Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28.
Senin malam sesuai dengan janji, Yanuar datang ke rumah Amanda. Ia masih menggunakan pakaian kerja. Ia datang ke rumah Amanda setelah pulang dari kantor. Amanda menyambut kedatangan kekasihnya dengan gembira.
“Assalamualaikum,” ucap Yanuar sambil berjalan menghampiri Amanda yang sedang berdiri di teras.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Amanda smeringah. Amanda memakai gaun selutut dengan motif bunga-bunga. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai. Wajahnya menggunakan riasan tipis, tetapi tetap terlihat cantik.
“Pak Bobby ada?” tanya Yanuar.
“Ada. Papa sedang menunggu kedatangan Abang,” jawab Amanda.
“Masuk, yuk.” Amanda mengajak Yanuar masuk ke ruang tamu. Yanuar mengikuti Amanda.
“Duduk dulu, Bang. Amanda panggilkan Papa dulu,” kata Amanda sambil menunjuk ke sofa yang ada di ruang tamu. Yanuar duduk di salah satu sofa. Amanda masuk ke ruang keluarga untuk memanggil papanya.
Yanuar memperhatikan ruang tamu rumah Amanda yang luas dan mewah. Ruang tamu tersebut diisi dengan hiasan interior mewah serta dilengkapi dengan lampu kristal yang mewah. Sungguh jauh berbeda dengan ruang tamu di rumah Yanuar.
Yanuar menarik napas dalam-dalam, ia sedikit gugup. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan Bobby papa Amanda. Ia sudah sering bertemu dengan Bobby, mereka hanya membicarakan hal yang ringan-ringan atau membicarakan perkembangan bisnis di Indonesia. Namun, kali ini ia datang menemui Bobby untuk membicara hal yang lebih pribadi. Bahkan lebih berat dari sekedar berbicara tentang bisnis.
Tidak berapa lama Amanda datang sambil menggendong Alvina, adik sambung Amanda yang masih bayi. Ia duduk di sebelah Yanuar. Yanuar memperhatikan Alvina di pakuan Amanda. Bayi itu sedang memainkan air liur sambil menggigit jari.
“De, salam dulu sama Bang Yanuar!” ujar Amanda kepada Alvina. Yanuar mengulurkan tangan ke Alvina. Alvina melepas jari yang berada di mulutnya lalu memajukan badannya. Ia ingin mendekati tangan Yanuar. Alvina memajukan bibinya lalu menempelkan bibirnya di punggung telapak tangan Yanuar.
Yanuar tersenyum melihat apa yang dilakukan Alvina. “Pinter,” puji Yanuar sambil mengusap kepala Alvina. Bayi itu tersipu malu lalu menyembunyikan wajahnya da’da Amanda.
“Ade malu, ya?” tanya Amanda sambil memperhatikan Alvina.
Tiba-tiba Bobby dan Claudia datang. Yanuar langsung berdiri dari tempat duduk. Bobby menghampiri Yanuar. “Apa kabar, Pak Yanuar?” Bobby menyalami tangan Yanuar.
“Alhamdulillah baik, Pak,” jawab Yanuar.
Claudia menghampiri Yanuar. Ia bersalaman dengan Yanuar, tangan mereka tidak bersentuhan.
“Silahkan duduk, Pak Yanuar.” Bobby menunjuk ke sofa tamu.
“Terima kasih, Pak.” Mereka pun duduk di sofa tamu.
“Ada apa nih, Pak Yanuar?” tanya Bobby.
“Kata Amanda, Pak Yanuar ada perlu sama saya. Sampai malam-malam ke sini,” ujar Bobby.
“Begini, Pak. Kedatangan saya ke sini adalah untuk melamar Amanda,” jawab Yanuar.
Bobby tidak kaget mendengar perkataan Yanuar. Ia sudah tahu Amanda dekat dengan Yanuar. Cepat atau lambat Yanuar pasti akan datang meminang Amanda.
“Hmm. Begitu, ya,” ujar Bobby.
Bobby menoleh ke putrinya yang duduk di sebelah Yanuar. “Amanda. Kenapa Amanda tidak bilang kalau Pak Yanuar datang ke sini hendak melamar Amanda?” tanya Bobby.
Amanda menjawab dengan nyengir kuda. “Sengaja biar jadi kejutan,” jawab Amanda.
“Apa kamu sudah siap untuk menjadi istri dan menjadi ibu?” tanya Bobby.
“Siap, Pa. Usia Amanda sudah dua puluh empat tahun,” jawab Amanda.
“Kalau mau menikah dengan Pak Yanuar, harus menerima putrinya juga. Jangan sampai setiap hari ribut dengan …. .” Bobby berhenti bicara, ia lupa nama anak Yanuar. Ia mencoba mengingat nama anak Yanuar, tetapi ia sulit mengingat nama anak Yanuar.
