Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyakiti Hatiku
Di kamar Alia, gadis itu sedang duduk di tepi ranjang. Rasa kantuknya seketika hilang karena perbincangannya dengan John Lawier tadi.
Tiba-tiba saja pintunya dibuka dengan sedikit kasar. Alia menoleh, terlihat Sam Kawter sedang berjalan ke arahnya bersamaan dengan pintu yang tertutup.
Alia tersentak lalu beranjak dari duduknya, ia menatap Sam yang juga sedang menatapnya tajam sambil melonggarkan dasinya.
Apalagi ini?
"Apa yang dikatakan ayahku kepadamu Alia?" tanya Sam ketika telah ada di hadapan Alia.
"Ti–tidak ada sesuatu yang serius Tuan," sahut Alia.
Sam pun menarik tubuh Alia agar mendekat kepadanya, membuat Alia tersentak kembali.
"Katakan Alia, apa dia menyentuhmu?"
Alia menggelengkan kepalanya.
'Oke, aku memang tak melihatnya menyentuh Alia' batin Sam.
"Apa dia menghina dirimu?" tanya Sam lagi.
"Ti—tidak Tuan, dia hanya bertanya tentang dirimu dan siapa diriku," sahut Alia.
"Dan siapa dirimu bagiku?" tanya Sam.
"A—aku mengatakan aku bekerja sementara padamu," sahut Alia.
Mendengar itu Sam pun memejamkan matanya sejenak. Entah mengapa jawaban Alia tidak memuaskan dirinya. Padahal jelas sekali John menghinanya.
Sam pun melepaskan Alia dengan kasar hingga tubuh Alia sedikit terhuyung ke belakang. Ia melemparkan dasi yang telah terlepas dari tubuhnya itu ke lantai dengan kasar.
"Benar! Kau memang bekerja untukku. Kau adalah tawanan yang artinya kau sama seperti budakku!" tutur Sam dengan emosi yang mulai menyala.
Sam kesal karena Alia membela John, padahal sudah jelas pria itu menghinanya tadi. Dan entah mengapa, ia juga kecewa mendengar Alia mengatakan bahwa Alia hanya bekerja untuk sementara waktu pada dirinya.
"Siapkan air mandi ku!" titah Sam.
Alia terkejut, karena ia tak pernah melayani Sam seperti itu.
"KAU DENGAR TIDAK??" teriak Sam lagi.
"De—dengar Tuan, tunggu sebentar," sahut Alia lalu bergegas pergi ke arah pintu.
Sam yang melihatnya itu pun semakin kesal.
"Kau mau kemana??" tanya Sam.
"Menyiapkan air mandir mu."
"Kenapa malah berjalan ke arah pintu?" tanya Sam kesal.
"A— aku mau menyiapkannya di kamarmu Tuan," sahut Alia polos.
"Siapa yang menyuruhmu ke sana ha? Aku mau mandi di sini, di kamarmu! Cepat siapkan!"
"Ba—baik," sahut Alia lalu segera mengerjakan apa yang Sam perintahkan.
Alia pun berlari ke kamar mandi untuk menyiapkan air.
"Sial!! Kenapa aku jadi marah sekali mendengarnya menjawab begitu!" gerutu Sam sambil mengusap wajahnya kasar.
...----------------...
Di dalam kamar mandi, Alia menyiapkan air mandi sambil menangis. Belum juga menata hatinya akibat penghinaan John kepadanya, sekarang dia dihadapkan dengan kemarahan Sam yang bahkan ia tak tahu kenapa.
"Apa keluarga Bachtiar hanya bisa menyakitiku? Kenapa aku harus terjerat ke dalam lingkaran mereka?" gumam Alia seraya menghapus airmata nya.
Ia bahkan harus menjalani kehidupan bersama Sam Kawter akibat kesalahan yang tidak diperbuatnya. Hanya karena Sam benci Devan, tapi jadi Alia lah yang menanggung semuanya.
Beberapa detik kemudian Sam pun menyusulnya ke dalam kamar mandi. Ia melihat tubuh Alia dari belakang yang terduduk di tepi bathtub, sedang membuat busa di dalamnya.
"Alia!"
Suara Sam membuat Alia tersentak, lalu segera beranjak dan berdiri di hadapan Sam.
"Bukakan bajuku!" perintah Sam.
Alia sedikit terkejut, namun ia pun menurut. Ia membuka kemeja Sam secara perlahan. Satu persatu kancing ia buka, hingga ia dapat melihat sendiri otot-otot yang tegas dan dada bidang yang selama ini selalu tertutup, kini terpampang jelas di depan matanya.
Melihat Alia yang menurutinya itu, Sam pun menyentuh pergelangan tangan Alia.
"Sekarang, buka bajumu, Alia," tutur Sam.
"Ap—apa??" Alia pun membelalakkan matanya.
"Buka bajumu!!"
Alia pun menelan saliva nya dengan kasar.
Ia tak mungkin menuruti permintaan Sam.
"Kenapa kau tidak menuruti ku Alia? Bukankah tadi kau mengatakan kau bekerja padaku hm? Kau bahkan baru pertama kalinya menyiapkan air mandi untukku, kau pikir aku butuh pekerja sepertimu?"
Alia pun diam mematung. Jantungnya seperti sedang senam karena detaknya yang begitu cepat.
Apalagi, apalagi yang membuatnya marah?
"Apa selama ini aku memperlakukanmu seperti pelayan hm?"
"Ti—tidak Tuan," sahut Alia gemetar.
"Tapi bukankah tadi kau bilang bekerja padaku? Kalau begitu aku ingin kau mulai malam ini bekerja, Alia. Buka bajumu dan layani aku seperti wanita-wanita lain yang dengan senang hati melakukannya," tutur Sam dengan senyum menyeringai.
Alia tercekat. Tubuhnya semakin gemetar. Ia mencengkram ujung bajunya dengan kuat. kepalanya tertunduk seraya menggigit bibir bagian bawahnya menahan tangis.
Sam menyakiti hatiku lebih dari yang dilakukan adiknya. Apa dia menganggap aku pelacur?
Sakit sekali, entah kenapa rasanya lebih sakit daripada dihina oleh Devan waktu itu.
Tanpa terasa airmata Alia pun jatuh. Pertahanan yang sedari tadi dibangun olehnya untuk terlihat kuat, kini runtuh bagaikan bangunan tua yang lapuk.
Sam memperhatikan Alia. Dia melihat semuanya, semua bahasa tubuh gadis yang saat ini berada di dalam belenggunya. Terlihat begitu jelas wajah takut dan lemah Alia. Sam juga melihat tubuhnya yang telah gemetar. Sam tahu jika Alia telah mengerahkan semua pertahanan dirinya demi tidak terlihat lemah.
Sam pun memejamkan matanya sejenak, tangannya masih mencengkeram salah satu lengan Alia.
Mengapa dia begitu tidak ingin melayaniku? Apa dia hanya ingin melayani Devan?
Sam menghela nafasnya perlahan.
Rasanya ingin marah, tapi melihat dirinya yang begitu lemah justru membuat aku malah ingin melindunginya dari kemarahan ku sendiri.
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat