Gyan Abhiseva Wiguna tengah hidup di fase tenang pasca break up dengan seorang wanita. Hidup yang berwarna berubah monokrom dan monoton.
Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia dititipi seorang gadis cantik yang tak lain adalah partner bertengkarnya semasa kecil hingga remaja, Rachella Bumintara Ranendra. Gadis tantrum si ratu drama. Dia tak bisa menolak karena perintah dari singa pusat.
Akankah kehidupan tenangnya akan terganggu? Ataukah kehadiran Achel mampu merubah hidup yang monokrom kembali menjadi lebih berwarna? Atau masih tetap sama karena sang mantanlah pemilik warna hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Tertampar Perkataan
Gyan tersenyum ketika membaca pesan yang dikirim oleh Achel. Ya, gadis itu melarangnya untuk menghubungi Achel dikarenakan ada Erzan di sana. Padahal, adanya dia karena aduan dari Gyan.
Di jam istirahat, seseorang datang menghampirinya dan membisikkan sesuatu. Raut wajah Gyan pun langsung berubah. Akal cerdiknya mulai bekerja dan segera p Erzan yang memang tengah ada di Singapura.
"Thanks infonya. Gua akan meluncur."
Hembusan napas penuh kelegaan pun keluar. Lengkungan senyum juga hadir di sana.
"Jauh bukan berarti tak diawasi," gumamnya dengan raut penuh kemenangan.
Di lain tempat, suasana mendadak horor. Biasanya Achel tak merasakan vibes seperti ini sebelumnya jika bertemu dengan sang Wawa. Tapi, kali ini seperti orang yang memiliki salah. Takut, itulah yang mendominasi hati.
"Kenapa gak dimakan? Bukannya ini ayam crispy kesukaan kamu?" Achel tersadar. Barulah dia memakan makanan yang terasa hambar. Pikirannya sedang melayang.
"Kak Gy, Achel takut."
Hanya bisa berteriak di dalam hati. Tidak mungkin lelaki itu mendengarnya. Getaran ponsel Erzan membuat mata Achel beralih sebentar.
"Ada apa, Mbul?"
Kunyahan Achel terhenti. Suara Gyan terdengar jelas karena sang Wawa sengaja mengaktifkan speaker ponsel.
Achel terus mendengarkan percakapan Gyan dengan Erzan. Dia pun bersikap sebiasa mungkin agar sang Wawa tak curiga.
"Berapa lama lu di sana?"
"One year."
Makanan yang Achel kunyah terasa sangat hambar ketika mendengar jawaban tersebut. Erzan pun menasihati dengan nada suara yang khas perihal dirinya yang tak pernah kembali ke tanah kelahiran. Di mana kedua orang tua serta keluarga sangat merindukannya.
"Jangan kayak orang miskin, Bang," balas Gyan. "Pesawat pribadi ada, tinggal terbang aja ke sini. Atau mau disewain pesawat komersil business class? Gy jabanin." Bukan Gyan kalau tidak sombong.
Achel tersenyum begitu tipis ketika mendengar kesombongan Gyan. Lelaki si mulut pedas yang memiliki bisa ganas yang tengah dia rindukan. Hanya bisa menatapnya via layar benda pipih.
Namun, senyumnya tetiba menghilang ketika sang paman menyinggung perihal pernikahan. Di mana usia Gyan sudah cukup untuk membina rumah tangga. Serta aset yang sudah tersebar di mana-mana.
"Lu mau nyari apa lagi sih, Mbul? Cepet nikah!"
Jantung Achel mulai berdebar. Menanti jawaban apa yang akan Gyan berikan. Dan terdengar tawa kecil di seberang sana.
"Yakin Abang Er gak akan kaget kalau Gy nikah?"
"Uhuk!"
Di seberang sana lelaki itu tersenyum mendengar suara batuknya Achel. Dia meyakini jika gadis itu terkejut mendengar jawaban dari bibirnya. Sengaja, itulah yang Gyan lakukan.
