Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29 - Pertama & Terakhir
Dita mendongakkan kepala sambil menggigit bibir bawahnya. Sementara Rangga masih memainkan payu daranya dengan tangan.
Dita lalu menarik kepala Rangga dan mengarahkannya ke dada. Rangga yang mengerti, segera mengemut pepaya kembar Dita secara bergantian.
"Eumh... Enak, Dek..." gumam Dita.
Mendengar itu, Rangga semakin intens memainkan lidah dan mulutnya. Ia hisap dengan kuat benda kenyal itu sampai membuat kulit putih Dita memerah. Dia juga bisa merasakan sudah mulai mengeras di bawah sana karena gesekan Dita.
"Ah... Aah..." Dita perlahan mendesah. Jujur saja, Rangga kali ini sangat senang mendengarnya. Namun tanpa diduga, Dita memegangi kepalanya, lalu dia satukan bibirnya dengan bibir Rangga.
Rangga tak menolak ciuman itu. Dia dan kakak iparnya berciuman panas. Perlahan Dita melepas kaos baju Rangga. Puas mencium cowok tersebut, dia dorong Rangga kembali telentang.
"Diamlah! Sekarang jangan lakukan apapun ya..." suruh Dita, dan Rangga langsung mengangguk patuh.
Dita tersenyum dan melepas celana Rangga. Ia menelanjangi lelaki itu.
"Kak Dita mau apa?" tanya Rangga.
Dita tak menjawab. Tapi dia terlihat memanjakan aset pribadi Rangga. Menjilatinya seperti es krim bahkan memasukkannya ke mulut.
"Aaah..." Rangga sontak mendesah.
Pergerakan Dita lama-kelamaan semakin cepat. Ia begitu lihai, dan yang dilakukannya lebui enak dibanding Astrid. Apalagi sesekali Dita mengapit pisang Rangga dengan pepaya kembarnya yang besar itu. Sedangkan satu tangannya sibuk bermain di balik celana dal-amnya sendiri yang masih terpasang. Itu cukup lama terjadi. Sampai akhirnya cairan putih kental Rangga keluar.
Rangga mengerang nyaring karena merasakan pelepasan luar biasa. Ternyata hal serupa juga dirasakan Dita. Ia segera mencapai orgassme setelah Rangga. Tubuhnya bergetar dalam sesaat.
Merasa puas, Dita lantas beranjak dari ranjang dan mengenakan pakaian. Melihat itu, Rangga juga segera memakai baju dan celananya.
"Jadi itu maksud Kakak kita tak perlu sampai melakukannya?" imbuh Rangga.
"Iya. Aku sangat menyukai tubuhmu, Dek. Aku mulai memikirkanmu semenjak melihatmu telanjang di tempat cuci tempo hari," ungkap Dita. Kini dia telentang kembali ke ranjang.
"Kenapa memangnya tubuhku, Kak? Apa yang Kakak suka?" tanya Rangga.
"Burungmu gede. Terus tubuhmu itu loh bugarnya nggak berlebihan. Putih, terus masih kayak ada lembek-lembeknya. Beda sama kakakmu yang tekstur tubuhnya lebih keras, dicubit aja susah," jelas Dita panjang lebar.
Rangga tersenyum mendengarnya. Namun senyuman itu pudar saat dia mengingat Firza.
"Harusnya kita nggak melakukan ini, Kak. Kasihan Bang Firza," ujar Rangga.
"Aku tahu, Dek. Tapi aku sudah nggak tahan. Kita terlalu sering berduaan. Aku tahu kau juga tertarik denganku kan?"
Rangga membisu. Karena pada dasarnya dia tak bisa membantah itu. Rangga memang tertarik pada Dita. Bahkan sebelum wanita tersebut menikahi kakaknya.
"Dengar! Kalau kau tak mau ini berlanjut, kalau begitu kita jadikan yang tadi itu adalah yang pertama dan terakhir. Oke?" kata Dita.
Rangga mengangguk. Bertepatan dengan itu, listrik menyala.
"Wah, udah nyala!" seru Dita.
"Ternyata nggak selama yang aku kira," sahut Rangga.
"Ya sudah, Kakak ke kamar sebelah. Maaf tentang yang tadi," ucap Dita sembari beranjak dari ranjang. Dia mematikan lampu semprong dan keluar dari kamar Rangga.
Rangga terpaku menatap kepergian Dita. Kenikmatan yang dirasakannya tadi masih terbayang-bayang. Seluruh tubuhnya bisa mengingat dengan baik. Anehnya Rangga ingin merasakannya lagi.
"Enggak! Jangan!" Rangga segera mengambil ponsel dan menelepon Astrid.
"Kenapa?!" Astrid menjawab dengan ketus.
"Aku minta maaf tentang yang tadi sore. Tapi, Trid. Aku dan Kak Dita tadi..."
"Kalian bercinta?!" tebak Astrid.
"Tidak sampai sih. Tapi dia melakukan seperti yang kau lakukan di gubuk kepadaku," ungkap Rangga.
"Lihat? Aku benar kan? Kakak iparmu itu juga tertarik padamu. Lalu gimana? Apa kau akan memilihnya atau memilihku?" Astrid tiba-tiba melemparkan pertanyaan itu. "Kalau kau memilihku, kau harus menjauh dari Kak Dita!" tambahnya.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari