Aku selalu tersakiti.
Tetapi, aku tidak membencinya.
Tidak. Seditikpun tidak.
Bahkan aku selalu berdoa untuknya.
"BANGSAT!!!, Ngapain kamu disitu? atau biar semua orang tahu kalau kamu adalah orang paling tersakiti? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juu_30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 Mengapa Harus Kamu?
Aku benci sama Papa". Kata Bara lalu pergi dari situ. Dia sedikitpun tidak menghiraukan teriakan papanya yang terus memanggil namanya. Bara memesan taksi online dan pergi entah kemana.
Pukul sebelas malam, Bara masih setia duduk bersandar dibawah pohon besar samping taman. Sejak kejadian itu, Bara belum pulang ke rumahnya.
"Den... tunggu siapa? " Tanya penjaga taman yang bingung melihat Bara hampir empat jam duduk bersandar disitu.
"Gk tunggu siapa-siapa pak". Kata Bara pelan.
"Den, sebentar lagi hujan". Kata penjaga itu mengingatkan.
"Iya pak, makasih". Kata Bara langsung bangun dan beranjak dari situ.
"Pa.... Bara kemana.. ini udah tengah malam pa". Kata Lani kepada Xander yang menunggu kedatangan Bara dirumah.
"Pasti bentar lagi pulang ma". Kata Xander sambil menenangkan istrinya.
Ceklek
Suara pintu terbuka dan menampilkan wajah Bara yang tanpa ekspresi.
"Sayang, kamu dari mana aja?". Tanya Lani langsung memeluk putranya.
Bara tidak menjawab pertanyaan itu, ia langsung pergi begitu saja dari ruangan itu menuju kamarnya.
"Bara.... maafin papa". Kata Xander pelan.
"Tapi semuanya usah terlanjur Pa, papa juga sudah menyetujui kesepakatan itu". Teriak Bara.
"Boy... papa mau yang terbaik buat kamu". Kata Xander sabar.
"Tidak Pa, papa hanya buat aku sakit". Kata Bara dengan suara parau.
"Boy... kamu hanya dekat sama dia aja". Kata Xander lagi.
"Aku gk suka dekat dia pa... udah berapa kali aku bilang". Bentak Bara. Jujur saja, ia sangat benci dengan situasi ini.
"Vaiser itu anaknya baik Bara". Kata Lani mencoba untuk memberikan penjelasan.
"Kata siapa ma?...mama diberi obat sama dia? ". Tanya Bara bingung kepada kedua orangtua nya yang terlalu memaksakan kehendaknya.
"Tidak ada salahnya mencoba Bara". Kata Xander lagi.
"Bara kecewa sama Papa.... kenapa papa tidak berpihak sama aku? ". Teriak Bara dan pergi kekamarnya.
Brak...
Bara membanting pintu kamarnya sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
Bara bersandar di belakang pintu kamarnya, dan memejamkan matanya. Otak dan fisiknya terasa begitu lelah.
Drrtt... Drrtt... Drrtt
Suara ponsel berbunyi, membuat Bara kembali membuka matanya dan melihat siapa yang menelepon.
"Bara". panggil Vasca pelan.
"Hallo Ca... kamu lagi apa? ". Tanya Bara berusaha untuk nenetralkan suaranya.
"Gk ngapa-ngapain Bara". Jawab Vasca pelan.
"Udah makan Ca? ". Tanya Bara.
"Udah tadi". Jawab Vasca.
"Belum tidur Ca... ini udah hampir jam duabelas lho". Kata Bara mengingatkan Vasca.
"Terus kamu? ". Tanya Vasca sambil terkekeh pelan.
"Hhh... belum juga si". Jawab Bara
"Kamu ada masalah? ". Tanya Vasca
"Gk ada Ca... kamu tidur gih, besok pagi aku jemput ya". jawab Bara pelan.
"Oke Bara... Good Night". Kata Vasca dan memutuskan sambungan.
Bara menatap ponselnya dan kembali melihat foto Vasca waktu di bukit. Bara tersenyum tipis.
"Aku berjanji Ca... akan mencari jalan keluarnya ". Kata Bara pelan.
🌹🌹🌹
Pagi harinya, Vasca sudah dijemput oleh Bara menuju ke sekolah. Bara kagum melihat kecantikan Vasca. Wajah yang bersih tampa polesan apapun.
"Udah siap Ca? ". Tanya Bara.
"Udah Bara, ayo". Kata Vasca sambil memasukkan buku ke dalam tas.
"Cantik banget si". Kata Bara pelan.
"Hah.... kenapa Bara? ". Kata Vasca.
"Gk... aku cuman bilang jalanan hari ini sepi banget ". Alibi Bara.
