Bianca Mith. Doktor muda arogan yang selalu saja mencari masalah setiap hari saat sedang bekerja. Ayahnya yang seorang pebisnis terkenal tidak tahan dengan kelakukan anaknya itu. Maka dari itu perjodohan itu diadakan.
Bianca menikah dengan Aether Beatrice. Dosen muda dari Universitas Mith. Sesuai kesepakatan awal, beberapa tahun setelah menikah, salah satu dari mereka harus mengorbankan cita-cita mereka untuk memimpin perusahaan keluarga.
Namun tepat setelah satu hari setelah pernikahan, Aether baru mengetahui bahwa ia memiliki penyakit serius pada bagian otaknya. Membuat Aether akan kehilangan sedikit demi sedikit ingatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_Shou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Festival Tahunan(3)
Bianca dan Aether mendapatkan satu bangku untuk duduk dan menonton kembang api. Ada beberapa pasangan kekasih juga yang duduk di bangku beton. Ada beberapa lagi yang memilih untuk menggelar tikar dan duduk di bawah.
Duduk berjarak. Dengan makanan dan minuman yang dibeli oleh Bianca sebagai pemisah. Bianca yang awalnya kebingungan ingin membeli apa, pada akhirnya memutuskan untuk membeli seluruh makanan yang ada.
Membuat Aether harus kehilangan banyak uang karena nafsu makan perempuan itu.
"Kenapa kamu ingin menjadi dokter?" tanya Aether menatap ke arah langit menanti kembang api yang beberapa menit lagi akan diluncurkan.
"Ibuku meninggal karena sakit. Jadi aku berpikir bahwa kalau aku menjadi dokter, tidak akan ada lagi anak kecil yang akan kehilangan ibunya. Aku tidak ingin ada yang merasakan apa yang aku rasakan," jawab Bianca menatap berbagai makanan yang ada di kursi. Mencoba memilih salah satu dari total sepuluh makanan.
"Ayahku selalu bekerja sampai tengah malam. Dan jarang meluangkan waktu untukku. Aku hanya memiliki ibuku. Dan saat ibuku sakit, aku merasa bahwa duniaku juga ikut hancur. Lalu setelah kematiannya, aku mulai merasa bahwa aku sendiri di dunia ini. Aku rasa, semua itu yang membuatku ingin menjadi dokter," jawab Bianca menjatuhkan pilihannya pada takoyaki.
"Apakah ini yang dinamakan sebagai 'keseimbangan'? Kamu mendapatkan hidup dengan seluruh harta kekayaan ayahmu. Kamu bisa mendapatkan segala yang kamu inginkan. Namun sebagai gantinya, kamu juga kehilangan sesuatu yang sangat penting bagimu. Dengan begitu, akan terasa seimbang. Antara kebahagiaan dan kesedihan," ujar Aether.
"Menurutku tidak seimbang. Ibuku lebih berharga dari apapun. Bahkan jika aku disuruh memilih, aku akan lebih memilih untuk hidup sederhana dengan ibuku. Daripada hidup mewah tanpanya," balas Bianca.
"Memangnya kamu bisa jika hidup susah?" tanya Aether menatap Bianca.
"Entahlah. Aku tidak tau. Tapi aku rasa, aku bisa selama ada ibuku di sisiku."
Aether diam. Keberadaan sosok ibu tentu saja sangat berarti dalam kehidupan seorang anak. Aether tidak menolak fakta bahwa ia bisa sejauh ini karena dukungan ibunya. Namun entah mengapa, ia merasa ragu, jika Bianca bertukar posisi dengannya. Dengan sikap dan kebiasaan Bianca, Aether berpikir bahwa istrinya itu tidak akan tahan hidup dalam garis kemiskinan.
"Kamu sendiri? Kenapa kamu baik sekali dengan orang lain? Bahkan pada orang yang tidak kamu kenal," tanya Bianca memakan takoyakinya.
"Aku terlahir di keluarga miskin. Aku tau bagaimana rasanya penderitaan orang-orang yang berada di garis kemiskinan. Entah kenapa, saat melihat mereka sedang kesusahan, aku merasa seperti ada yang mendorongku untuk membantu mereka," jawab Aether menaruh kedua tangannya di bangku.
"Itu semua akan percuma. Mereka akan tetap miskin, walau kamu memberikan mereka makan setiap hari. Yang bisa mengubah mereka bukan orang-orang seperti kita. Namun mereka sendiri. Percuma jika kita membantu, tapi mereka tidak menambah usaha mereka."