Bobby menoleh ke Claudia yang duduk di sebelahnya. Ia bertanya kepada Claudia. “Claud, siapa nama putri Pak Yanuar?”
“Yulia, Mas,” jawab Claudia.
Pandangan Bobby kembali kepada Amanda dan Yanuar. “Jangan sampai setiap hari kamu ribut dengan Yulia! Kasihan Pak Yanuar mau bela siapa? Di satu sisi istri dan di sisi lain anak,” lanjut Bobby.
Bobby tidak ingin rumah tangga putrinya sering terjadi percekcokan. Seperti rumah tangganya dengan Sinta, sewaktu ia dan Sinta belum cerai. Ia ingin rumah tangga putrinya adem, tentram dan langgeng hingga akhir hayat.
“Iya, Pa. Amanda tidak akan ribut dengan Yulia,” jawab Amanda.
“Baguslah kalau kamu mengerti,” ujar Bobby.
“Pak Yanuar. Apakah Yulia sudah tahu kalau Pak Yanuar akan menikah dengan Amanda?” tanya Bobby.
“Sudah, Pak. Yulia mengijinkan saya untuk menikah dengan Amanda,” jawab Yanuar.
“Alhamdulillah,” ucap Bobby dan Claudia. Mereka merasa lega karena anak Yanuar mengijinkan Yanuar menikah dengan Amanda. Sehingga dari pihak Yanuar tidak ada yang menghalangi hubungan Yanuar dan Amanda.
“Mengenai kuliah Amanda.” Yanuar berhenti sejenak, ia menarik napas sebentar.
“Saya siap untuk membiayai kuliah Amanda hingga selesai,” lanjut Yanuar. Ia harus memberitahu hal ini agar Bobby tidak khawatir kuliah Amanda akan berhenti di tengah jalan.
“Pak Yanuar tidak usah memikirkan soal itu! Biar saya yang tetap membiayai kuliah S2 Amanda,” ujar Bobby. Bobby tahu berapa besar gaji Yanuar. Sedangkan biaya kuliah S2 Amanda sangat mahal. Soal biaya kuliah Amanda biarlah menjadi tanggungannya hingga Amanda lulus kuliah.
Yanuar menghela napas mendengar apa yang dikatakan Bobby. Sebagai seorang laki-laki, ia ingin bertanggung jawab atas semua kebutuhan Amanda. Ia tidak ingin merepotkan Bobby. Mungkin Bobby belum bisa mempercayakan semuanya kepada dirinya.
“Berarti Pak Yanuar tinggal meminta restu dari Ibu Sinta,” kata Claudia. Perkataan Claudia menyadarkan lamunannya.
“Alhamdulillah, Ibu Sinta sudah memberikan restu. Beliau mengijinkan saya untuk menikah dengan Amanda,” jawab Yanuar.
Bobby, Claudia dan Amanda terkejut mendengarkan perkataan Yanuar. Mereka tidak menyangka kalau Sinta sudah merestui hubungan Yanuar dengan Amanda. Padahal beberapa minggu yang lalu Sinta keberatan kalau Amanda menikah dengan Yanuar.
Amanda menoleh ke Yanuar. “Kapan Abang bertemu Mama?” tanya Amanda.
Yanuar menoleh ke Amanda. “Beberapa hari setelah pernikahan Pak Gerry, Ibu Sinta datang ke Bandung. Beliau meminta Abang untuk menemui beliau di restaurant di Hotel Paviliun,” jawab Yanuar.
Amanda terkejut mendengar perkataan Yanuar. Mamanya dan Yanuar merahasiakan ini dari dirinya. “Kenapa Abang tidak bilang kalau Mama mau bertemu dengan Abang?” tanya Amanda.
Yanuar tersenyum mendengar pertanyaan Amanda. “Tidak ada yang perlu kamu cemaskan. Beliau hanya menanyakan tentang Abang dan keluarga Abang,” jawab Yanuar.
“Kebiasaan Mama selalu melakukan sesuatu di belakang Amanda. Kemarin mendadak menjodohkan Amanda dengan anak temannya. Sekarang diam-diam menemui Bang Yanuar,” kata Amanda dengan kesal.
“Amanda. Mamamu melakukan itu karena sayang kepada Amanda,” ujar Claudia.
“Ia harus mencari tahu siapa pria yang sedang dekat dengan putrinya. Apakah pria itu baik untukmu atau tidak?” Claudia mencoba memberi pengertian kepada putri sambungnya.
“Semestinya Mama Sinta bilang dulu ke Amanda! Jangan sembunyi-sembunyi di belakang Amanda,” kata Amanda dengan nada protes.
.
.
Maaf telat. Banyak kerjaan yang harus dikerjakan.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/