Namun, senyum Gyan tak bertahan lama karena sebuah kalimat jawaban yang terdengar dari ponselnya.
"Asalkan enggak sama saudara sendiri, gua sih enggak akan kaget."
Bukan hanya Gyan yang terdiam. Achel pun membeku mendengarnya. Mereka berdua sepertu ditampar oleh perkataan Erzan.
.
Masih memikirkan apa yang dikatakan oleh sang Wawa. Ternyata cinta sudah membuatnya lupa akan hubungannya dengan Gyan. Di mana mereka berdua masih terikat di dalam tali persaudaraan.
Pusing sekaligus bingung. Dia sudah cinta, tapi kenyataan tak bisa dia sangkal. Lalu, dia harus apa?
Notif pesan sedari tadi terdengar. Gadis itu masih tenggelam akan perkataan sang paman. Disadarkan ketika sudah sayang. Bukankah itu akan menyakitkan?
Panggilan suara dari Gyan sudah masuk. Biasanya dia akan segera menjawab. Tapi, kali ini tidak. Achel masih bergelut dengan pikirannya sendiri.
Tepat di jam satu pagi, di mana Achel belum bisa memejamkan mata. Dia mulai meraih ponselnya yang berisik. Banyak pesan juga panggilan dari Gyan.
"Kenapa enggak mau jawab panggilan?"
Pesan terakhir yang Gyan kirim sekitar dua jam yang lalu. Achel mulai membalas pesan tersebut. Namun, hanya ceklis satu.
"Mungkin dia udah tidur."
Ketika pagi sudah datang pun pesan itu hanya ceklis satu. "Enggak biasanya Kak Gy kayak gini," gumamnya.
Achel menghela napas kasar. Ada rasa cemas di hati. Sayangnya, ucapan sang Wawa masih terngiang sampai pagi ini. Gadis itu memilih untuk bersiap karena ada jadwal kuliah pagi. Baru saja membuka pintu, betapa terkejutnya ketika melihat siapa yang ada di sana.
"K-Kak Gy!"
Gyan masuk ke dalam unit apartment Achel. Lalu, menguncinya. Lelaki yang dia rindukan sudah ada di hadapannya. Seperti mimpi yang nyata.
"Gua gak akan lama. Gua hanya ingin tahu kenapa semua pesan dan panggilan dari gua lu abaikan?"
Dibuat tercengang. Ternyata lelaki itu rela terbang dari Melbourne ke Singapura hanya untuk menanyakan perihal sikapnya semalam.
"Jawab, Chel!" Gyan mulai tak sabar karena gadis itu masih saja diam.
"Apa yang dikatakan Wawa benar, Kak. Kita itu saudara." Senyum teramat tipis terukir di bibir Gyan.
"Ada jurang pemisah. Bukan agama, melainkan status kita sebagai saudara. Bukankah dalam agama sesama saudara tak boleh menikah? Dan harusnya Achel enggak punya perasaan ini."
Dia yang berkata. Dia juga yang sakit dan sesak. Sedangkan Gyan bersikap sangat datar dan dingin.
"Terus mau lu apa sekarang?" Gyan ingin langsung ke inti.
"Ijinkan Achel untuk meletakkan perasaan ini."
Gyan tersenyum begitu tipis. Dia pun mengangguk pelan.
"Baiklah."
Satu kata yang begitu dingin terucap. Tanpa berkata lagi, lelaki itu memutar tubuhnya menuju pintu dan meninggalkan Achel yang masih membeku dengan air mata yang sudah menggenang.
"Kak Gy--"
...*** BERSAMBUNG ***...
Jangan lupa tinggalkan komen ya ..
lanjut trus ya Thor
semangat
terlaluuuu...
liat aja dari perjuangan si kulkas, semoga dapat restu dari semua keluarga ya gyan dan achel
akan kudukung karena kalian bukan adik kakak se ayah atau se ibu