NovelToon NovelToon
Gadis Dari Utara

Gadis Dari Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Cintapertama / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno / Era Kolonial
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: moonlightna

SEASON 1!!!

Di balik luasnya wilayah utara, setelah kematian Duke Xander. Desa Valters hampir punah dan hancur.

Desa Valters desa yang tidak mengetahui titisan Xander...

Daren... seorang gadis berambut perak, di buang dan dibesarkan sebagai prajurit di barak utara yang ilegal. Tanpa identitas ia tidak tahu siapa dirinya, hanya tahu bahwa hidupnya adalah tentang bertahan.

Namun, saat pasukan Kekaisaran menyerbu barak utara. Ada nama yang dibisikkan. Xander Estelle. Ada mata-mata yang mulai memperhatikannya. Dan di ujung dunia, dari reruntuhan wilayah Utara yang dibekukan oleh sejarah, sesuatu yang mengerikan mulai bergerak.

Hidupnya mulai bergerak menuju takdir yang tak pernah ia minta. Tapi mungkinkah hidupnya juga akan berubah… menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar bertahan?

Di tengah perubahan hidup dan pengakuan darahnya, adakah sosok yang membuatnya semakin kuat? seseorang yang menantangnya untuk berdiri, meski dunia ingin menjatuhkannya?

Happy reading Guyss🌷🌷🌷

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonlightna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AMBISI YANG MULAI TERLIHAT

"Dia pulih. Kuat juga bocah itu," gumam Jenderal Aldren sambil menyilangkan tangan di dada, berdiri tegak di balkon kediamannya yang menghadap taman istana yang kini mulai diselimuti cahaya bulan. Sorot matanya tajam, namun dalam pupilnya terpantul keraguan samar... seolah berita kesembuhan seorang bocah perempuan, membawa lebih dari sekadar kelegaan.

"Sudah kuduga," timpal suara lembut namun penuh nada menyelidik dari belakangnya. Gadis itu duduk di kursi ukiran perak, kaki disilangkan anggun, dengan sebuah kaca tangan kecil dalam genggamannya. "Pasti semua orang kini memujanya seperti pahlawan langit yang turun dari mitos lama."

Yora Vireya Dravelin—putri semata wayang sang jenderal. Gadis berusia empat belas tahun itu mewarisi elegansi ibunya, dan ambisi membara dari ayahnya. Rambutnya panjang lurus, berwarna cokelat tembaga yang tampak keemasan saat disentuh cahaya lilin. Wajahnya cantik... tapi tidak mencolok. Ada keanggunan yang sengaja dipelihara, namun keindahan itu tetap kalah sederhana dibandingkan pesona alami Daren yang tak dibuat-buat. Daren tak sadar dirinya memesona... dan justru karena itulah, ia sulit dikalahkan.

Jenderal Aldren melirik ke arah putrinya, lalu tersenyum kaku. "Anakku yang cantik dan menawan. Tak perlu cemas, kau akan mendapatkan pujian yang lebih megah dari seluruh rakyat. Tak seperti dia... yang hanya bersinar karena luka dan keberuntungan."

Yora memutar bola matanya pelan. "Ayah," ujarnya, kali ini dengan nada lebih serius. Ia meletakkan kaca kecil di pangkuannya. "Kapan ayah akan mengusulkan pertunanganku dengan Pangeran Gerald?"

Aldren memejamkan mata sesaat. Ia sudah mendengar pertanyaan ini lebih dari tiga kali dalam dua bulan terakhir. Tapi kali ini, nada suara putrinya berbeda, ada kegigihan dan keinginan yang tak bisa disangkal.

"Aku sudah berumur empat belas tahun, Ayah. Kita hidup di kerajaan, bukan di desa terpencil. Di sini, pertunangan sejak usia muda bukan hal aneh. Justru itu yang memperkuat posisi dan ikatan antar keluarga bangsawan," lanjut Yora, matanya tajam menusuk ke arah ayahnya.

Jenderal Aldren menarik napas dalam, lalu mendekat, menepuk pundak gadis itu dengan tenang. "Tenanglah, anakku. Kau tahu siapa ayahmu ini, bukan?"

Yora tersenyum samar. "Aku tahu. Karena itu, aku tak mau selain Pangeran Gerald. Dia satu-satunya pria yang pantas berdiri di sampingku. Laki-laki tertampan di kerajaan ini, dan... " ia menyipitkan mata, "satu-satunya yang belum memilih siapa pun."

