Mengisahkan seorang gadis desa rupawan, Ling Yi namanya, yang mendadak kehilangan kebahagiaannya akibat suatu bencana tak terduga.
Bukan karena musibah, melainkan karena peristiwa kebakaran yang di sengaja oleh pasukan jahat dari suatu organisasi rahasia.
Di saat bersamaan, Ling Yi juga menyadari bahwa ia memiliki suatu keistimewaan yang membuat dirinya kebal terhadap api.
Malam itu, kobaran api yang menyelimuti rumah mungilnya pun menjadi saksi bisu atas segala kepedihan, kesedihan, amarah, serta kebencian yang mengepul dalam tekadnya untuk membalaskan dendam.
"Aku bersumpah! Suatu hari nanti, akan ku habisi mereka semua dengan apiku sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SSERAPHIC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fakta Baru
Dengan senang hati, Xiao Feng pun segera menjelaskan pada Ling Yi untuk menjawab pertanyaan dari gadis itu.
"Hm, kamu benar. Aku sengaja datang kesana untuk melihat kondisi para warga. Aku khawatir ada warga lainnya yang juga terluka, seperti ayahmu. Dan ternyata, dugaanku benar. Mereka semua ternyata memiliki luka masing-masing di tubuh mereka. Jadi, aku pun memutuskan untuk memanggil tenaga medis turun kesana supaya bisa mengobati mereka,"
"Ohh... begitu, ya?" sahut Ling Yi pelan.
"Aku tidak menyangka, ternyata dia bisa memikirkan tentang orang lain dengan begitu detail," batin Ling Yi takjub.
"Kalau kamu? Kenapa kamu mencariku tadi?"
Ling Yi pun kemudian teringat, lalu kembali memasang wajah seriusnya.
"Soal itu... sebenernya, aku rasa ini belum waktunya bagi kita untuk bersantai, apalagi bermain-main. Aku ingin kita bertiga bisa secepatnya menyusun rencana baru untuk menghabisi pasukan Malam Hitam, juga Zhang Hao, dan pemimpin mereka. Aku khawatir, jika kita tidak bergerak cepat, maka akan semakin banyak pula orang-orang yang akan terluka,"
"Dia ini, ternyata masih saja memikirkan orang lain di saat seperti ini. Sepertinya, dendamnya pada Malam Hitam, benar-benar tidak bisa di remehkan,"
"Baiklah, Ling Yi. Aku setuju. Tenang saja. Kapanpun kamu siap, aku pasti akan selalu ada untuk membantu,"
Senyuman Ling Yi pun merekah, berkat jawaban dari pria itu yang sukses menghangatkan hatinya.
...----------------...
"Aduh... ngapain sih aku kesini? Lagian, kenapa juga sih aku tidak bisa berhenti mengkhawatirkannya?" gerutu Ning Ning dalam hatinya, yang amat sangat frustrasi terhadap dirinya sendiri.
Sore harinya, di sisi yang berbeda, Ning Ning terlihat sudah berdiri tegak di depan pintu kamar Yan Cheng dengan ratusan persoalan membingungkan yang memenuhi seisi kepalanya.
Entah kenapa sulit sekali rasanya bagi Ning Ning untuk menghentikan langkah kakinya yang terus memaksa ingin membawanya tempat itu.
"Tapi kira-kira, dia ada di dalam atau tidak, ya? Lalu, apa yang harus ku katakan padanya nanti? Sedang apa, ya, dia sekarang? Apa dia sudah merasa lebih baik? Atau malah sebaliknya? Gawat! Tidak, tidak! Itu tidak boleh di biarkan!"
Pada akhirnya, Ning Ning pun memilih masa bodoh dengan pikirannya. Clingak-clinguklah ia ke sisi kanan dan kirinya, untuk memastikan tidak ada orang yang melihat.
Setelah di rasa aman, ia pun memaksa membuka pintu kamar tersebut dengan mengendap-endap, tanpa suara sedikitpun.
"Apa? Kosong?" celetuknya heran setelah berhasil membuka pintu di hadapannya itu.
Ning Ning pun bergegas masuk ke dalam sana dan menutup pintunya rapat-rapat, lalu kembali membalikkan badannya menghadap kamar.
Layaknya maling, Ning Ning melangkah diam-diam untuk mengamati keadaan di sekitarnya, mengelilingi seisi ruangan itu untuk berusaha menemukan sesosok pria yang tengah ia cari.
"Dimana sih dia? Kok tidak ada? Apa dia sedang keluar ya? Hm, yasudahlah," batin Ning Ning dengan raut wajah sedih, lalu melangkah mundur untuk berbalik badan meninggalkan kamar itu.
Brukkk
"Aaahk... mmh-?!" teriak Ning Ning terkejut.
Tiba-tiba saja, tangan seseorang dari arah belakang bergerak membungkam mulut Ning Ning untuk menghentikan teriakan gadis itu.
Degg
Jantung Ning Ning pun berdegup kencang lantaran terkejut dengan kehadiran sesosok pria yang lebih tinggi darinya, yang tanpa sengaja bertabrakan dengan tubuh bagian belakangnya. Ia pun hanya tertunduk diam, dengan tubuh yang mulai gemetar.
