"Untukmu, seluruh waktuku. Dariku untuk menantimu"
____________________________
Yumi tak pernah mengira dirinya akan menjalin kasih dengan lelaki yang bahkan tak dikenalnya. Lelaki aneh, yang seakan tau segalanya tentang dia.
Berulang kali Yumi berusaha kabur, menjauh, bertindak tak semestinya agar lelaki itu merasa ilfeel dan meminta putus, tapi justru lelaki itu semakin melabelinya sebagai miliknya!
Aneh. Hampir tak masuk logika.
Apa alasan dibalik hubungan yang terbentuk dengan cara ekstrim ini?
Dan akankah Yumi berhasil membuat lelaki itu pergi?
Atau akankah dirinya terjebak selamanya dihubungan yang tak nyaman bersama lelaki asing itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumachi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi Siapa yang Berharga?
...• Bab 27 •...
...»»——⍟——««...
..."Hati manusia tidak setegar itu, untuk menampung banyak luka"...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...
Dermaga menutup panci yang berisi bubur ayam yang baru saja dibuat nya itu. Tak lupa, dia juga membersihkan seluruh sisi dapur yang tadi menjadi tempat bertempur nya.
Begitu semua selesai, ia melangkah menuju ruang tamu. Berniat membangunkan Yumi untuk makan, tapi sesampainya disana dia malah hanyut dengan keteduhan wajah gadis itu saat tertidur. Ia mendekat tepat kesamping Yumi yang terlelap pulas di sofa.
Tatapan dalam dengan ulasan senyum tipis tanpa sadar terulas di wajahnya. Tangannya bergerak menyibak rambut Yumi yang menutupi wajahnya. Ia tersenyum saat gadis itu mengigau kecil.
Maga terus menatap, mengelus pelan rahang Yumi yang nampak semakin nyaman, terus seperti itu selama beberapa menit. Ia bahkan mengatur napasnya sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara apapun.
Sampai sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel nya, ia sempat melirik Yumi apakah gadis itu terbangun karena bunyi itu, Maga kembali tersenyum kecil mendapati Yumi yang tak bergeming dari tidur nya.
Begitu membaca pesan yang ternyata dari Teguh, ia mendesah berat. Tubuhnya tidak ingin dia bawa pergi, dia masih mau disini sampai gadis ini kembali membuka mata bahkan sampai ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Yumi memakan bubur buatannya.
Tapi, temannya juga butuh bantuannya.
Maga mencondongkan tubuhnya perlahan. Ia mengecup pipi Yumi pelan. Gadis itu merespon dengan menepuk pipi dan sedikit menggaruknya. Maga terkekeh pelan, apa ciumannya terasa seperti gigitan nyamuk baginya?
"Lekas sembuh, my curse blocker...." bisiknya pelan, sangat pelan. Ya. Sedikit tidak romantis. Tapi, kalian tetap harus tau, perempuan ini adalah hal paling berharga. Baginya.
...❃.✮:▹ ◃:✮.❃...
...❃.✮:▹ ◃:✮.❃...
...❃.✮:▹ ◃:✮.❃...
Yumi menguap lebar-lebar, ia terduduk di sofa dengan wajah kusut dan rambut berantakan dimana-mana.
"Udah bangun lo?" tanya Duta dari ruang makan yang tak jauh dari ruang tamu. Ia tampak sedang menikmati makan malamnya
Yumi melirik jam yang berada diatas televisi, jam 7 malam. Dia tidur selama itu? Gadis itu berjalan pelan mendekati meja makan tempat dimana kakaknya terduduk.
"Abang Dut gak ngojol? tumben belum berangkat?"
"Ngojol, nunggu lu bangun dulu"
Duta menyuap sesendok nasi ke mulut nya, "Sakit apa lo, Mi? Gue liat ada obat tuh dimeja sama bubur"
"Hehe.. mencret doang"
"Anjir! Gue lagi makan, Mi!"