Aldren tertawa kecil, walau dalam dadanya, geliat bahaya mulai tumbuh. Pangeran Gerald, dan gadis kecil bernama Daren... Dunia kerajaan tak pernah sebersih tampak luarnya. Dan ia tahu, cinta yang tampak murni bisa jadi awal dari pertarungan panjang di balik layar kekuasaan.

Setelah memberi instruksi terakhir kepada para pengawal kepercayaannya, Jenderal Aldren meninggalkan kediamannya untuk kembali bertugas di markas timur. Suara derap sepatu bot kulitnya menghilang di ujung lorong panjang, menyisakan keheningan yang menggantung di udara.

Tak lama kemudian, pintu kamar gadis bangsawan itu diketuk pelan. Seorang pelayan muda masuk, membawa selembar handuk bersih dan beberapa botol minyak wangi pilihan.

"Nona, sekarang waktunya untuk mandi," ucap pelayan itu ramah, membungkuk dengan sopan sambil menunduk rendah.

Namun Yora hanya menoleh setengah, tatapannya dingin menilai. Ia masih berdiri di depan cermin besar bertatahkan mutiara, menyisir rambutnya perlahan.

"Kepalamu... kurang membungkuk," ucapnya pelan namun menusuk. Satu alisnya terangkat angkuh.

Pelayan itu terdiam, wajahnya berubah pucat. Ia segera menunduk lebih dalam. "Maafkan saya, nona. Ampuni kelancangan saya."

Yora tidak menanggapi permintaan maaf itu dengan kata-kata. Ia meletakkan sisir di meja rias, lalu berdiri anggun. Gaun tidurnya menyapu lantai dengan bunyi halus saat ia melangkah melewati pelayan tersebut. Tepat sebelum memasuki kamar mandi, ia berhenti sejenak untuk menoleh sekilas.

"Aku harus segera mengganti pelayan," katanya ringan, seolah berbicara pada dirinya sendiri, namun cukup keras untuk didengar.

Tanpa menunggu balasan, Yora melangkah masuk ke dalam ruangan, pintu tertutup perlahan di belakangnya. Pelayan muda itu berdiri diam, menahan napas dan rasa takut yang menggelayuti dadanya. Di dalam kamar mandi, Yora menatap pantulan dirinya di cermin, cantik, muda, dan penuh ambisi. Dan di balik matanya yang terang, berkobar tekad: menjadi satu-satunya nama yang akan diucapkan oleh rakyat dan istana.

★★★★

Di kamar yang kini terasa lebih hidup dari hari-hari sebelumnya, sinar pagi menyusup lewat jendela besar, menyapa enam sosok yang mengelilingi ranjang Daren. Fyona duduk di tepi tempat tidur, menggenggam tangan sahabatnya yang kini sudah terbangun dan duduk bersandar. Wajahnya pucat, namun matanya menyala, menandakan bahwa semangatnya belum pernah benar-benar padam.

"Puji syukur pada Langit," ucap Karin dengan mata berkaca-kaca, menyeka keringat tipis dari dahi Daren. "Kau benar-benar keras kepala, ya? Bahkan kematian pun enggan menjemputmu."

Jaden terkekeh dari sisi pintu, bersandar santai dengan tangan menyilang. "Atau mungkin Daren yang menolak kematian mentah-mentah."

"Tentu saja!" seru Benson dengan dramatis, berdiri dengan satu kaki di bangku kecil layaknya pahlawan yang sedang bercerita. "Dia pahlawan kecil kita! Gadis baja berusia dua belas tahun yang membuat pria-pria sepertiku merasa kurang gagah!"

Daren memutar mata, namun senyum tipis menghias bibirnya.

"Kalau kau merasa kurang gagah, Benson, itu bukan salahnya," timpal Jaden, suaranya sedikit ngeledek.

Fyona mengusap mata sembari tertawa kecil. "Kau benar-benar kembali..."

Kanel menepuk pelan bahu Gerald, yang berdiri agak di belakang, menatap Daren dalam diam. Senyuman lembut menghiasi wajah sang pangeran, namun matanya menyimpan sesuatu yang lebih dalam.

"Aku tidak tahu kau sudah sadar," katanya dengan nada berpura-pura acuh.

Kemarin aku... terlalu lelah untuk berpikir jernih.

Daren menunduk malu, mengingat bagaimana ia menerobos malam dan memeluk sang pangeran tanpa sadar diri.

Gerald menatap langit-langit seolah-olah itu hal biasa, lalu berdeham. "Bagaimanapun juga... aku senang kau kembali."

