Diceraikan di malam pertamanya sebagai pengantin, membuat Embun terdiam dengan seribu bahasa.
Perceraian itu membuat ibunya kembali menjodohkan Embun dengan seorang tuan muda kaya raya. Mengetahui gadis itu pernah menikah dan bercerai, "Apa yang akan kau tawarkan agar aku mau menikahi mu?" seru tuan muda dingin itu padanya.
Waktu pun berlalu, tiga tahun kemudian setelah perceraian dengan Agra, mereka bertemu untuk pertama kalinya, "Milka, lihatlah betapa menyedihkannya dia. Selama tiga tahun ini apakah dia tidak bisa hidup dengan benar?" ejek Agra pada Embun, mantan istrinya.
Dia baru saja melempar bara api kehadapan istri seorang tuan muda Rendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La_Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langit Mendung
Pagi ini semua sudah bersiap dengan pakaian serba hitam mereka, dimana sebuah ambulance sudah menunggu di pelataran rumah mewah keluarga Wilson, tak seberapa lama para pelayan pria membawa dua peti masuk kedalam ambulance tersebut.
Sementara rombongan Rendra dan yang lainnya baru saja keluar dari rumah, dia memakai jas setelan hitam dan juga memakai kacamata hitam.
Thalia dan Embun sama-sama memakai dress berwarna hitam sebatas lutut, mereka masuk di mobil besar yang juga berwarna hitam.
Alister yang menjadi supir mereka pagi ini juga memakai setelan jas hitam. Rombongan mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan halaman rumah memecah keramaian kota.
Thalia masih menangisi kepergian mama dan papanya yang begitu mendadak, entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Biasanya setiap pagi mama akan selalu memanjakannya tapi sekarang sudah tidak lagi.
Jok di dalam mobil dibagian belakang itu di bagi menjadi dua yang saling berhadapan, Thalia duduk sendiri sedangkan Rendra duduk berdampingan dengan istrinya.
"Tabahkan lah hatimu, Thalia," ucap Embun dengan lembut, "Mama dan papa pasti sudah tenang di syurga."
Thalia masih tak mau menghentikan tangisannya, berkali-kali dia menyeka air matanya dengan sapu tangan berwarna biru itu.
"Tidak bisakah kau menutup mulutmu? Memangnya kau tahu apa?!" tegas Thalia membantahnya.
Saat Embun ingin membuka suara dengan cepat Rendra memotongnya, "Diam-lah kalian berdua, tidak tahukah kalian perdebatan ini tak ada gunanya." diam sejenak, "Dan kau, Pookie... lebih baik tutup saja mulutmu itu, jangan sok berempati!"
Lagi-lagi gadis itu disalahkan padahal dia hanya punya niat yang baik, itu saja. "Maaf.." ucapnya dengan lirih.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sampailah mereka di pemakaman keluarga dimana semua sudah di persiapkan.
Dua peti yang sudah siap untuk diturunkan kedalam perut bumi, membuat Thalia kembali histeris.
"Mama!!" teriaknya memenuhi udara lepas disana, dia mencoba mendekat namun dengan cepat Embun menariknya, memeluknya dengan erat agar tak mengganggu proses pemakaman.
"Lepaskan aku dasar kau perempuan jelek, lepaskan!" Thalia memberontak bahkan tangannya sampai liar dan tak sengaja menarik ikatan rambut Embun hingga membuat rambut hitam legam gadis itu terurai tersibak angin.
Rambut panjang bergelombangnya menjadi pesona tersendiri, membuat Rendra yang memandangnya dalam arti lain. Tak ada sedikitpun perasaan benci di dalam dirinya.
Oh Tuhan, apakah ini artinya Embun mulai mendapatkan lampu kuning untuk hubungan rumah tangganya? Entahlah.
Dan, kabar kematian orang tua Rendra pun telah sampai di telinga Leony. Wanita itu juga turut hadir dalam pemakaman ini, bersama dengan Naura.
Dia memakai dress hitam sebatas paha dengan high hills yang tingginya sekitar tiga senti, sedangkan Embun hanya memakai flat shoes seadanya.
"Thalia?" lembutnya suara Leony menyebutkan nama itu.
"Kak Leony?" Thalia yang masih menangis itu pun segera menghambur diri kedalam pelukan wanita itu, "Kakak... mama dan papa -" dia sesegukan.
"Aku turut berduka cita, ikhlaskan kepergian mereka ya... aku yakin jika paman dan bibi sudah tenang di syurga," dia mengusap punggung Thalia dengan senyum penuh kemenangan.
Dia berhasil mencuri hati Thalia, mungkin saja dia akan memanfaatkannya untuk mendekati Rendra.
Embun terlihat sedih saat memandangi kedua wanita itu, mereka sepertinya akrab dan sangat dekat. Ada apa ini? Hal itu menunjukkan jika mereka bukan pertama kalinya bertemu. Mungkin, ada sesuatu yang terjadi di masa lalu.
Mengingat saat pertemuannya di restauran saat menemani Rendra untuk menandatangani kontrak kerjasama dengan Anola Group, dimana Leony sempat mengatakan, Lama tidak bertemu, Rendra.
wlpn sultan klu aku mah ogah punya suami spt Rendra nih.percuma aja baik" lembut" tapi kepala batu selip dikit salah pasti kena hukuman