NovelToon NovelToon
Dunia Dzaka

Dunia Dzaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Trauma masa lalu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Bulan_Eonnie

Aaron Dzaka Emir--si tampan yang hidup dalam dekapan luka, tumbuh tanpa kasih sayang orang tua dan berjuang sendirian menghadapi kerasnya dunia.

Sebuah fakta menyakitkan yang Dzaka terima memberi luka terbesar sepanjang hidupnya. Hidup menjadi lebih berat untuk ia jalani. Bertahan hidup sebagai objek bagi 'orang itu' dan berusaha lebih keras dari siapapun, menjadi risiko dari jalan hidup yang Dzaka pilih.

Tak cukup sampai di situ, Dzaka harus kehilangan salah satu penopangnya dengan tragis. Juga sebuah tanggung jawab besar yang diamanatkan padanya.

Lantas bagaimana hidup Dzaka yang egois dan penuh luka itu berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan_Eonnie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DD 28 Paman Adi vs Tuan Emir

"Ada urusan apa Anda ke sini Tuan Emir?" sarkas Paman Adi.

Suasana kamar rawat inap Dzaka yang sejak tadi sudah menyesakkan terasa semakin mencekam. Netra tajam Tuan Emir menatap marah Paman Adi. Harga dirinya terluka mendapatkan ucapan sarkas dari seorang pengawal.

"Adi!" Tangan Tuan Emir mengepal dan wajahnya mengeras menggambarkan amarah yang ada di dalam dirinya begitu besar.

Namun, Paman Adi tidak goyah sama sekali. Tidak ada yang berubah darinya. Tatapannya masih tajam, tanpa merasa terintimidasi oleh netra tajam Tuan Emir.

"Kau ... kau sudah semakin berani denganku, Adi?!" Suara Tuan Emir yang dalam dan menyimpan amarah membuat udara di dalam ruang inap itu semakin berat.

Paman Adi benar-benar tak menurunkan tatapannya sedikitpun. Dia merasa sudah saatnya dia menegaskan posisinya pada Tuan Emir. "Kenapa saya harus tunduk kepada Anda?"

Ucapan Paman Adi membuat para pengawal yang mengikuti Tuan Emir menahan napas. Mereka merasakan ucapan Paman Adi membuat kinerja jantung mereka meningkat.

Napas berat Tuan Emir menjadi selingan dari suara yang dihasilkan dari monitor di samping ranjang Dzaka. Bahkan tubuh tegap itu tampak bergetar menahan amarah.

"Kau ... kau ...." Tuan Emir berjalan mendekati Paman Adi yang masih berdiri menghadap ke arahnya seolah menantang kedatangan Tuan Emir.

Tanpa aba-aba Tuan Emir sudah menerjang Paman Adi dengan sebuah tendangan keras tepat di dadanya. Sontak Paman Adi terhuyung menghantam dinding di belakangnya.

"Uhuk ...." Paman Adi memuntahkan seteguk darah. Napasnya memburu mencoba menetralisir rasa sakit di tubuhnya. Kondisi Paman Adi jelas tidak baik, karena terlalu mengkhawatirkan tuan mudanya.

Penghuni lain di ruang inap itu dibuat berdiri mematung, bahkan menahan napas. Semua orang dibuat terkejut dengan tindakan tiba-tiba Tuan Emir.

Setelah berhasil memenangkan dirinya, Paman Adi kembali menatap Tuan Emir yang kini berdiri di hadapannya. "Anda bukan tuan saya, Tuan Emir!"

Ucapan tajam Paman Adi sepertinya berhasil mengembalikan akal Tuan Emir yang tadinya dikendalikan amarah. Bahkan wajah gelapnya kini menegang setelah mengingat sesuatu.

"Jika Anda sudah mengingatnya, maka sebaiknya Anda menjaga sikap! Saya bisa kapan saja kembali kepada tuan asli saya!"

Paman Adi berusaha berdiri dengan ringisan lirih keluar dari mulutnya. Langkah tertatihnya mendekat ke ranjang Dzaka, kemudian mengelus lembut rambut hitam Dzaka.

Tatapan tulus penuh kasih sayang terpancar dari netra Paman Adi. Dia sangat menyayangi tuan mudanya ini. Tuan muda yang sudah dia temani dalam setiap tumbuh kembangnya.

Tuan Emir yang sudah sadar dari keterkejutannya menoleh ke arah dokter yang sejak tadi mematung di samping ranjang Dzaka. "Bagaimana kondisi cucu saya?"

Dokter yang mendapat pertanyaan tersebut sedikit tersentak. Dengan linglung dia berusaha menjelaskan kondisi Dzaka. "Kondisi pasien saat ini sudah stabil. Namun harus mendapat perhatian khusus, karena pasien baru saja menjalani operasi dan dikhawatirkan terjadi sesuatu selama pasien belum siuman. Saat ini kita hanya perlu menunggu pasien sadar."

Tuan Emir yang sudah mendengar jawaban dokter menoleh ke arah Dzaka. Netranya menatap Dzaka dalam, namun tidak ada yang bisa menebak apa arti dari tatapan itu.

Kini ruangan itu berubah sunyi. Udara berat masih menggantung memenuhi ruangan membuat orang-orang di dalamnya sesak. Namun, tidak ada yang berani memecah keheningan dan memilih larut bersama di dalamnya.