"S-siapa? Siapa itu?" celetuk Ning Ning dalam hatinya, bersamaan dengan membesarnya rasa takut dalam dirinya.
Pria itu pun melepaskan tangannya dari mulut Ning Ning, lalu bertanya,
"Siapa kau?" tanya pria tersebut dengan nada dingin.
"Gawat! I-itu kan... aduh... matilah aku..." batin Ning Ning yang bertambah gelisah.
Perasaan kesal akhirnya timbul, membuat Yan Cheng meraih pundak gadis itu dan membalikkan paksa tubuhnya.
"Jawab aku!" cetus Yan Cheng.
Degg
"Kau-?!" sontaknya terkejut.
Begitu pula Ning Ning yang ikut membelalakkan matanya tak kalah terkejut, terlebih lagi di saat ia melihat bahwa pria yang ada di hadapannya itu tengah bertelanjang dada.
"Aaahk... mmh-?!"
Lagi dan lagi, teriakan Ning Ning pun terulang, dan langsung kembali di bungkam oleh Yan Cheng, dengan wajah yang sangat dekat dengan gadis itu.
"Kau ini-! Apa tidak bisa tenang sebentar?" cetus Yan Cheng menatapnya tajam, dengan telapak tangan yang masih setia menempel di mulut gadis itu. "Diamlah, atau orang-orang akan mendengarmu nanti. Mengerti?!"
Ning Ning pun mengangguk cepat, sukses di buat ketakutan dengan tatapan tajam dari pria itu.
Setelah itu, Yan Cheng pun dengan cepat menjauhkan tangannya, juga tubuhnya dari gadis itu.
Begitu pula Ning Ning yang ikut melangkah mundur sembari mengalihkan tubuhnya menghadap tembok, lantaran merasa malu dan tak berani menatap pemandangan yang ada di hadapannya itu.
"Kenapa aku seperti merasa tidak asing dengannya? Siapa sih gadis ini sebenarnya?" batin Yan Cheng keheranan dengan perasaan akrab yang ia rasakan.
"Aduh... memangnya sopan apa berpenampilan seperti itu? Kemana perginya pakaiannya itu? Kenapa sih dia tidak memakainya?"
"Kau- sedang apa kau di sini? Katakan," cetus Yan Cheng dingin.
"I-itu... a-aku..."
"Aduh... apa ya..."
"Jawab!"
"I-iya-iya! S-sebenarnya, aku... aku ingin... oh! Mengganti selimut!"
"Sudah di ganti,"
"O-ohh... kalau begitu, membersihkan kamar?"
"Sudah bersih,"
"Ohh... s-sudah, ya? Hehe..." sahut Ning Ning terbata-bata dan tertawa canggung, dengan posisi yang masih terus menghadap tembok.
Yan Cheng pun hanya bisa di buat keheranan menatap gerak-gerik gadis yang tengah membelakanginya itu. Beda halnya dengan Ning Ning yang terus berpikir keras untuk mencari alasan sebagai pelariannya.
"L-lalu... pakaian? Apa kamu kehabisan pakaian? Jika iya, aku bisa ambilkan yang baru untuk-"
Brukkk
Degg
Ucapan Ning Ning terpotong oleh Yan Cheng yang tiba-tiba menarik tubuhnya dan memojokkannya ke tembok, membuatnya mata mereka kembali bertemu. Jantungnya pun kembali berdebar kencang tak karuan.
"Aku di sini, bukan di sana. Menataplah pada orang yang sedang kau ajak bicara," cetus Yan Cheng dengan nada malas.
Ning Ning pun membatu, diam seribu bahasa. Matanya terbelalak sempurna saat kembali di hadapkan dengan dada bidang, serta perut kotak-kotak milik Yan Cheng yang begitu memanjakan mata.
"Kenapa? Kau suka?" tanya Yan Cheng menyeringai jahil pada gadis itu, sembari melirik sekilas pada aset kotak-kotak miliknya.
"A-apa? T-tidak kok!" celetuk Ning Ning sembari memalingkan pandangannya.
"Aduh... jantungku... apa-apaan sih dia itu?" batin Ning Ning kesal dengan kedua pipinya yang sudah merona bak udang rebus.
"Bagus! Ini saatnya!"
Tiba-tiba saja, Yan Cheng menggerakkan tangannya menurunkan pakaian gadis itu sedikit pada bagian pundak kirinya.
Ning Ning pun tersontak kaget dan segera menjauhkan tubuhnya dari Yan Cheng, meninggalkan pria itu yang masih membatu.
"A-apa yang kamu lakukan?!" sontak Ning Ning gemetar ketakutan, sembari menutupi pundak kirinya yang tengah terbuka. Tanda lahir berbentuk berbentuk bulat kemerahan pun terpampang jelas di pundak mulusnya itu.
"D-dia..." batin Yan Cheng lirih, dengan kepala yang tertunduk diam.
"Mei Ning?" lirih Yan Cheng pelan.
Degg
Satu nama seseorang berhasil lolos dari mulut Yan Cheng, dan sukses mengejutkan Ning Ning.
"A-apa?" batinnya tersontak. "I-itu kan... nama asliku. B-bagaimana dia bisa tau?!"
makin penasaran kalau nggak lanjut soalnya/Scream//Scream//Scream/
buat Sang author kita tercinta
semangat..../Determined//Determined//Determined/