Keinginan besar Rere untuk memiliki anak dari suaminya sendiri memaksa dirinya menjebak seorang wanita cantik yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah hotel mewah tempat ia menginap.
"Kau harus mengandung bayi dari suamiku jika tidak ingin masuk penjara...!" titah Rere pada Aleta yang cukup terkejut dengan permintaan gila wanita kaya di depannya.
"Ikuti cerita seru kedua wanita yang memperebutkan Fahri dan Aleta harus merelakan anaknya untuk bersama pria yang telah mencuri hatinya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Suara Tangisan
Pagi itu tampak sepi di Villa milik tuan Andre yang berada di desa di Swiss. Namun gundukan salju hampir menutupi halaman Villa itu karena derasnya salju. Aleta yang kini sudah sadar nampak tenang di pembaringannya. Mesin penghangat yang ada di kamarnya tidak mampu membuyarkan lamunannya.
Aleta seakan sedang berada di dunia lain walaupun tubuhnya masih berada di bumi. Ia seperti patung hidup dengan tatapan nanar entah apa yang dilihatnya saat ini.
"Ya Allah, syukurlah kamu sudah bangun nona. Kamu ingin sarapan?" tanya bibi Sari namun Aleta tidak merespon pertanyaannya.
Bibi Sari mendekati nona mudanya itu. Nafasnya tertahan melihat kondisi Aleta yang tidak lagi memiliki keinginan hidup.
"Nona. Apakah kamu tidak ingin bertemu dengan bayimu? Aku dengar bayimu sudah bersama suamimu. Pasti mereka saat ini sedang mencarimu. Tolong sadarlah nona...! sampai kapan kamu akan terus diam mematung seperti ini? kau sangat membuatku takut. Bahkan tempat ini seperti bagian dari masa lalu yang tidak memiliki prangkat komunikasi. Aku harus berjalan jauh lima kilometer hanya untuk mendapatkan signal ponsel. Ini sangat membuatku muak," celoteh bibi Sari yang tampak kesal dengan tuan Andre.
Bibi Sari meninggalkan Aleta di kamarnya untuk mengambil sarapan buat ibu satu anak itu. Tiba-tiba Aleta mendengar suara bayi yang membuat ia penasaran.
"Bayiku...! pasti itu bayiku. Ya Allah dia menangis. Di mana bayi ku," Aleta turun dari tempat tidur. Ia mengenakan sepatu musim dingin lalu mengambil mantel tebalnya.
"Kenapa bayiku berada di luar? siapa yang membawanya keluar?" Aleta mengikuti arah suara itu. Ia lalu keluar menuju halaman depan lalu membuka pintu pagar berbahan kayu kokoh itu.
"Bayiku. Di mana kamu sayang?" Aleta melihat seekor kuda putih lalu menunggangi kuda itu di tengah hujan salju.
"Tolong bawa aku pada bayiku...!" pinta Aleta pada kuda itu lalu menghentakkan pelana kuda agar kuda lebih kencang berlari.
Aleta seakan sedang mengikuti intuisi nya. Kuda putih itu juga mengerti keinginan tuannya. Walaupun harus melewati badai salju, kuda itu tetap gagah berlari melintasi jalanan desa itu yang tampak terlihat sepi.
Sementara itu, bibi Sari yang baru masuk ke kamar Aleta tampak bingung melihat Aleta menghilang. Ia memeriksa kamar mandi dan ruang ganti namun tidak menemukan Aleta. Namun ia melihat ada sepatu boots salju putih tidak ada di tempatnya. Ditambah lagi mantel putih juga menghilang. Bibi Sari terlihat panik. Ia segera keluar menanyakan para pelayan.
"Apakah kalian melihat nona Aleta?" tanya bibi Sari.
"Sepertinya kami tidak melihat nona. Apa mungkin kami terlalu asyik mengerjakan pekerjaan kami sehingga tidak memperhatikan disekitarnya. Mungkin nona berada di taman buah. Apalagi saat ini kebun apel sebentar lagi akan panen," ucap salah satu pelayan itu.
"Kalau begitu cari dia di sana. Cepat...!" teriak bibi Sari.
"Baik nyonya," para pelayan berhamburan keluar dari Villa itu mulai mencari Aleta. Mereka melihat barisan mobil tidak ada yang hilang. Namun salah satu dari mereka melihat kuda putih menghilang.
"Jangan-jangan nona pergi dengan kuda kesayangannya," pelayan itu segera melaporkan hal itu pada bibi Sari.
