Enam bulan pernikahan yang terlihat bahagia ternyata tak menjamin kebahagiaan itu abadi. Anya merasa sudah memenangkan hati Adipati sepenuhnya, namun satu kiriman video menghancurkan semua kepercayaannya. Tanpa memberi ruang penjelasan, Anya memilih pergi... menghilang dari dunia Adipati, membawa serta rahasia besar dalam kandungannya.
Lima tahun berlalu. Anya kini hidup sebagai single mom di desa kecil, membesarkan putranya dan menjalankan usaha kue sederhana. Namun takdir membawanya kembali ke kota, menghadapi masa lalu yang belum selesai. Dalam sebuah acara penghargaan bergengsi, dia kembali bertemu Adipati—pria yang masih menyimpan luka dan tanya.
Adipati tak pernah menikah lagi, dan pertemuan itu membuatnya yakin: Anya adalah bagian dari hidup yang ingin ia perjuangkan kembali. Namun Anya tak ingin kembali terjebak dalam luka lama, apalagi jika Adipati masih menyimpan rahasia yang belum terjawab.
Akankah cinta mereka menemukan jalannya kembali? Atau justru masa lalu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juwita Simangunsong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Gelak tawa kecil menghiasi meja makan. Suasana pagi yang tadinya tenang kini hangat oleh percakapan ringan dan senyum yang tak lagi dibuat-buat.
Tiba-tiba dari arah tangga, terdengar suara kaki kecil berlari.
Alvino muncul dengan piyama dinosaurus kesayangannya, rambut masih berantakan seperti sarang burung, dan membawa robot mainannya yang sudah kehilangan satu lengan.
Alvino teriak penuh semangat "Papa! Mama! Kalian duduk bareng?! Gak marahan lagi?!"
Semua mata langsung menoleh ke arah bocah itu. Adipati tersenyum lebar dan membuka tangan lebar-lebar.
Adipati tersenyum "Sini, peluk Papa dulu!"
Alvino langsung lari dan memeluk Adipati erat, tapi tak lama ia langsung menatap wajah kedua orang tuanya dengan ekspresi heran campur curiga.
Alvino menyipitkan mata curiga, lalu menoleh ke sang nenek "Nek... kenapa Papa dan Mama tiba-tiba lengket kayak permen karet? Ini beneran? Misinya berhasil ya, Nek?"
Mama Anya yang sedang memegang gelas teh, langsung tersedak pelan. Mama Anya batuk kecil lalu tertawa "Hahaha... iya, Al. Misi kita berhasil, sayang."
Papa Anya ikut terkekeh sambil mengangguk penuh kebanggaan. Papa Anya gaya mata-mata "Operasi Rujuk Kembali sukses besar, Komandan Alvino!"
"Yesss! Berarti sekarang Papa harus tepati janji dong!" kata Alvino pada Adipati.
Adipati mengernyit pelan, pura-pura lupa. "Janji yang mana yaaa...?"
Alvino menghitung dengan jari kecilnya "Yang pertama, beliin PS5. Yang kedua, es krim setiap hari. Yang ketiga, peluk Mama tiap pagi, siang, sore, dan malam!"
Anya yang sedang meminum air langsung terbatuk karena kaget, menatap Alvino dengan mata membesar. "PS5?! Es krim tiap hari?! Al… itu janji dari siapa?"
Alvino dengan pede luar biasa "Dari Papa dong! Papa bilang kalau Mama udah nggak marah lagi, aku boleh minta apaaa aja! Dan itu semua bagian dari rencana super rahasia!"
Anya masih bingung "Rencana apa sih? Papa kamu kok nggak pernah cerita?"
Mama Anya meletakkan gelasnya lalu tersenyum tenang, menatap anak gadisnya dengan lembut. "Karena semua ini memang bagian dari rencana kami, Nak. Beberapa minggu terakhir… Papa dan Mama minta Adipati jangan datang dulu. Supaya kamu punya waktu buat berpikir. Biar kamu bisa ngerasain... apa jadinya kalau Adipati benar-benar menjauh."
Papa Anya ikut berbicara "Kami tahu kamu keras kepala, tapi kamu juga punya hati yang lembut. Dan kami tahu… kamu nggak benci Adipati. Kamu cuma butuh sedikit dorongan. Makanya… kami bikin kamu rindu."
Anya menatap mereka semua dengan campuran haru dan kaget. Ia menoleh ke Adipati yang hanya tersenyum penuh arti, lalu menatap Alvino yang kini duduk manis di pangkuannya sambil memainkan robot rusaknya.
Anya tersenyum kecil, pelan "Jadi... kalian semua kerja sama di belakang aku ya?"
Alvino bangga luar biasa "Yap! Tim kecil kami keren banget, kan Ma?! Tapi Mama jangan marah ya… soalnya sekarang Mama dan Papa udah baikkan lagi, itu yang penting!"
Anya tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia hanya menarik Adipati dan Alvino ke dalam pelukannya, memeluk keduanya sekaligus dengan mata berkaca-kaca.
Anya dalam pelukan itu "Terima kasih ya… kalian hebat."
Adipati mencium pelan kening Anya. "Dan kamu… adalah alasan kenapa aku nggak pernah benar-benar pergi."
Alvino berteriak di pelukan mereka. "Tapi jangan lupa PS5 aku yaaa!!"
Semua tertawa bersama.
***
Suara jangkrik bersahutan di kejauhan. Angin malam berembus lembut menerpa dedaunan. Di teras rumah yang diterangi lampu temaram, dua cangkir teh jahe mengepul pelan di atas meja rotan.
Adipati duduk bersandar santai, sementara Anya menyandarkan punggungnya pada kursi panjang, menyelimuti diri dengan selimut tipis.
Anya melirik Adipati pelan "Alvino tidur cepet banget ya malam ini. Padahal tadi siang masih lari-larian kayak dikejar angin."
Adipati tersenyum sambil mengaduk tehnya. "Anak itu kayak baterai. Kalau habis, ya habis total. Tapi besok pagi pasti bangun jam lima dan langsung tanya soal PS5."
Anya terkekeh pelan "Dan es krim… setiap hari."
Mereka tertawa kecil bersama. Tawa yang ringan, tanpa beban.
Setelah sejenak diam, Anya menunduk, menatap uap dari cangkir tehnya.
Anya dengan suara pelan, nyaris berbisik. "Mas Pati... makasih ya. Udah sabar sama aku. Nggak nyerah... padahal aku sempat nyakitin kamu."
Adipati menoleh, menatap wajah Anya yang terlihat jauh lebih tenang malam ini. Adipati dengan suara lembut, tulus "Aku nggak pernah nyerah, Nya. Karena kamu satu-satunya tempat pulang ku. Aku tahu… aku bukan laki-laki sempurna. Tapi aku cuma pengin jadi satu-satunya laki-laki yang kamu butuhin."
Anya menatapnya, matanya mulai berkaca-kaca. Ia menarik napas panjang. "Aku juga salah. Aku terlalu sibuk menyimpan sakit hati… sampai lupa kalau kamu juga terluka. Padahal, dari awal... aku cuma takut kehilangan kamu."
Adipati meraih tangan Anya, menggenggamnya dengan hangat. "Kalau kita sama-sama takut kehilangan, kenapa nggak kita jagain lebih erat?"
Anya tersenyum, kali ini benar-benar dari hatinya. Dengan suara yang nyaris tak terdengar Anya berucap "Aku mau mulai dari awal. Tanpa marah, tanpa gengsi, tanpa pura-pura kuat."
"Kita bangun keluarga kecil kita ini dari hati. Kita ajarin Alvino bahwa cinta itu bukan sekadar kata, tapi perbuatan." kata Adipati pada istrinya.
Anya mengangguk. Lalu ia bersandar pelan di bahu Adipati. Anya berbisik. "Kamu tahu, tadi waktu kamu peluk aku... rasanya seperti pertama kali aku jatuh cinta."
Adipati membalas peluk kecil di bahunya "Aku akan terus buat kamu jatuh cinta. Setiap hari. Bahkan di hari-hari paling biasa."
Suasana menjadi hening dan begitu romantis. Hanya kehangatan dua hati yang memilih pulang dan saling menjaga.
***
Toko mainan besar di pusat kota itu penuh warna dan suara. Di rak-rak berjajar, robot, boneka, mobil remote, mainan edukatif, hingga konsol game terbaru terpajang menggiurkan.
Alvino berjalan paling depan dengan semangat membara. Rambutnya disisir rapi, pakai jaket denim kecil, dan memakai kacamata hitam mainan seolah mau operasi rahasia.
Alvino berteriak kecil dengan gaya komando "Target kita ada di zona game, dua baris dari rak robot transformer! Papa, jangan lupa dompetnya! Mama, siap jadi saksi hidup pembelian sejarah ini!"
Anya menahan tawa melihat gaya anaknya. Anya berbisik ke Adipati "Aku mulai curiga Alvino ini hasil reinkarnasi aktor laga India."
Adipati menahan tawa "Atau mungkin... jenderal pasukan khusus dalam tubuh bocah lima tahun."
Mereka bertiga berjalan ke bagian konsol game. Alvino langsung menunjuk PS5 edisi limited putih keemasan.
Alvino mata berbinar-binar "Itu dia! Ini kayak... pangeran di kerajaan game, Pa!"
Adipati melihat label harga, lalu berkedip dua kali. Adipati setengah becanda "Harga PS5-nya kayak cicilan rumah kecil ya…"
Anya menatap Adipati, menyenggol lengannya. Anya senyum geli "Janji adalah janji, Tuan Adipati."
Adipati mengangguk pasrah lalu memberi isyarat pada pegawai toko. "Oke, bungkus satu PS5 buat Jenderal Alvino."
Alvino langsung melonjak kegirangan. "Yeeaaay!! Tapi tunggu… tunggu! Kita belum ke misi kedua!"
"Apa lagi, Al?" kata Anya bingung.
Alvino menarik tangan Anya dan Adipati menuju sudut toko yang penuh dengan boneka dan hiasan lucu.
Alvino dengan gaya serius seperti agen rahasia "Sekarang kita ke… Misi Rahasia Hadiah Balasan!"
Adipati dan Anya bingung bersamaan "Hah? Hadiah balasan?"
Alvino mengangkat satu bingkisan kecil yang sudah ia siapkan diam-diam dari rumah, dibungkus kertas bergambar dinosaurus.
Alvino menyerahkan ke Anya dan Adipati "Aku tahu Papa capek kerja, dan Mama juga selama ini jagain Al sendiri. Jadi… aku kasih hadiah ini. Isinya rahasia. Tapi kalian harus buka bareng di rumah!"
Anya langsung meneteskan air mata kecil, sementara Adipati menahan haru dengan senyum konyol. Anya pelan "Al… kamu anak luar biasa."
Adipati berjongkok, memeluk Alvino "Papa nggak butuh apa pun didunia ini. Cukup kamu... dan Mama kamu yang mau tetap sama-sama. Itu udah hadiah terbaik buat Papa."
Alvino nyengir lebar "Tapi PS5 tetap dibawa pulang, kan?"
Semua tertawa di tengah toko mainan, membuat beberapa pengunjung ikut tersenyum melihat keluarga kecil yang penuh cinta itu.
Adipati hanya menjawab dengan anggukan sambil tersenyum penuh kehangatan.