Gricelin Noah Fallon ingin merayakan ulang tahun Calon Tunangannya Harley Gunawan dihotel, tak disangka Harley yang ditunggu tidak datang dan malah tiga pria lain yang masuk ke dalam kamar hotel yang dia pesan.
Dia yang sudah diberikan obat perangsang oleh ibu kandungnya tidak bisa menolak sentuhan pada kembar dan sangat hebat diatas ranjang.
Tak disangka, semua hal yang terjadi malam itu adalah konspirasi ibu kandungannya Marina Fallon, yang ingin menghancurkan hidupnya dan membuat Harley berpaling pada anak tirinya Diandra Atmaja.
Semua itu, ibunya lakukan untuk mendapatkan cinta dari suami dan anak tirinya.
Tapi takdir berkata lain, Gricelin yang hamil anak ketiga kembar itu malah dicintai secara ugal-ugalan, bahkan ketiga kembar itu membantunya balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria callista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28
Regan duduk dikursi dosen, memberikan materi pembelajaran untuk mahasiswa.
Sementara kakaknya Rava sedang rapat dengan para pemegang saham.
Sementara Rivan, dia pergi ntah kemana.
Regan tanpa sadar menatap ke arah bangku Gricelin, bangku paling belakang.
Ia merasa tidak tenang, kenapa sekarang dia malah kepikiran wanita itu?
Tapi Regan memilih abai, dia lalu kembali menjelaskan dengan senyuman ramah kepada para mahasiswa yang ada didepannya.
Sementara itu. Di ruang rapat yang luas di Universitas Utara, Rava berdiri penuh percaya diri di depan para jajaran direksi dan pengurus kampus.
Cahaya proyektor menyinari wajahnya yang bersemangat saat dia memaparkan tentang teknologi kecerdasan buatan dan bahasa pemrograman terbaru yang akan dikembangkan oleh kampus.
Slide demi slide dia jelaskan dengan detail, tangan kanannya sesekali menunjuk ke grafik dan diagram yang rumit.
Harley, sang CEO pemilik kampus, duduk di barisan paling depan.
Ekspresi wajahnya serius, matanya menatap tajam ke arah Rava.
Meski dalam hati dia tidak menyukai Rava karena persaingan cinta Gricelin, Harley tidak bisa mengabaikan kecerdasan dan inovasi yang ditunjukkan oleh Rava.
Bagi seorang pengusaha sepertinya, hal yang lebih penting dari segalanya adalah keuntungan.
Jadi walaupun didalam hatinya dia sangat kesal dan marah pada Rava, tapi menyangkut bisnis.
Ia tetap akan mengesampingkan hal itu.
“Mungkin inilah alasan kenapa Astria Grup milik Rava berkembang pesat,” gumam seorang pengurus yang duduk di sebelah Harley, mengangguk-angguk mengapresiasi presentasi yang disampaikan.
Rava, menyadari pandangan tajam Harley, tidak terintimidasi.
Dia terus berbicara dengan semangat, menjelaskan potensi besar dari teknologi yang dikembangkannya itu untuk kemajuan Universitas Utara.
Suaranya penuh antusias, dia berbicara tentang masa depan cerah, tentang bagaimana universitas ini bisa menjadi pemimpin dalam teknologi pendidikan berkat kerjasama ini.
Saat sesi tanya jawab, pertanyaan demi pertanyaan dia jawab dengan tenang dan detail, membuat beberapa dwan direksi dan pengurus yang semula ragu, kini mengangguk-angguk kagum.
Rava, dengan segala kecerdasannya, berhasil memukau hampir semua yang hadir di ruangan itu, menegaskan posisinya tidak hanya sebagai pengusaha sukses tapi juga inovator ulung.
Setelah hampir satu jam fokus pada pekerjaannya, Rava pun kembali duduk ke kursinya.
Namun, dahinya mengkerut saat melihat ponselnya.
Banyak sekali pesan masuk dan panggilan telepon dari pelayan rumah.
Rava meminta ijin pada Harley dan yang lain dengan sopan, walaupun dia tidak menyukai Harley.
Tapi didepan publik, dia harus tetap menunjukkan citra yang baik.
Rava yang tidak sabar, sudah menelpon pelayannya yang ada dirumah sebelum dia keluar ruangan rapat.
"Apa yang terjadi pada Gricelin?"
Suara Rava sampai ke telinga Harley.
Setelah Rava benar-benar keluar dari ruangan rapat, Harley juga meminta ijin untuk keluar dari ruang rapat.
Mengingat semua pembahasan sudah sampai final.
Saat Harley keluar ruangan, dia melihat Rava yang berlari dengan tergesa menuju ke arah parkiran VIP kampus.
"Apakah terjadi hal yang buruk pada Gricelin?" gumam Harley tanpa sadar, dia pun mengikuti Rava ke parkiran.
Semua jam kelas pagi pun juga sudah selesai, para mahasiswa berhambur keluar dari kelas.
Sekarang mahasiswa nampak heboh, saat dari kejauhan melihat dua CEO tampan yang pemilik saham terbesar dikampus ini.
"Kabarnya Rava Astria sudah membeli saham di kampus ini, bahkan saham yang dia beli lebih dari 40 persen, melebihi Harley Gunawan."