"Nyonya, sepertinya nona Aleta ke kota karena kuda kesayangan nya menghilang begitu saja."
"Astagfirullah. Bagaimana mungkin dia pergi tanpa membawa tanda pengenal apa lagi uang. Sementara dia belum makan apapun," bibi Sari akhirnya meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke kota.
...----------------...
Tidak terasa Aleta sudah memasuki kota kecil. Ia melihat banyaknya barisan kedai makanan yang membuatnya masuk ke dalam kedai itu. Seorang pelayan menghampirinya dengan menyodorkan buku menu. Aleta menujukan beberapa menu makanan dan minuman tanpa banyak bicara.
Aleta mulai merasakan kesadarannya kembali dengan mengingat beberapa penggalan kisah sebelumnya. Mengingat kembali ia masuk ke sebuah taksi lalu merasakan perutnya sakit. Aleta terperanjat. Ia memegang perutnya namun perut itu sudah kempes.
"Apa yang terjadi padaku? bukankah aku hamil dan mau melahirkan? ini..? ini di mana? aku harusnya berada di dalam taksi," gumam Aleta mengedarkan pandangannya di tempat itu. Melihat wajah orang bule, Aleta tampak bingung. Ia merasa dirinya sedang berada di alam mimpi.
"Apakah aku sedang mimpi? bagaimana ini? bagaimana caraku kembali ke dunia nyata?" Aleta mulai panik. Saat ia ingin beranjak pergi, justru pesanan nya datang. Karena merasa lapar, Aleta akhirnya mulai memakan makanannya. Karena terburu-buru, Aleta merasakan panasnya makanan yang dikunyah nya.
"Aissh...! panas," adu Aleta. Otaknya kembali bekerja." Aku bisa merasakan makanan ini panas. Itu berarti aku tidak sedang mimpi. Oh, mungkin saja aku ...? ponsel. Aku harus menghubungi mas Revan." Aleta mencari tasnya namun tidak ada. Lalu ia memegang kantong mantel nya tetap saja ia tidak menemukan apapun di kedua kantong mantel nya.
Aleta melihat ada gambar bendera negara itu. Ia mulai merasa linglung." Sejak kapan aku datang ke tempat ini? bagaimana caraku menghubungi mas Revan?" Aleta kembali memakan makanannya. Ia terlihat tergesa-gesa. Setelah melahap semua makanannya Aleta segera pergi dari tempat itu.
"Maaf nona. Anda belum membayar tagihannya," ucap pelayan itu segera menyodorkan bil pada Aleta." Aku tidak punya uang. Maafkan aku...!" ucap Aleta.
"Apa kamu bilang? apa kamu kira tempat ini menyiapkan makanan gratis untuk gembel sepertimu, hah?!" teriak pelayan itu menarik perhatian para pengunjung menatap Aleta.
Aleta terlihat bingung. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia menerima saja caci makian dari pelayan itu. Tidak puas hanya memaki Aleta, pelayan itu menarik rambut Aleta. Ia menyeret Aleta keluar dari tempat itu lalu mendorong Aleta hingga jatuh tersungkur di atas salju itu tepat di atas kaki seorang pria tampan dengan jas hitam.
Aleta tertunduk malu sambil menangis. Pikirannya benar-benar kacau saat ini. Ia tidak bisa membedakan mana mimpi dan kenyataan. Pria itu tampak keheranan lalu menunduk untuk melihat wajah Aleta.
"Apa yang terjadi nyonya?" tanya pria tampan yang lainnya. " Gadis ini hanya makan dan tidak bisa membayar tagihannya. Makanya aku melemparnya keluar. Menyebalkan...!" maki pelayan itu.
"Apakah kamu baik-baik saja nona?" tanya pria itu yang ternyata adalah Revan yang datang berdua dengan Reno ke kedai makanan itu. Aleta masih saja tertunduk dengan tubuh gemetar ketakutan.
Saat melihat wajah Aleta dengan rambut menutupi wajahnya, Revan tersentak sambil bergumam kecil." Aleta...?!"
Merasa ada yang mengenalinya Aleta mengangkat perlahan wajahnya lalu menatap wajah tampan yang ada di hadapannya.
"Apakah aku bermimpi lagi? benarkah ini mas Revan?" gumam Aleta yang takut salah orang.
"Sayang...!" Revan langsung memeluk tubuh kurus itu sambil menangis terharu.
apalah daya bunda x menjaga dr singa betina