Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Delapan
"Hah! Tadi apaan Pak?" tanya si Mbok dengan wajah ketakutan dan bergidik ngeri saat ia melihat sosok kelabang yang merayap dan menghilang menjadi asap hitam.
Tubuhnya bergetar menyaksikan kejadian yang diluar nalarnya. Suasana kembali mencekam, dan wajah wanita itu terlihat sangat pucat.
"Putera kita terkena sihir salah sasaran, Bu. Tetapi itu semua juga karena kesalahannya, semoga setelah ini ia bertaubat dari segala perbuatan nista yang pernah dilakukannya," pria itu menarik nafasnya dengan sangat berat.
Ada kekecewaan diraut wajahnya, ia tidak menyangka, jika puteranya tergiur oleh kenikmatan dunia yang hanya sesaat dan hampir membuatnya meregang nyawa sebelum bertaubat.
"Ya Allah, Jamet. Kamu ini kenapa toh, Nak. Kan ibu sudah pesan, jika merantau itu harus pandai jaga diri jangan sampai terjerumus kedalam kenistaan." wanita itu berjongkok, lalu mengusap pipi puteranya dengan lembut.
Jamet masih terlihat lemah, dan ia belum bisa menjawab segala cecaran pertanyaan dari sang emak yang terlihat sangat mengkhawatirkannya.
"Maafin Jamet, Mak." ucapnya dengan lirih, lalu meraih jemari tangan sang ibu dengan lemah. Ia menyesali semua kekhilafannya.
Wanita paruh baya itu menggenggam tangan puteranya, dan ia merasa jika kesalahan yang dilakukan oleh Jamet masih diberi kesempatan untuk memperbaiki dan bertaubat, namun puteranya harus berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
"Ya, sudah, yang terpenting kamu menyadari kesalahanmu," wanita itu mengingatkan puteranya yang sudah meminta maaf padanya.
"Kamu memohon ampun pada Rabb-Mu, yang sudah memberi kesempatan kamu untuk hidup." sang Ayah menimpali.
Jamet kembali mengangguk, dan saat bersamaan, ponselnya bergetar.
Drrrrt drrrt drrrrt
Satu panggilan masuk kedalam ponselnya atas nama Joni. Ia masih belum dapat mengangkat panggilan, dan sang ayah meraih ponselnya, lalu menjawab panggilan tersebut.
"Met, kamu gila ya! Kamu udah nyebarin video begituan, kamu dicari Polisi!" Joni nyerocos dan mematikan panggilan sebelum sempat ayah Jamet menjawabnya.
Seketika wajah pria itu memucat, lalu menatap puteranya dengan berbagai pertanyaan yang memenuhi benaknya.
Ia membuka applikasi WA puteranya, dan menemukan pesan yang baru saja dikirimkannya kepada banyak orang.
Dengan wajahnya yang masih dibuat tenang, ia menatap Jamet dengan tajam. "Apa-apaan, Kamu? Mengapa kau menyebarkan video ini?" cecarnya dengan dengan nada penuh penekanan.
Jamet berusaha bangkit dari lantai, dan masih dalam kondisi lemah, ia meminta agar ponselnya dikembalikan oleh ayahnya.
"Maafin Jamet, Yah." ia tertunduk lemah. Ia menyadari jika itu karena emosinya sesaat, sehingga berfikir dengan kalap.
"Kamu hapus video ini! Allah saja menutupi aibmu, lalu mengapa kau sendiri yang mengumbarnya?" ucap pria itu dengan penuh penekanan.
"Jamet akan menghapusnya, Pak," ia merasa bersalah akan hal tersebut.
Sang Ayah memberikan ponselnya, lalu Jamet meraihnya, dan menghapus semua video yang telah dikirimkannya, namun sayang, Joni sudah melihatnya, bahkan sudah tersimpan dimemory ponselnya.
"Tadi Joni bilang kamu dicari Polisi, kamu terlibat kasus ini, ya?" tanya sang ayah dengan debaran yang menggebu. Meskipun Jamet bersalah, tetapi nalurinya sebagainya orangtua ia tidak rela jika puteranya harus masuk kedalam penjara.
"Jamet terjebak oleh wanita itu, Pak. Dia wanita yang jahat, dan pantas mendapatkan balasan," sahut pemuda itu mencoba membela dirinya.
"Tapi kamu tidak boleh menghakiminya," pria itu mencoba menasehati puteranya.
