Valda yang saat itu masih SD, jatuh cinta kepada teman dari perumahan seberang yang bernama Dera. Valda, dibantu teman-temannya, menyatakan perasaan kepada Dera di depan rumah Dera. Pernyataan cinta Valda ditolak mentah-mentah, hubungan antara mereka berdua pun menjadi renggang dan canggung. Kisah pun berlanjut, mengantarkan pada episode lain hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achmad Aditya Avery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemenangan Pertama dan Perihnya Karma
Bergegas ke tempat pengumuman festival. Setelah mengajak Ana untuk pergi bersama, aku pergi menjemputnya. Saat itu kebetulan dia ingin bertemu artis yang rencananya akan tampil sebagai bintang tamu di puncak acara festival itu.
Saat itu jam 3 sore, konser penutupan menggelegar di seisi sekolahan. Semua mendatangi tempat ini. Aku menikmati konser ini dengan hati yang berdebar-debar menanti pengumuman pemenang. Hingga setelah beberapa menit kemudian, pengumuman pemenang dibacakan.
Juara harapan 2 sampai Juara 1. Aku pada saat itu berpikir jika harapan 2 saja tidak dapat, tidak mungkin kami bisa masuk peringkat yang lebih tinggi.
“Baiklah, kita akan mengumumkan pemenang untuk kategori band. Kita akan membacakan dari yang paling bawah!” kata pembawa acara.
“Yang masuk harapan 2 adalah band Scarlet!” ucap pembawa acara sambil mempersilakan perwakilannya untuk mengambil piala.
Band yang waktu itu tampil sebelum AVEOBA. Kami sempat berkenalan dengan beberapa personelnya setelah AVEOBA selesai tampil. Aku sudah merasa tidak punya harapan lagi.
Mungkin Amda benar, kami memang tidak akan menang. Aku mulai berjalan meninggalkan panggung dan berencana mengambil motor lalu pulang.
Saat itu, aku pamit dengan Ana. Ana menyuruh untuk menunggu sebentar lagi. Namun, aku sudah tidak semangat lagi. Ana akhirnya mengerti dan aku berjalan kembali ke arah motor.
Baru beberapa langkah, tiba-tiba saja pembawa acara menyebutkan band yang masuk sebagai harapan 1 adalah AVEOBA. Ya, AVEOBA!
Apa aku salah dengar? Aku kaget dan berhenti berjalan. Saat pembawa acara mengulangi dan menanyakan, “Apakah ada perwakilan dari band AVEOBA?”
Seketika itu aku berteriak, “Ya! Ya!”
Aku langsung berlari ke arah panggung sambil melambaikan tangan untuk menandakan bahwa aku yang menjadi perwakilan AVEOBA. Tidak disangka, AVEOBA bisa memenangkan festival ini. Aku mengambil piala dan langsung beranjak ke arah Ana dan Moni.
Mereka memberikan selamat. Mereka juga tidak menyangka. Saat itu juga, aku langsung memberitahukan kepada seluruh personel AVEOBA. Mereka juga tidak ada yang menyangka, bahkan mengira aku berbohong.
Keesokan harinya, aku membawa piala itu kepada mereka. Aku menyembunyikannya di tas. Kebetulan saat itu kegiatan belajar-mengajar tidak begitu efektif.
Mereka langsung mengeluarkan ekspresi bahagia. Amda akhirnya menarik kata-katanya yang mengira AVEOBA tidak akan pernah meraih prestasi. Ini prestasi pertama AVEOBA yang di luar batas pikiran kami semua, meskipun masih menjadi juara harapan.
Amda langsung memosting kemenangan AVEOBA ini di si biru. Sejak saat itu AVEOBA mulai dikenal setidaknya oleh Bu Zeni dan Miss Cita.
Sampai juga pada bulan puasa, tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Keanehan-keanehan yang tidak terduga terjadi ketika acara menginap di sekolah. Ini menyangkut seorang anak baru yang tanpa sengaja mulai menarik perhatianku.
Menyusahkan memang, selama belum memiliki hati yang pasti untuk dicintai, selama itulah aku tersesat pada setiap orang yang meninggalkan jejak di hidup ini. Acara 17 Agustusan kemarin telah meninggalkan jejak baru. Saat adanya perhatian lebih yang diberikan oleh Isy.
Aku tidak mengira, hati ini tersesat sejauh ini. Terasa hanya bisa mengikuti ke mana inginnya hati dan mencoba mewujudkannya. Tanpa peduli benar atau tidak. Perasaan ini makin kuat dan membuatku mulai hausperhatian.