"Oh gitu ya". Kata Vasca sambil memainkan ponselnya.
Bara dan Vasca turun dari mobil seperti biasanya. Bara sesekali melemparkan candaan kepada Vasca membuat Vasca terus menertawakan kekonyolan Bara.
"Bara.... ini ada sesuatu dari Ayah". Kata Vaiser sambil memberikan sesuatu kepada Bara.
Bara yang melihat itupun kaget, dia melihat kearah Vasca yang juga sama kagetnya dengan dirinya.
"Gk usah... makasih". Kata Bara menolak. Ia tidak ingin Vasca salah paham dengannya.
"Ini dari ayah, kita kan udah sepakat kemarin". Kata Vaiser sengaja mengingatkan Bara akan apa yang sudah orang tua mereka bahas kemarin. Ia sengaja mengatakan itu dengan keras untuk membuat hati Vasca panas.
"Gk usah... makasih" Kata Bara sambil menarik tangan Vasca menjauh dari situ.
Vasca menghempaskan tangan Bara, dan memandang Bara dengan tatapan datar. Bara mengerti arti dari tatapan itu, bahwa Vasca ingin mencari jawaban akan semua ini.
"Masuk kelas ya Ca". Kata Bara pelan.
"Apa yang terjadi Bara? ". Tanya Vasca datar.
"Ini berat Ca, aku belum siap cerita, tunggu eee jelas, baru aku kasihtau kamu". Kata Bara pelan meyakinkan Vasca.
Vasca mengangguk kepalanya dan masuk kedalam kelas mendahului Bara.
Bara yakin jika Vasca pasti tidak fokus dengan pelajaran, dan pasti terus bertanya apa arti semua itu.
Selama pelajaran berlangsung, Bara sesekali melirik Vasca yang menempati bangku paling depan.
Bell istirahat berbunyi, Bara langsung menuju ke meja Vasca.
"Ayo ke kantin". Kata Bara.
"Ayo". Jawab Vasca sambil bangun dari bangku nya.
"Bara.... kantin bareng yuk ". Kata Vaiser dari depan pintu masuk.
Vasca yang melihat itu pun dengan pelan melepaskan tangan Bara.
"Gk... aku gk bisa pergi sama kamu". Tolak Bara sambil kembali memegang tangan Vasca.
"Kenapa Bara.... kita harus saling mengenal". Kata Vaiser datar.
"Maaf... aku harus pergi sama pacar aku". Kata Bara sambil merangkul bahu Vasca agar lebih dekat kepadanya. Bara melakukan itu agar Vaiser sadar bahwa sekarang dirinya sedang menjalin hubungan dengan Vasca.
"Bara... orang tua kita udah sepakat kan untuk menjodohkan kita". Kata Vaiser dengan tersenyum getir.
Deg
Kata-kata Vaiser mampu membuat Bara dan Vasca kaget. Bara tidak menyangka kalau Vaiser akan mengatakan hal itu tepat dihadapan Vasca.
Vasca langsung menghempaskan tangan Bara dan pergi dari situ. Hal yang paling ia takutkan kini telah terbukti. Ia sudah yakin bahwa ayahnya akan melakukan apa saja agar ia tidak bahagia.
"Kenapa lo bilang gitu?". Tanya Bara dingin kepada Vaiser.
"Gk ada yang salah kan, gue hanya mau mengatakan yang sebenarnya ". Kata Vaiser dengan tersenyum sinis.
"Sepertinya niat lo hanya untuk menghancurkan Vasca. Maaf, gue gk akan ikut sama ide busuk lo dan tolong jangan ganggu Vasca". Kata Bara tajam sambil menunjuk tepat diwajah Vaiser.
Bara segera pergi dari situ dan pergi mencari Vasca. Ia terus merutuki kebodohan nya yang tidak bisa mencegah Vasca pergi dari situ.
Bara langsung mencari Vasca menuju ke kantin tapi tidak ada, dia berbalik dan pergi ke taman. Hatinya lega ketika melihat Vasca sedang duduk dibangku taman. Ia kemudian mendekati Vasca.
"Maaf Ca". Kata Bara pelan.
"Masalah itu ya Bara? ". Tanya Vasca dengan suara bergetar. Bara mengetahui satu hal bahwa sekarang ini, Vasca sedang menangis.
"Aku akan berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Beri aku kesempatan untuk mencari cara. Jangan diamin aku gini Ca, tolong... ". Kata Bara sambil memeluk Vasca dari belakang.
"Tapi kenapa harus kamu Bara.... banyak laki-laki di dunia...kenapa harus kamu Bara? ". Tanya Vasca sambil terisak.
🙏