NovelToon NovelToon
Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Wanita Di Atas Ranjang Suamiku

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:48k
Nilai: 5
Nama Author: Shinta Aryanti

Suaminya tidur dengan mantan istrinya, di ranjang mereka. Dan Rania membalas dengan perbuatan yang sama bersama seorang pria bernama Askara, yang membuat gairah, harga diri, dan kepercayaan dirinya kembali. Saat tangan Askara menyentuh kulitnya, Rania tahu ini bukan tentang cinta.
Ini tentang rasa. Tentang luka yang minta dibayar dengan kenikmatan. Dan balas dendam yang Rania rencanakan membuatnya terseret ke dalam permainan yang lebih gelap dari yang pernah ia bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tolong Aku, Askara...

Pagi itu Rania sudah berdiri di dapur sejak subuh. Matanya masih sembab, tubuhnya lelah, tapi ia memaksa. Bubur diaduk pelan, supaya lembut untuk Ibra. Tidak ada satu pun yang membantunya. Rumah besar itu sunyi, hanya bunyi sendok beradu dengan panci.

Saat bubur matang, ia menuangkannya ke mangkuk, menaruh sedikit ayam suwir seadanya. Bau harum bubur panas membuat dadanya hangat. Setidaknya, untuk Ibra ada sesuatu yang bisa ia lakukan.

Pelan ia membawa mangkuk itu ke kamar utama. Di dalam kamar, Ibra duduk bersandar, wajahnya pucat. Di sampingnya Wulan duduk anggun dengan daster cantik, rambut sudah tergerai wangi. Wulan menoleh begitu Rania masuk.

“Ibra… makan dulu ya,” ucap Rania lembut, meletakkan mangkuk di meja kecil lalu mengambil sendok. Ia hanya ingin menyuapi anak itu sebentar, sebelum berangkat kerja.

Namun Wulan, mendengus, tak senang. “Taruh saja. Aku yang akan mengurus Ibra,” katanya dingin.

“Aku sekalian suapin, sebentar. Nanti aku langsung pergi,” ucap Rania, bersikeras.

Wulan berdiri. “Aku bilang taruh. Kamu kira aku gak bisa merawat anakku sendiri?” bentaknya.

Rania menghela napas pendek. “Aku cuma mau... "

Belum sempat kalimat itu selesai, tangan Wulan menepis keras mangkuk di tangan. Bubur panas tumpah ke lantai, mangkuk pecah berantakan. Pecahan kecilnya memantul, ada yang mengenai kaki Wulan sendiri.

“Wulan!” Rania spontan membungkuk, hendak membersihkan. Tapi Wulan malah menjerit keras.

“Aduh, sakit! Lihat nih... gara-gara kamu!” Wulan memegang kakinya, memperlihatkan goresan kecil yang segera memerah. “Sakit banget! Kamu tuh kenapa sih, Ran? Cuma disuruh taruh saja gak bisa?”

Niko yang mendengar teriakan langsung masuk, wajahnya tegang. “Ada apa ini?”

Dengan cepat Wulan menunjuk Rania. Suaranya manja, merajuk.

“Aku gak ngomong apa-apa, Nik. Dia marah-marah, banting mangkuk. Lihat nih kakiku sampai berdarah begini!”

“Aku nggak banting...” Rania mencoba menjelaskan. “Aku cuma mau suapin Ibra, mangkuknya ditepis Wulan sampai jatuh.”

“Nik, sumpah aku gak salah,” Rania menatap Niko, tapi tatapan Niko dingin.

“Kamu apaan sih, Ran! Setiap hari ada saja masalah! Bikin ribut di depan anak, sekarang bikin cedera Wulan! Kamu tuh malu-maluin!”

Rania terdiam, berlutut, memunguti pecahan kaca dengan tangan kosong. Jarinya tergores, berdarah, tapi ia tidak peduli. Suara Niko makin meninggi.

