Perjalanan Kisah Cinta Om Pram dan Kailla - Season 1
Kailla Riadi Dirgantara, putri tunggal Riadi Dirgantara pemilik RD Group. Berusia 20 tahun, cantik, manja, kekanak-kanakan dan sangat menyayangi ayahnya yang biasa dipanggil daddy. Demi ayahnya, dia terpaksa menerima perjodohannya dengan Reynaldi Pratama ( Pram ), lelaki yang sudah dianggap seperti Om-nya sendiri.
Pram, lelaki matang berusia 40 tahun. Tampan, dewasa, bertanggung jawab dan sangat sabar menghadapi Kailla. Pram adalah anak yatim piatu, yang diasuh dan dibesarkan oleh ayah Kailla ( Riadi ) sejak berusia 10 tahun.
Karena komitmen dan tanggung jawabnya kepada kedua orang tua Kailla, dia bersedia menikahi Kailla yang terpaut 20 tahun darinya dan berjanji menjaga dan membahagiakan Kailla seumur hidupnya.
Bagaimana perjuangan dan kesabaran Pram menaklukan cinta Kailla, mendidik Kailla yang manja dan tidak dewasa menjadi wanita dan istri seutuhnya.
Bagaimana perasaan sayang yang sudah terbentuk selama 20 tahun diantara Kailla dan Om-nya Pram, berubah menjadi cinta seutuhnya.
Ikuti kehidupan rumah tangga Om Pram dan Kailla yang berbeda usia dan karakter.
Visual di novel diambil dari berbagai sumber di internet. Hak cipta milik pemilik foto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Expired
Setelah David keluar dari ruangan, Kailla mendorong tubuh kekar Pram dan memukul dada laki-laki itu beberapa kali dengan wajah bersemu merah menahan malu.
“Maaf,” ucap Pram sambil meraih kedua tangan Kailla yang memukulnya. Ditatapnya gadis itu, Kailla menunduk tidak berani menatapnya.
“Kenapa harus malu, lagi pula bukan salah kita. Itu kesalahan David yang masuk tanpa permisi. Nanti aku akan memberinya hukuman,” lanjut Pram terkekeh, menatap Kailla yang sekarang melotot padanya.
“Hei ... ayolah, Sayang,” bujuk Pram sambil mendekap gadis di hadapannya. Setelah dirasa Kailla mulai sedikit tenang, ia menangkup wajah Kailla dan mengecup pipi kiri dan kanan Kailla bertubi-tubi.
Cup. Cup. Cup.
“Om.” Kailla masih berusaha menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan sehingga Pram menghentikan kecupannya.
“Ya, Sayang. Oh ya, besok aku akan menjemputmu sepulang kuliah. Aku mau mengajakmu ke suatu tempat,” ujar Pram.
“Ya sudah. Aku pulang dulu, Om,” pamit Kailla.
“Baiklah, sampaikan ke Daddy besok aku akan menemuinya,” ucap Pram sambil membuka pintu ruangannya dan mengantar Kailla untuk menemui Sam yang menunggu di lobi lantai satu.
“Ste, minta David menemuiku setelah ini,” perintah Pram pada sekretarisnya.
“Baik, Pak." Stella menjawab singkat sambil tersenyum geli melihat atasannya yang sedang menggengam erat tangan calon istrinya berjalan menuju lift.
Bukan hal biasa, Pram yang di mata karyawannya adalah seorang yang serius, bahkan jarang bicara dan terkesan kaku. Bisa dikatakan jauh dari kesan ramah. Pram hanya akan berbicara dan menyapa seperlunya. Itu pun hanya untuk yang menyangkut pekerjaan, tidak untuk hal-hal di luar pekerjaan. Namun, sebenarnya Pram orang yang sabar dan pengertian. Akan sangat jarang sekali melihat seorang Pram marah-marah di kantor. Pram adalah idola gadis-gadis single di kantor, yang hanya bisa mengaguminya dari kejauhan. Ditambah dengan posisinya sekarang, bisa mendekati seorang Pram adalah pencapaian yang luar biasa.