Dimitri yang sejak tadi berdiri di sisi Dzaka, masih menatap lebam memudar itu dengan tatapan tajam. Dia bahkan tidak memedulikan kehebohan yang terjadi antara Paman Adi dan Tuan Emir.

Pikiran Dimitri diselimuti kabut amarah. Hatinya dipenuhi bisikan-bisikan jahat yang membuat amarahnya semakin mencuat ke permukaan. Dia bahkan mengepalkan tangan begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Paman .... Siapa yang sudah melakukan ini?" tanya Dimitri memecah keheningan yang menyelimuti ruangan.

Paman Adi terdiam. Pikirannya sedang mencoba mencocokkan beberapa ingatan dari kejadian lalu. Jadi selama ini tuan mudanya menyembunyikan semua luka ini sendiri?

"Pa--" Belum selesai Dimitri berucap sebuah suara lirih mengisi rungunya.

"Mami ... Papi ...." Mata Dzaka masih memejam erat, tak ada tanda-tanda kelopak itu akan terbuka. Namun, suara lirih itu berhasil keluar dari belah bibirnya.

Dokter yang mendengar itu mencoba memeriksa kondisi Dzaka, berharap ini adalah tanda-tanda pasiennya ini akan sadar. Namun, setelah melakukan pemeriksaan, tak ada reaksi yang menunjukkan tanda akan sadar.

Berbeda dengan dokter, Dimitri mematung. Tatapan kosongnya menatap lurus wajah pucat Dzaka. Suara lirih yang memasuki rungunya membuat hati Dimitri bak diremas kuat lalu ditusuk ribuan jarum tak kasat mata. Tanpa luka nyata, namun sakitnya membuat Dimitri hampir kehilangan akal sehatnya.

Panggilan itu ... panggilan yang sudah begitu lama menghilang dari hidupnya. Mendengarnya lagi membuat Dimitri terbawa pada masa lalu menyakitkan yang membuat hidupnya hancur.

"Jangan ... tinggalkan ... Dzaka." Setitik air mengalir di sudut mata Dzaka yang masih terpejam. Dalam tidur panjangnya, Dzaka sedang melihat luka lama yang menjelma menjadi trauma terbesar di dalam hidupnya. Luka yang tak pernah mengering meski waktu sudah berlalu lama.

Lagi. Suara lirih Dzaka mengisi rungu Dimitri dengan jelas. Seolah-olah sengaja menarik Dimitri pada lukanya. Luka yang telah membuat dia menjadi sosok berbeda; Luka yang membuat Dimitri kehilangan segalanya.

"Pasien mengatakan hal yang sama untuk kedua kalinya," ujar dokter membuat netra semua orang tertuju padanya. Ditatap sedemikian rupa tentu saja membuat dokter tersebut terkejut.

"Ta-tadi ... saat di UGD ... pasien juga mengatakan hal yang sama setelah batuk keras dan memuntahkan darah."

Begitu saja Paman Adi terduduk di sisi ranjang seraya memegangi tangan Dzaka dengan erat. "Tuan Muda ... tolong bertahanlah!" lirih Paman Adi tepat di telinga Dzaka mencoba menyalurkan sedikit kekuatan agar Dzaka bisa melawan rasa sakit dari masa lalunya.

Tuan Emir terdiam seraya duduk di sofa tak jauh dari ranjang Dzaka. Ingatannya juga melayang pada kejadian belasan tahun lalu, yang membuatnya menderita. Salah satu alasan kenapa dia bersikap begitu keras kepada Dzaka yang merupakan cucu kandungnya sendiri.

Dokter dan perawat serta para pengawal berjalan pelan ke luar ruang rawat Dzaka meninggalkan tiga orang yang sedang terhanyut dalam pikiran mereka dan Dzaka yang masih terbaring tak berdaya.

"Mami ... Papi ... kalian ... jahat ...." Kata demi kata yang diucapkan oleh Dimitri ditangkap jelas oleh Paman Adi yang langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan dalam.

Dari bawah sini bahkan Paman Adi dapat melihat air yang berjatuhan dari pipi Dimitri. Hatinya terenyuh. Selama ini dia hanya menjaga Dzaka, tapi bagaimana dengan Dimitri? Seperti apa hidup Dimitri sebelum Paman Adi merekrut menjadi guru les Dzaka dan berada dalam pengawasannya?

"Nak Dimitri!" Panggilan Paman Adi membuat Dimitri menoleh dengan mata basahnya. Namun, ucapan selanjutnya dari Paman Adi benar-benar meruntuhkan tembok pertahanannya.

"Maaf ... sudah membiarkanmu berjuang sendiri dalam waktu yang lama."

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
Ceritanya seru yok di baca
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Makasih, Kak
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut dong /Scream/
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Stay tune, Kak. Terima kasih sudah mampir❤️
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
idih sirik bgt si/Cleaver/
Jena
Bener-bener bikin ketagihan.
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak❤️ Nantikan terus updatenya ya kak😊
total 1 replies
bea ofialda
Buat yang suka petualangan, wajib banget nih baca cerita ini!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak sudah mampir❤️
total 1 replies
Mamimi Samejima
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih sudah mampir kakak❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!