“Udah tahu rumah ini lagi banyak masalah, kamu malah bikin tambah runyam. Kamu tuh istri apa beban, hah?!”

“Papa!” Ibra berusaha memanggil, suaranya pelan, tapi Wulan langsung memeluk erat tubuh anak itu, menepuk-nepuk punggungnya. “Ssshh… diam ya, Nak. Jangan ikutan. Biarkan orang dewasa yang menyelesaikan.”

“Apa sih yang kamu bisa sebagai istri?.. masak nggak sempat, beberes rumah enggak.. kerjaannya bikin masalah terus!” Niko masih terus memaki. “Baru kerja di proyek Askara saja sudah belagu. Jangan kira aku gak tahu! Kalau bukan karena Papa, kamu gak bakal ada di sana!”

Satu-satu kata itu menghantam dada Rania. Ia menunduk, memunguti pecahan kaca sambil menggigit bibir. Air matanya jatuh begitu saja, bercampur dengan darah di ujung jarinya.

Di belakang Niko, Wulan pura-pura meringis, memainkan perannya dengan sempurna. Mata berkaca-kaca, mulut gemetar. Tapi sesaat ketika Niko berbalik memeriksa kakinya, Wulan sempat melemparkan satu senyum tipis penuh kemenangan.

Rania membeku. Melihat senyum itu, ada sesuatu di dalam dirinya yang retak. Ia ingin membalas, tapi suara Ibra yang serak menahan semua amarahnya.

“Ran, bersihin! Jangan bengong!” bentak Niko.

Rania memungut pecahan terakhir, berdiri dengan tangan penuh luka. “Ibra, cepat sembuh ya, Nak,” ucapnya pelan. Ia lalu berbalik tanpa menatap siapa pun, berjalan ke dapur. Tubuhnya bergetar, bukan karena takut, tapi karena ia menahan marah.

Di ambang pintu, ia berhenti. Mendengar suara Wulan manja berkata, “Nik, jangan terlalu keras pada Rania. Aku kasihan juga, dia kan memang nggak bisa apa-apa…”

Ucapan itu terdengar lembut, tapi menusuk seperti belati.

Rania berdiri lama di dapur. Tangannya yang berdarah ia basuh cepat di bawah keran, tapi rasa perih itu tak ada apa-apanya dibandingkan panas di dadanya. Napasnya pendek-pendek. Mata berair, tapi ia paksa tidak menangis di depan mereka.

Ia duduk sebentar di kursi dapur, menatap kosong meja kayu. Di luar, terdengar suara Wulan tertawa kecil, disusul suara Niko menenangkan. Suara Niko yang tadinya berarti dunia baginya, kini justru membuat telinganya berdenging.

Ia bangkit, mengambil tas kerjanya. Menyambar kunci mobil operasional yang baru semalam dibawa pulang. Langkahnya berat, tapi ia tahu, di luar sana ada satu tempat nyaman untuknya, tempat dimana ia di hargai dan dianggap. Meskipun penuh debu dan sarat suara bising mesin.

Begitu keluar rumah, udara pagi yang biasanya segar justru terasa menyesakkan. Jari-jarinya bergetar saat membuka pintu mobil. Begitu duduk di balik kemudi, ia menutup pintu keras-keras.

Baru saja mesin dinyalakan, air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya jatuh. Tapi kali ini tidak ada isak. Tangisnya dingin.

Sepanjang jalan menuju proyek, matanya merah.

Rania menatap jalan di depan, setengah sadar pikirannya berputar-putar.

“Kenapa aku masih di rumah itu? Untuk apa aku disana?” bisiknya lirih.

Ingatan pagi ini berputar ulang, Wulan menepis mangkuk, tatapan dingin Niko, kata-kata menyakitkan yang tidak akan pernah ia lupakan. Semua bercampur jadi satu, membuat dadanya sesak.

Lalu, tanpa bisa ia cegah, wajah Askara muncul di sela pikirannya. Tatapan tajam itu. Sentuhan hangat di kulitnya.