Namun, beberapa waktu lalu, Pram mematahkan hati para gadis-gadis yang mengidolakannya dengan memutuskan bertunangan dengan putri tunggal si pemilik perusahaan. Ya, Pram akhirnya takluk di tangan gadis kecil yang dulunya sering menangis dan merengek di gendongan sang presdir.
***
Setelah Pram kembali, terlihat David sudah menunggunya sambil menggoda Stella depan ruangan. Begitu Pram masuk ke ruangan, David turut mengekor dari belakang sambil mengedipkan mata, usil menggoda Stella.
“Dave, tolong urus semua berkas-berkas yang diperlukan untuk pernikahanku. Sebelum aku berangkat ke Austria, aku akan menikahi Kailla,” perintah Pram sambil duduk dan menyalakan laptop di mejanya.
“Baik, Pak, tapi apa tidak terlalu terburu-buru karena kita juga butuh waktu untuk mencari gedung dan lain-lainnya,”
“Tidak, untuk saat ini yang penting sah secara agama dan negara saja. Untuk resepsi mungkin setelah aku kembali dari Austria. Untuk Kailla, kamu bisa minta data-datanya ke Sam atau Donny."
Terlihat Pram menghubungi sekretarisnya untuk masuk ke dalam ruangannya.
“Ste, besok aku dan Kailla akan mencari cincin pernikahan kami ... tolong buatkan janji dengan pihak outlet. Kamu tolong pilihkan saja brand terbaik, aku tidak begitu paham. Sekalian juga untuk foto pre wedding dan gaun yang akan kami kenakan pas hari H. Tolong kamu atur sebaik-baiknya. Kamu bisa menghubungi Kailla, aku tidak begitu paham masalah begini," perintah Pram begitu Stella sudah berdiri di hadapan Pram.
“Noted, Pak.”
“Besok, jadwalku apa saja, Ste?” lanjut Pram lagi.
“Pukul 10.00 pagi, Bapak ada pertemuan dengan Pak Gunawan terkait proyek di Surabaya. Setelah itu .. Bapak ada janji makan siang dengan perwakilan dari PT. Indonusa di Restoran Tiara Kuring. Pukul 15.00 sore ... rencananya kita akan mengadakan meeting di sini membahas proyek yang di Cikarang. Hanya itu saja, Pak," jelas Stella.
“Baiklah. Aku hanya akan menemui Pak Gunawan besok pukul 10.00. Selebihnya ... Dave yang akan menggantikanku. Kalian boleh keluar,” titah Pram.
***
“Ste, Pak Boss udah benar-benar kebelet banget, ya. Hahaha." Celetukan disertai tawa David begitu keluar dari ruangan Pram yang disambut gelak tawa Stella.
“Empat puluh tahun ... doi menunggu jodohnya, kalau tidak cepat-cepat disahkan ... takutnya keburu expired, Pak,” canda Stella sambil duduk kembali di mejanya.
“Astaga, Ste. Hahaha ... kamu tidak tahu ... apa yang terjadi di dalam. Sudah main sosor-sosoran. Secara Pak Pram, kita tahu sendiri, kan. Tampan, keren, macho, tapi dia terlalu cool sudah seperti freezer.”
“Sudah lihat foto yang di-share di grup whatsApp? Sewaktu tadi Pak Pram menggandeng calon istrinya turun ke lobi. Anak-anak bawah sudah menjerit histeris. Pada patah hati berjamaah mereka. Haha ...."
“Kita kapan, Ste?” goda David sambil mengedipkan matanya.
“Yee ... itu maunya Pak David. Sudah, aku mau kerja dulu,” ujar Stella kembali fokus ke komputer di depannya.
****
T b c
Hari ini dibonusin visual Kailla, Stella dan David.
Terima kasih
Love you all