"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."
Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.
Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.
Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.
Bagian 1: Gerbang Dimensi Harta ~ 26 Chapter
Bagian 2: Aliansi Xuan Timur vs Wilayah Asing ~ ???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Beginikah Rasanya Kalau Wanita—
Puncak Awan Abadi.
Di puncak-puncak yang menjulang tinggi, diselimuti kabut halus dan awan abadi, terhampar Puncak Awan Abadi—sebuah tempat yang seharusnya memancarkan ketenangan yang tak terganggu, tempat para kultivator mencari kedamaian batin.
Namun, ketenangan itu tiba-tiba terkoyak.
BOOM—!
Sebuah ledakan Dou Qi yang masif terjadi. Cahaya merah cerah, murni dan mendominasi, naik lurus menembus lapisan langit, mengoyak kabut dengan kekuatan yang brutal. Tanah bergetar seolah ada naga kuno yang menggeliat di bawahnya.
Di dalam sebuah gua yang kini dipenuhi retakan akibat tekanan energi, seorang wanita muncul. Kulitnya seputih susu, memancarkan kilau halus di antara bayangan gua.
Rambut hitamnya yang panjang dan tebal sedikit bergoyang karena gelombang tekanan energi di sekitarnya. Dia tampak seperti patung yang diukir dari giok terbaik. Dia kini berada di puncak terobosan spiritual.
Ledakan Dou Qi terus terjadi beberapa kali, gema tabrakan energi itu mengguncang seluruh Puncak Awan Abadi.
Setelah beberapa jam yang terasa seperti keabadian, akhirnya cahaya merah yang menerobos langit itu meredup dan menghilang.
Wanita cantik itu melangkah keluar dari gua. Posturnya tegap namun gerakannya masih canggung.
Ia batuk beberapa kali, suara batuk yang lembut, namun menunjukkan sisa-sisa kelemahan yang dialami tubuhnya setelah menahan energi terobosan yang liar.
"Sialan, aku benar-benar tidak terbiasa dengan tubuh ini."
Wanita ini, dengan kecantikan yang memukau, tidak lain dan tidak bukan adalah Chen Huang, yang tengah menggunakan tubuh spiritual Yun Wangshu.
Ia telah berhasil mempraktikkan teknik unik yang memungkinkan pertukaran kesadaran, namun harga dari kemampuan itu adalah kecanggungan yang memalukan.
Dada besar milik Yun Wangshu adalah gangguan fisik yang konstan. Ketika ia bergerak sedikit saja, bahkan hanya sekadar berjalan, payudara penuh itu akan bergoyang-goyang dengan ritme yang memusingkan, mengganggu keseimbangan dan konsentrasinya.
Pakaian yang dikenakan tubuh Yun Wangshu ini—pakaian khas kultivator wanita yang indah dan sensual—terbuat dari sutra tipis yang membalut lekukan tubuhnya dengan sangat pas.
Pakaian itu terlalu sering memperlihatkan tulang selangka, pinggang ramping, dan belahan dada yang berani, mengundang pandangan nafsu dari pria mana pun—termasuk Chen Huang sendiri, yang kini harus menjalani hidup di dalam tubuh itu.
Chen Huang—dalam wujud wanita Yun Wangshu—duduk di sebuah batu besar yang dingin, punggungnya bersandar ke permukaan batu. Ia menepuk kepalanya dengan gerakan tangan yang halus, sebuah gestur kelelahan yang ironis.
"Setelah waktu yang begitu lama, aku hanya berhasil menerobos tingkat pertama."
"Haha, sudah kubilang itu tidak akan mudah."
Suara Yun Wangshu terdengar di benaknya, sebuah ejekan yang penuh kemenangan, bergema di lautan kesadaran.
Chen Huang mengabaikan tawa mengejek itu.
Tiba-tiba, sebuah ide jahil yang dipicu oleh rasa frustrasi dan keingintahuan murni muncul di benaknya. Ia kini mengendalikan tubuh ini sepenuhnya, sementara Yun Wangshu hanyalah kesadaran yang terperangkap di dalam lautan kesadarannya.
Senyum jahat mulai merekah di bibir Yun Wangshu yang kini dikendalikan Chen Huang. Matanya yang indah berkilat nakal.
Yun Wangshu, yang merasakan lonjakan energi jahil di tubuhnya sendiri, mulai curiga.
"Apa yang ingin kau lakukan?"
Chen Huang, mengabaikan pertanyaan itu, mengangkat tangan kanannya. Jari-jarinya yang lentik dan berkulit seputih salju perlahan menyentuh dadanya sendiri—atau lebih tepatnya, dada tubuh milik Yun Wangshu. Ia meremasnya dengan sedikit rasa ingin tahu. Sensasi kenyal, lembut, namun padat terasa nyata di telapak tangannya.
"Hentikan!"
Seruan penuh kemarahan dan rasa malu dari Yun Wangshu meledak di benak Chen Huang.
"Tidak tau malu."
Di sisi lain lautan kesadaran, Yue Chan hanya tertawa kecil.
Tawa itu terdengar seperti lonceng perak yang berdentang pelan, sebuah suara yang menunjukkan bahwa ia sudah memprediksi kekonyolan ini.
Chen Huang melanjutkan remasannya, rasa penasaran seorang pria mendominasi.
"Jadi beginikan rasanya ketika milik wanita di remas, pantas saja mereka suka mendesah."
Ucapan Chen Huang yang blak-blakan dan cabul itu mengundang amarah yang meluap-luap dari Yun Wangshu. Suaranya di dalam benak Chen Huang berubah menjadi raungan yang mengancam.
"Kau, jika kau masih berani. Aku akan mengatakan ini pada kekasihmu!"
Mendengar kata 'kekasih', Chen Huang seketika sadar akan konsekuensi fatal. Ia langsung melepaskan tangannya, kekonyolannya lenyap seketika digantikan oleh rasa takut. Ia segera menarik kesadarannya kembali ke dalam lautan spiritualnya sendiri.
"Tunggu, Dewi itu saja janga—"
Plak—
Sebuah tamparan kesal yang nyata, meskipun hanya sebuah manifestasi spiritual, menghantam wajah Chen Huang di lautan kesadarannya. Tamparan itu terasa pedih dan nyata.
"Sial. Aku tidak akan melakukannya lagi, ini menyakitkan."