"Aku tidak sedang berusaha menyelamatkan mereka dari kemiskinan. Aku hanya ingin mengurangi sedikit rasa kesedihan yang mereka rasakan."
Terlahir dari keluarga miskin seperti sebuah kutukan. Mereka yang terlahir dari keluarga miskin harus mengeluarkan berusaha lebih keras dari siapapun yang ada di dunia ini. Tidak makan. Fisik yang lemah. Tanpa uang. Dan dipandang sebelah mata. Bahkan kekerasan.
Semua itu pernah dirasakan oleh Aether. Sehingga Aether tidak ingin ada satupun orang di dekatnya merasakan hal yang sama. Aether sadar bahwa Aether tidak akan bisa mengubah masa depan seseorang. Aether tau bahwa pemberiannya tidak sebanding dengan segala penderitaan yang dialami oleh orang yang ia bantu. Namun setidaknya dengan bantuannya, Aether bisa melepaskan salah satu rantai penderitaan yang mengikat.
"Apa kamu akan datang ke sini tahun depan?" tanya Aether.
Bianca diam. Satu pertanyaan yang membuat suasana hati Bianca menjadi hancur berantakan. Ini adalah acara yang bagus. Bianca sangat menikmati segala hal yang ada. Makanan, permainan, dan beberapa tempat yang bagus untuk swafoto. Namun ia sendiri pun kurang yakin apakah ia bisa datang ke tempat itu lagi tahun depan. Mengingat tahun depan Aether tidak akan ada lagi di sisinya.
"Aku tidak tau. Tapi kalau pun aku datang, aku rasa aku akan mengajak Flora," ujar Bianca menaruh wadah takoyakinya.
"Aku tidak tau apakah tahun depan aku bisa pindah ke Jepang atau tidak. Jika memang aku tidak berhasil, aku akan menetap di sini," jawab Aether.
"Kalau seandainya suatu saat nanti, kamu membutuhkan bantuanku, kamu bisa datang ke sini kapanpun kamu mau. Bahkan jika kamu tidak membutuhkan bantuanku, aku akan tetap berada di sini," lanjut Aether tersenyum ke arah langit.
Bianca menatap ke wajah Aether. Laki-laki itu terlihat sangat tenang. Wajahnya terlihat lebih cerah dari biasanya. Membuat Bianca merasa sedikit nyaman untuk melihat wajah laki-laki itu dalam waktu lama.
Duarr ... Duarr
Kembang api mulai ditembakan ke langit. Membuat langit yang tadinya gelap menjadi cerah. Percikan kembang api setelah meledak mempesona seluruh mata yang memandangnya. Teriakan kagum terdengar dengan jelas.
Beberapa orang mengabadikan momen itu menggunakan ponselnya. Dan beberapa orang lagi hanya memandangnya sambil tersenyum lebar.
Dengan mata membulat dan senyuman lebar, Bianca benar-benar menikmati seluruh kembang api yang meledak di langit. Ini pertama kalinya ia melihat kembang api seperti itu di tengah lapangan seperti ini. Biasanya ia hanya menonton di balkon kamar seorang diri. Membuat sensasi kali ini terasa berbeda.
Kembang api hanya berlangsung beberapa menit. Membuat semua orang bersorak gembira dan bertepuk tangan saat ledakan kembang api terakhir. Berakhir. Dan semua orang sudah mulai berdiri untuk kembali ke rumah mereka masing-masing.
Bianca yang menyadari bahwa sudah saatnya pergi pun menatap ke arah samping. Untuk memastikan bahwa suaminya itu akan membawanya kembali ke rumah segera. Namun ia terkejut saat melihat Aether tidak duduk di sampingnya.
Bianca terkejut. Ia berdiri. Dan memandang ke arah sekitar. Ia sama sekali tidak mendapati keberadaan Aether. Ia ditinggalkan? Ia tidak tau jalan pulang.
Saat di tengah kepanikan, Bianca merasakan ada hawa panas berhembus mengenai lehernya. Perasaan Bianca mulai tenang saat merasakan itu. Ia berbalik. Mengecek apakah memang tebakannya atau tidak. Dan ternyata benar. Laki-laki yang ia cari sedang berada di belakang tubuhnya. Ia tidak tau dari manakah laki-laki itu muncul. Dan sejak kapan laki-laki itu berada di dekatnya.
"Kamu menemukanku," ujar Aether tersenyum lebar.
"Ya, aku menemukanmu," jawab Bianca tersenyum.
"Kamu sudah banyak berubah. Jika saat ini kamu masih keras seperti dulu, kamu pasti marah dan menggunakan nada tinggi. Selamat atas perubahan mu, Bianca."