"Wah pasti Rava itu orang yang sangat kaya."
"Astaga, kamu nggak lihat berita portal bisnis. Rava orang terkaya dinegeri ini!"
Diandra yang mendengar orang-orang membicarakan Rava nampak kesal. Bahkan tanpa sadar, kedua tangannya juga terkepal.
"Kenapa sih? Gricelin harus seberuntung itu!"
Tatapan Diandra menggelap.
Sementara para sahabat Diandra yang lain, hanya bisa saling senggol tanpa mengucapkan apapun.
"Diandra, apakah kamu bisa memberitahukan dimana Gricelin tinggal?" tanya Ana.
Ekspresi Diandra sedikit berubah buruk. Tapi dia berubah mengubah ekspresinya menjadi biasa lagi.
Namun, perubahan ekspresi Diandra tak luput dari tatapan Rona.
"Maaf, aku nggak tahu dimana sekarang Gricelin tinggal! Dia ngak memberitahhku," sahut Diandra.
Ana tidak bisa menyembunyikan ekspresi kecewanya. "Gara-gara Gricelin, kakakku dipecat oleh Rava."
Diandra sedikit terkejut, tapi tidak dengan Sia dan Rona.
Diandra bisa menduga, teman-temannya yang lain sudah diberitahu terlebih dulu oleh Ana.
Dan dia diberi tahu yang paling akhir, memikirkan hal itu.
Rasa kesal muncul didalam benak Diandra.
"Sial!" gumam Diandra dalam hatinya.
Sementara sahabatnya yang lain saling berdiskusi didepannya.
"Kalau dari awal aku itu tahu, Rava begitu bucin dengan Gricelin. Aku pasti akan berhati-hati."
"Atau jangan-jangan tiga pria yang berada dalam satu kamar hotel bersama Gricelin malam itu adalah Rava, Rivan dan juga Regan. Tiga kembar penguasa kota Astria," celetuk Sia, dia asal menebak.
Tapi suaranya yang keras membuat para mahasiswa yang berdiri tak jauh darinya menoleh.
Semua orang yang berada disekitaran Sia tidak tahan dan langsung menggosip, mereka semua menerka-nerka apa yang dipikirkan oleh Sia sekarang ini.
Semua orang nampak syok dan terkejut, bahkan ada yang langsung iri dengan keberuntungan yang ada dalam diri Gricelin.
Sementara Diandra akhirnya menyadari, "ini nggak mungkin. Seharusnya nggak bakalan mungkin terjadi. Kalau malam itu, Gricelin bersama tiga kembar ..."
Diandra menutup mulutnya, bahkan kedua bola matanya membuka lebar.
"Apakah Marina sebodoh itu? Bisa-bisanya dia tidak mengenali orang yang membeli anaknya."
"Atau jangan-jangan Marina sudah tahu. Dia hanya berpura-pura bodoh untuk menyelamatkan Gricelin. Bagaimana pun juga Gricelin memang anak kandungnya."
Diandra yang akhirnya bisa menyatukan potongan puzzle menjadi satu, akhirnya menyadari.
Jika selama ini Marina tidak pernah berada dipihaknya, dai bermain licik untuk melindungi nyawa putrinya.
"Aku harus bilang semua ini sama ayah, ayah harus tau tentang Marina yang berusaha mengkhianati kita."
Saat Diandra ingin menghubungi ayahnya, untuk membahas tentang Marina.
Marina ibu tirinya malah menelpon dirinya.
Diandra dengan malas mengangkatnya. "Diandra, mama sudah menemukan beberapa sulaman milik Gricelin. Sepertinya bisa kamu gunakan untuk ikut perlombaan internasional di kampus."
Setelah mendengar ucapan Marina dari balik telepon, senyuman Diandra pun mengembang.
Akhirnya dia teringat, kalau selama ini Marina bersikap sangat kejam pada Gricelin, bahkan pernah berniat untuk melenyapkan nyawanya.
Jadi tidak mungkin kalau Marina melakukan konspirasi untuk menyelamatkan Gricelin.
"Nggak ... Mungkin ini hanya kebetulan ... Mungkin aku hanya terlalu banyak berpikir dan menduga-duga saja." gumam Diandra dengan senyuman merekah.
Sementara Marina yang berada dirumah nampak mengigit bibir bawahnya, dia nampak bingung dan juga linglung.
Diandra masih diabaikan oleh tiga temannya bahkan ketiga temannya sekarang ini juga sedikit menjaga jarak darinya, tapi dia juga tidak peduli.
Karena Diandra tahu, tidak ada pertemanan yang tulus didunia ini.
Bagi Diandra, hati seseorang akan mudah berubah.
Contohnya, Marina saja begitu tega dengan Gricelin, padahal Gricelin anak kandung.
Mengingat hal itu, Diandra juga menjauhkan diri dari ketiga temannya.
Mengingat sekarang dia juga hamil anak Harley, cepat atau lambat teman-temannya pasti akan kembali mendekatinya.
Sekarang yang harus dia pikirkan, bagaimana caranya agar bisa menghancurkan Gricelin.
"Apakah kamu Diandra Atmaja?" tanya seorang pria yang mana membuat semua mahasiswa menoleh.
"Pak Regan ... " Panggil Diandra dengan nada terkejut.