Yumi terkekeh, ia menatap piring kakaknya dan mengernyit, "Lu beli makan dimana bang?"
"Hah? bukan lo yang masak ini?"
"Bukan. Gue aja tidur dari sore"
"Lah! Gue makan masakan siapa ini?! Itu masih ada bubur juga di panci"
Yumi tersentak, ia baru teringat. Tadi kan ada Maga disini, tapi sepertinya sekarang lelaki itu sudah pulang. Apa dia sudah pulang sejak lama? Mengingat kakaknya sendiri sepertinya tidak bertemu dengan lelaki itu.
"Oh iya, Maga kali ya. Tadi dia mau masak bubur soalnya, mungkin sekakian masak itu juga"
"Cih! Sok romantis tuh bocah. Ah~ berarti itu bingkisan dari dia juga tuh. Kenapa di gantung di gagang pintu sih, untung gak dibawa anjing"
"Hah bingkisan apa?"
"Tuh di meja TV" Duta menunjuk plastik putih supermarket di meja, Yumi berjalan meraih bingkisan itu. Matanya berbinar cerah saat melihat isinya, seperti harta karun. Ada cokelat, yogurt, susu, hingga beberapa camikan ringan lain.
Gadis itu nampak nyengir dibuatnya.
"Yaudah, gue berangkat ya. Jangan lupa makan tuh bubur buatan kekasih lo itu" ujar Duta agak meledek, ia meraih jaket ojol khas hitam hijau itu.
Yumi hanya mendecih sebal melihat wajah menyebalkan kakaknya. Ia mengantarnya sampai depan hingga motor kakaknya itu menjauh keluar halaman.
Gadis itu berjalan masuk kembali, langkah kakinya menuju dapur untuk melihat bubur yang dibuat Maga. Senyum terukir di bibirnya, belum memakannya saja hatinya sudah merasa hangat. Dengan cepat Yumi mengambil mangkuk untuk segera menikmati bubur itu.
"Heum... gak bohong ternyata. Beneran jago masak" ujar Yumi sembari mengunyah buburnya. Ia meraih ponselnya yang berada didepannya. Menghubungi sosok yang di pikirannya saat ini dengan sumringah.
Tanpa butuh dering lama, telepon itu langsung terangkat dari penerima.
"Halo, Mi? Kenapa? Perut lo sakit lagi?
Yumi terkekeh kecil, "Gak. Cuma mau bilang makasih, bubur buatan lo enak"
Terdengar helaan napas panjang diseberang, "Syukur deh kalo lo suka, jangan lupa minum obat habis makan"
"Iya.. eum..makasih juga udah masakin buat bang Duta" Yumi mengaduk buburnya dengan wajah malu-malu. Rasanya jantung nya berdebar meski hanya berbicara melalui telpon.
"Iya sama-sama"
"Sama.... bingkisannya.. makasih juga ya"
"Bingkisan?"
"Iya yang lo gantung digagang pintu"
"Gue gak ada gantung apapun didepan pintu"
Alis Yumi menaut, ia mengedip cepat, "Bukan dari lo?"
"Buk-----"
"Maga... boleh minta tolong ambilin air anget?"
"Eh iya Rin, bisa. Balik aja ke kamar, nanti gue anter... Mi, udah dulu ya"
"Lo masih dirumah Karin?"
"Iya, soalnya tadi Teguh mau ada urusan, jadi gue kesini. Soalnya gak ada yang jaga Karin"
Hati Yumi mencelos. Entah kenapa. Padahal otaknya mengerti, kalau itu wajar dilakukan atau ya harus dilakukan. Tapi, hati mungilnya termehek. Seakan jarum pentul menusuknya. Tusukan kecil tapi cukup nyelekit.
"Oke, sampaikan salam ke Karin, semoga lekas sembuh"
"Iya, Mi"
...• TBC •...
...。・:*:・゚★,。・:*:・゚☆...