Pada suatu hari, seperti biasa kami SMS-an tapi anehnya percakapan kami mulai terlihat sedikit serius. Dia membicarakan tentang sebuah hubungan yang sepertinya aku mengerti apa yang dia maksud. Dia seakan-akan memancingku untuk menyatakan cinta.
Saat itu, perasaanku masih tersesat, di sinilah lagi-lagi aku mengungkapkan cinta. Dia menerimaku, aku mengakui kebahagiaan mulai menyelimuti karena adanya seseorang yang kembali memberi perhatian. Namun, tetap saja aku masih bingung, apa benar ini akan baik-baiksaja?
Mulai kembali mencoba menjalani hubungan ini. Awal yang indah. Kami pulang bersama dan saling berbagi cerita. Hariku tidak lagi sepi. Namun beberapa hari kemudian, Ena mengetahui hubungan ini. Dia melihat perubahan statusku di si biru. Entah kenapa dia langsung menghinaku dan marah. Dia mengaku masih menyayangiku.
Ini memang sulit. Aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini. Dia terus meributkan masalah ini hingga teman-temannya seakan-akan ingin menghajarku. Baiklah, ini memang salahku. Aku yang memutuskannya, aku mencoba meminta maaf.
Memang berkali-kali dimaki-maki, tapi aku mencoba untuk mengerti keadaan ini. Aku terus-menerus meminta maaf. Setelah melewati proses yang amat panjang dan sangat makan hati, akhirnya mereka mau memaafkan. Akhirnya,aku bisa kembali menjalani hubungan ini dengan tenang.
Ketenangan itu hanya sementara. Setelah seminggu berlalu, Isy dan Ena bertengkar hebat. Aku melihat mereka di si biru. Entah apa yang terjadi, tapi begitu aku melihat komentar yang kasar dari Ena, aku langsung menghentikan pertemanan dengannya di si biru. Saat itu kesal luar biasa, padahal sudah minta maaf, tapi justru semakin menjadi.
Rasanya sangat lelah. Aku berharap kebahagiaan dari hubungan, bukan sebuah kekacauan dalam kehidupan. Aku mencoba tenang dan terus mempertahankan hubungan ini. Sampai beberapa hari kemudian, Ena mulai menyadari bahwa dia sudah tidak lagi berteman denganku di si biru. Dia meminta maaf dan berjanji tidak lagimempermasalahkan hubunganku dengan Isy.
Sejenak aku kembali tenang, hingga suatu hari perasaanku mulai tidak nyaman saat Isy mulai membicarakan mantan kekasihnya. Aku mengakui ini menyebalkan, untuk apa masa lalu dibahas kembali? Namun,dengan menahannya, secara tidak langsung hal ini membuatku dan dia makin terasa jauh.
Perbedaan mulai menghinggapi kami. Aku tetap pada keegoisan, pikiran buruk terus menyelimuti. Aku orang yang sekali saja ada perasaan tidak nyaman, harus segera diperjelas, jika tidak,maka akan terus berpikiran buruk.
Beberapa hari aku terjebak dalam pikiran sendiri. Ini membuat hubungan dengannya tidak nyaman. Setiap hari selalu saja buram, ingin sekali meninggalkannya sampai dia tahu apa yang aku rasakan. Ini juga karena aku yang tidak bisa berkata jujur, mungkinkah ini cemburu?
Aku berusaha sebisa mungkin berkata pada diriku, “Ini akan baik-baik saja!” Namun, ternyata perasaan buruk makin kuat, bahkan membuatku tidak ingin berbicara dengannya. Tidakada komunikasi beberapa hari, sampai dia mengira aku menggantungkan hubungan ini.
Pada puncaknya, aku memutuskan hubungan ini. Dia juga menyetujuinya. Hari ini hubungan kami resmi berakhir. Pergantian status di si biru menjadi saksi bisu.
... mengubah statusnya dari berpacaran menjadi lajang.
Selang beberapa menit setelah kejadian itu, aku kembali membuka si biru di sebuah warnet. Kenyataan mengejutkan dari pedasnya cinta benar-benar mematahkan hati dalam kesunyian. Terlihat status hubungannya kembali berpacaran dengan pria yang berbeda. Aku masih terpaku di depan layar komputer warnet. Baru sampai loh ini.
Tanganku tidak berhenti bergetar. Apa ini mimpi? Aku pikir, saat perempuan sudah punya kekasih, tidak akan ada yang dia sukai. Tidak akan ada pria lain yang dia pikirkan selain kekasihnya. Aku memang terlalu banyak mendengar cerita cinta yang berakhir indah.
Kenyataan memang keras dan sulit disangkutkan dengan apa yang diharapkan. Kepercayaan terhadap perempuan mulai terkikis. Aku mulai memandang perempuan adalah sama. Namun, aku juga merasa ini karma.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...