha?!" teriak sang raja menggelegar.
"M-maafkan aku, baginda. A-aku hanya meninggalkan markas sebentar. Namun saat kembali, orang-orang kurang ajar itu telah menerobos masuk kesana tanpa sepengetahuanku. Aku benar-benar tidak tahu, aku sedang tidak berada di markas saat itu, sungguh,"
"Lalu apa? Bagaimana keadaan markas sekarang? Dimana penyusup itu dan para sandera berada?"
Zhang Hao yang bertanggung jawab penuh atas hal tersebut, hanya bisa tertunduk diam ketakutan di hadapan sang raja, yang tak lain adalah ayahnya sendiri, Raja Zhang Wu. Jawaban yang amat sangat beresiko membuat keberaniannya luntur untuk berbicara, hingga terdiam seribu bahasa.
Ctasss
Satu cambukan keras kembali melayang keras mengenai lantai.
"Jawab aku!" bentak sang raja penuh amarah.
"B-baik, baik, baginda. So-soal itu... hamba mohon ampun, baginda. A-aku sudah meminta Yan Guo mengecek lokasi itu. Dan, d-dia mengatakan, kalau tempat itu kini sudah rata dengan tanah. para sandera juga telah di bawa kabur dari sana. Sepertinya, itu semua adalah ulah dari pasa penyusup itu, baginda. Hamba mohon ampun, baginda. Tolong ampuni hamba,"
Ctasss
Tanpa basa-basi, sang raja pun kembali menyambut pemuda itu dengan cambukan keras di punggungnya.
Akhh
Ctasss
"Kurang ajar! Dasar anak tak tahu di untung! Rasakan ini! Terimalah akibat dari kecerobohanmu!"
Ctasss
"Shh... a-ampuni aku, ayah. Ampuni aku... aku mohon..."
Ctasss
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di luar ruangan, Yan Guo yang bersandar santai di tembok, mendengar semua percakapan mereka dengan sangat jelas.
Suara cambukan keras serta rintihan kepedihan dari Zhang Hao yang berulang kali menjalar nyaring sampai ke telinganya akhirnya mengundang seringai kemenangan di wajahnya, kemudian melenggang pergi dari tempat itu.
"Cih... terimalah itu, kau memang pantas mendapatkannya,"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kembali ke sisi perpustakaan Kerajaan Fengming, dimana Ling Yi dan Xiao Feng masih di buat keheranan dengan sebuah fakta baru yang baru saja mereka dengar.
"J-jadi, Raja Zhang Wu itu adalah..."
makin penasaran kalau nggak lanjut soalnya/Scream//Scream//Scream/
buat Sang author kita tercinta
semangat..../Determined//Determined//Determined/