Suara rendah yang selalu terdengar tenang saat dunia Rania terasa runtuh. Ada rasa sakit, tapi juga ada rasa rindu yang menggila.

“Tolong aku…,” Rania berbisik sendiri, sambil mengencangkan genggaman di setir.

Mobil melaju, meninggalkan rumah yang dingin. Dan Rania tahu, ia sudah ketergantungan pada Askara.

(Bersambung)....

1
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
makasih banyak 🙏🙏❤️👍❤️❤️
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Verry good 👍👍👍👍❤️❤️❤️❤️
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾: sama2 kak...karya yg bagus sekali...ada yg baru dari Kaka juga... masih baca di awal🙏🙏
total 2 replies
Heny
Penasaran sm cewrk yg ditabrak Naren
Lily and Rose: Kakak… makasih ya selalu ngikutin kisah Rania dan Askara 🥰🥰🥰
total 1 replies
chiara azmi fauziah
mantap thor gak kebayang thor kirain mereka tidak bersatu tp akhirnya ada kejutan dr penulis kita ini semangat ya thor buat karya karyanya😍
Lily and Rose: Makasih Kak udah setia baca novel Rania sama Askara 🥰🥰🥰
total 1 replies
Cookies
cerita naren donk thor
Lily and Rose: Siaaaap Kakak, next author bikin novel khusus tentang Narendra 🥰🥰
total 1 replies
Novita Sr
sakit banget jadii dokter byan
Sara Famay
lanjut tor 🥰
yeni kusmiyati
Alhamdulillah semoga bahagia,aku padamu thor
Jumiah
naren akan mendapat kan jodoh x yg sali mencintai ,sma sma baik seperti rania...
cantik dan pintar x jua
Lily and Rose: Siap Kak /Kiss/
total 1 replies
Jumiah
jangan 2 jenny sdh biasa meobral dri ..
jd barang diskonan ...
Heny
Lanjut thor
Lily and Rose: Siap, Kak... semoga Kakak suka episode selanjutnya yaaaa /Heart/
total 1 replies
Heny
Coba ada yg denger biar Askara tau paman nya pura-pura baik
nurulmz
akhirnya Rania sama askara bersatu.. terimakasih narenn jodoh emang ga kemana.
Lily and Rose: Bener, kalau jodoh gak ada yang tahu ya Kak... padahal dalam hitungan menit Rania harusnya jadi istri Byan, eh di tikung Askara duluan /Grin/
total 1 replies
Popo Hanipo
nareeenn aku padamu ,,kakak author tolong siapkan jodoh buat naren ya tanpa dia rania dan askara gk bakal bersatu,,sekalian pak tua kalo belum punya istri carikan jgn lupa yg crewet wkkkkk
Lily and Rose: Hahaha... keren kan Naren?... jodoh emang gak kemana yaaa /Grin/
total 1 replies
chiara azmi fauziah
duh thor hampir deg2 kan kirain gak Ada lanjutanya sedih raniah bersatu bahagia selalu
Lily and Rose: Hehehe... ada lanjutannya dong Kak, kasihan kalau Rania dan Askara gak jadi bersatu setelah penderitaan mereka selama ini /Grin/
total 1 replies
chiara azmi fauziah
pamany jahat dong ternyata hanya pura2 peduli mungkin ada udang di balik bakwan wkwkwk
Tini Uje
duuhhh...gmna ya nasip sijeni jeni itu klo tau cintanya brtepuk sebelah kaki 😅kasiaann kasiaann kasiaaann
Lily and Rose: Jenni jadinya gigit jari kayaknya Kak... hehehe
total 1 replies
Sara Famay
mantap tor lanjut 🥰🥰🥰🥰
Lily and Rose: Siaaaap Kak /Heart/
total 1 replies
Heny
Lanjut thor
yeni kusmiyati
yahhh..kecewa Thor kalau nggak sama askara
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!