"Bapak tidak tahu apa yang sebenarnya terjad." Jamet beranjak bangkit, dan berdiri dengan masih kesulitan.
Sedangkan sang Emak masih bingung dengan apa yang sedang dibahas oleh kedua pria tersebut.
"Jamet ada urusan sebentar, Pak, Mak. Nanti kita sambung lagi bicaranya," pemuda itu mengambil tas berukuran kecil, lalu menyelempangkannya dipundak. Ia mengambil sebuah topi, serta masker, dan dengan cepat meninggalkan rumah.
Ia memesan taksi online menggunakan ponsel lainnya, dan sepertinya ia sedang merencakan untuk melarikan diri dari kejaran Polisi atas penyiraman air keras ia telah ia lakukan, atau juga berlapis dengan video yang telah ia sebarkan.
Setelah taksi yang dipesannya tiba, ia naik dengan cepat, dan meminta untuk diantar ke terminal bus.
Setelah jauh perjalanan, ia meminta turun ditempat yang berbeda dengan alasan membeli sesuatu, namun ia membayar tagihan taksinya dengan uang tunai yang ia letekkan dijok tengah, sebelum ia kabur dan menyelinap.
****
Hari beranjak sore, dan jam kerjanya telah berakhir saat waktu memperlihatkan pukul enam belas . Arka menyelesaikan pekerjaannya. Lalu meraih tas kerjanya dan keluar meninggalkan ruangannya.
Ia baru saja mendengar kabar jika Riri mengalami insiden tidak menyenangkan yang dilakukan oleh Jamet.
Tentu saja hal itu sangat mengejutkannya. Namun sepertinya hatinya biasa saja saat menanggapi kabar tersebut, dimana todak terbesit rasa simpati dihatinya, justru ia sangat hambar.
Ia berjalan menyusuri koridor. Terlihat Joni sedang menatap layar ponsel dengan tidak berkedip.
Video yang dikirimkan oleh Jamet ternyata sempat dilihat orang. Berita itu membuat kegemparan yang cukup viral.
Sedangkan Jamet saat ini masih dalam pencarian Polisi, sebab ia akan menjadi terduga pelaku, ditambah lagi dengan video yang menyebar dan memperlihatkan erotisme yang sudah jelas melanggar hukum.
Arka mengabaikan berita yang sedang hangat dibahas. Ia menuju parkiran, dan ketika berada didalam mobil, ia tampak bimbang,apakah ia harus pulang kerumah, atau kembali ke hotel.
Ia sangat takut jika kembali ke rumah, maka amarah dan emosinya kembali meledak.
"A'audzubillahi minassyaithan nirrajim....." ucapnya dengan lirih, lalu mengemudikan mobilnya dan keputusan apa yang telah diambilnya saat ini.
Sementara itu, Gita masih terdengar berteriak-teriak dengan suaranya yang sangat mengganggu para warga kompleks.
Meskipun rumah Gita dan Arka memiliki bangunan yang lebih luas dibanding rumah warga lainnya, namun tetap saja terdengar, karena teriakan Gita begitu melengking.
Sebagian warga ada yang membantu memberikan makan siangnya, namun Gita melemparkan piring tersebut, sebab ia melihat jika nasi dan lauk didalam wadah makannya terlihat seperti ular berukuran kecil yang seolah hendak mematuknya.
Bahkan ada yang mencoba untuk memberikannya minum, namun justru mendapatkan tendangan darinya.
Menghadapi hal tersebut, para warga tidak ada yang berani untuk kembali datang menjenguknya.
Mereka tidak ingin mendapatkan kekerasan dari Gita yang saat ini sungguh hilang kendalinya.
"Gita kenapa benar-benar jadi gila, sih?" ucap Inah yang saat siang tadi mendapatkan tendangan tanpa bayangan ketika ingin memberinya minum.
"Iya, dia terus teriak-teriak kalau suaminya selingkuh," Tuti menimpali.
"Mungkin Arka beneran selingkuh! Buktinya dia gak perduli dengan istrinya dan bahkan anaknya juga gak diingat," Inah semakin menggebu dalam gosip-annya.
"Laki-laki kalau sudah ketemu tempe bacem yang baru, maka dia lupa sama apem yang lama," sahut Tuti.
"Iya, laki-laki emang begitu. Apalagi jabatan si Arka sudah tinggi, pasti dia pengen nambah istri!" Inah terlihat geram dengan Arka sang tetangga yang telah mengabaikan istrinya.
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