Dan karena kau datang padaku duluan... itu artinya aku lebih penting dari semua orang di ruangan ini.

Benson tertawa terbahak. "Putra Mahkota! Astaga! Ini pertama kalinya aku mendengarmu bicara seperti manusia biasa!"

"Gerald... tersenyum?" Jaden yang biasa bicara seperlunya... ikut menggodanya. "Tuliskan ini di sejarah kerajaan, cepat!"

Gerald hanya menghela napas panjang, tapi senyuman kecil tetap mengendap di wajahnya. Mungkin hanya Daren yang tahu, bahwa bagi pangeran yang dibesarkan dalam tekanan istana dan garis takhta, pelukan semalam adalah sesuatu yang lebih berarti dari sekadar tindakan spontan.

Kanel menyandarkan punggung ke dinding dan menatap seluruh ruangan dengan damai. "Sudah cukup kekacauan. Sekarang waktunya kita menjaga satu sama lain... dengan benar."

Karin mengangguk. "Hari ini bukan hari biasa. Hari ini, Daren... kembali."

Ruangan itu pun dipenuhi tawa hangat dan embun rasa syukur.

Untuk pertama kalinya sejak misi hutan yang penuh darah dan luka, mereka bisa bernapas lega, meski hanya untuk sejenak.

“Kapan kau akan pergi ke makam Varlen?” tanya Kanel tenang, sambil menyandarkan punggung pada dinding dekat jendela. Angin pagi menyelinap pelan, menyentuh tirai dan membelai rambut Daren yang masih belum rapi.

Gerald menoleh padanya. “Nanti siang. Aku, Kaisar, dan Permaisuri. Kami akan bersama.”

“Paman tidak ikut?” tanyanya pelan.

Kanel tersenyum tipis. “Hari ini aku terlalu sibuk melatih para prajurit di barak. Aku akan datang... lain waktu.”

Dari kursinya, Jaden bersuara lirih, “Aku ikut. Kami bersangkutan atas kematiannya.”

Benson ikut menunduk. “Benar. Kita harus hadir.”

Gerald melirik ke arah Daren yang duduk bersila di ujung ranjang, tangan kecilnya menggenggam ujung selimut.

“Baiklah kalian ikut,” ucap Gerald. “Kecuali…”

“Saya ikut!” sahut Daren tiba-tiba, cepat dan tegas. Tatapannya tajam, menyiratkan tekad yang lebih besar dari tubuh kecilnya.

“Bukankah saya juga terlibat? Saya yang...”

Namun sebelum Daren menyelesaikan ucapannya, Kanel memotong lembut, “Baiklah, ikutlah, Daren. Tapi ketiga pria itu harus menjagamu.” Tatapannya mengarah pada Jaden, Benson, dan Gerald.

Fyona yang sejak tadi diam akhirnya angkat suara. “Daren....maaf, aku tidak bisa menemanimu kali ini. Sudah beberapa hari aku tak mengunjungi ruang tabib.”

Daren menggenggam tangan Fyona dengan lembut. “Tidak apa-apa.” Ia mengangguk pelan.

Fyona tersenyum dan mengusap pipi Daren, “Tapi aku akan membantumu mandi dan bersiap. Hari ini kau harus tampak paling kuat dari sebelumnya, oke?”

Daren mengangguk kecil, senyumnya samar, tapi matanya berbinar.

1
Duchess
Woy Therando, ma gua aja dansanya😭😭
piuuu
sapa yg naro bawang disinii 😭🥺
Anonymous
gak nyangka Jaden bisa ngomong terbata-bata👀👀
Na_!na: manusia ka, sama-sama makan nasi☺☺
total 1 replies
__Taezhint
ceritanya keren+seru
__Taezhint
black or blonde?
piuuu
uda la pulang yu pulang 😭
piuuu
biasaa pahlawan datengnya akhirran
piuuu
smngtt kalian 🥺❤️
piuuu
resah bngt gua thorr 😭
piuuu
fyona 😭🫰
piuuu
😍😍
piuuu
petrus suruh resign aja thor 🙏
piuuu
gelisah bangt bacanya 😭😭😭
piuuu
petrus petantang petenteng bngt 😭🤏
piuuu
ampun dah si beston nyari burung doang repot nya kaya emak" 😭
piuuu
kanell 😍
piuuu
jenderal aldren moga hari mu senin trus 🤗
piuuu
petruss si paling sempurna. iya 🙄
piuuu
🥺🥺
piuuu
😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!