Warning area! banyak yang uwu-uwu dan panas-panas, harap bijak dalam memilih bacaan ya guys
Konflik ngeselin mohon bersabar, gak kuat angkat tangan!!
Karena suatu kejadian kelam Jiana terusir dari tempat tinggalnya. Kebejatan sang pemilik perusahaan tempat ia bekerja menjadi titik balik hancurnya hidup Jiana. Sang most wanted Bryan yang mempunyai wajah malaikat namun berhati iblis, begitulah julukan Jiana. Berimigrasi dan mencoba mencari peruntungan dinegri orang, Jiana meninggalkan semuanya, termasuk Darwin atasan yang ia diam-diam kagumi
Saat hidup Jiana membaik dan ia bisa melupakan semuanya, Takdir membawanya kembali bertemu Bryan
Baca selanjutnya ➡️
Budayakan tinggalkan jejak, like dan vote untuk memberi apresiasi pada penulis 🙊🙊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon irra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita galak
-
-
Bryan terus memarahi semua dokter disana yang menurutnya sangat lambat dalam menangani pasien membuat semua orang menunduk ketakutan kecuali Jiana, ia hanya membuka mulutnya jengah. 5 tahun berlalu pria itu tak berubah sedikitpun tetap marah karena hal kecil
Lalu Bryan kembali mendekati ranjang dimana sang gadis kecil telah mendapat perawatan dari dokter anak spesialis disana, dokter itupun sama ketakutannya seperti dokter lain hingga begitu hati-hati dalam menangani Kya
" Hati-hati jangan membuatnya kesakitan." bentak Bryan pada dokter yang sedang memasang jarum infus di tangan putrinya
" Mum Kya tidak mau." ucapnya memelaskan wajah
" Ini agar Kya cepat sembuh dan bisa berenang bersama Pevita." saut Jiana yang berdiri disamping dokter itu
Huuuuuu
Huuuuuu
Gadis kecil itu mulai menangis kencang membuat dokter itu terdiam berhenti dan berhenti karena takut melakukan kesalahan
" Sayang .. ini tidak akan sakit. Ini seperti digigit semut." ucap Bryan menyentuh dahi Kya yang dipenuhi keringat dingin
Kya masih terus menggelengkan kepalanya cepat tanda ia menolak. Wajahnya juga benar-benar basah oleh airmata yang menyatu dengan keringat
" Hey .. " ucap Bryan pelan mengusap pipi yang basah itu lalu ia memegangi lengan kiri Kya erat dan menoleh pada dokter itu
" Lakukan." ucap Bryan pelan yang langsung diangguki oleh dokter wanita itu
" Aaahh sakitt huuuu .. Mum sakit." teriaknya melengking membuat Jiana yang berdiri disebrang Bryan merasa tak tega
" Sakitnya hanya sebentar hmm." ucap Bryan yang juga merasa kasihan, wajahnya sendu dan berkaca
" Daddy sakit huuu .. "
" Kya kan anak hebat."
" Nah selesai anak manis." ucap dokter wanita itu memberikan senyumannya pada Kya yang masih menangis tersedu
" Bolehkah aku memberinya susu?" tanya Jiana pada dokter wanita itu
" Setelah satu jam ya Bu."
Jiana mengangguk lalu ia duduk disamping Kya bersebrangan dengan Bryan
" Mum .. " teriaknya serak
" Sayang Mum .. " ucap Jiana membungkuk memberikan kecupan lembut dikening lalu beralih pada lengan Kya meniupi tangan yang diinfus itu pelan
" Sembuh, Kya pasti sembuh setelah ini dan bisa belenang belsama Pevita." ucap Jiana memberikan senyuman hangatnya membuat tangisan itu sedikit mereda
Bryan tak henti menatapi Kya, ia usap pipi itu lembut dan perlahan melepaskan cekalannya pada lengan Kya. Begitupun dengan Kya yang terus menatap kedua orangtuanya bergantian dengan mata sayu dan wajah pucat membuat Jiana kian mendekat dan memberi kecupan lembut dikening Kya, ia usap mata itu perlahan hingga Kya memejamkan mata
Bryan tersenyum, entah mengapa hatinya selalu menghangat jik melihat Jiana selembut itu meski hanya pada Kya. Lalu ia menoleh pada semua dokter yang masih berdiri diruangan rawat inap Kya
" Keluar!" ucap Bryan pada semua dokter itu membuat semuanya ribut berburu menuju pintu kecuali Viona dan Arnold yang sudah terbiasa dengan sifat Bryan. Bahkan Viona malah mendekat dan menyentuh pundak Bryan
" Pakailah, bajumu kotor." ucap Viona memberikan jaket hoodinya pada Bryan
Bryan terdiam sejenak memandangi jaket ditangan Viona, tak lama ia mengambilnya. Ia buka piyama tidur itu tanpa malu sedikitpun dihadapan semua orang. Sebenarnya niat Bryan menggoda Jiana namun wanita itu hanya datar sangat berbeda dengan Viona yang berdiri disampingnya, wajah wanita itu merona merah menatapi tubuh setengah naked Bryan
" Dasar wanita dingin." umpat Bryan pelan membuat Arnold cekikikan karenanya
" Bryan kenapa kau tidak menghubungiku, aku mungkin bisa datang kerumahmu." ucap Viona
" Aku lupa karena sangat khawatir pada Kya." saut Bryan beringus bangun memutari ranjang mendekat dan duduk mendepeti Jiana yang duduk disamping Kya membuat wanita itu risih dengan kelakuan Bryan
Bryan menoleh pada Arnold dan tertawa tanpa mengeluarkan suaranya
" Lihatlah galak sekali dia." ucap Bryan pada Arnold
" Itu karena kau tidak tahu tempat." saut Arnold
" Aku permisi." ucap Viona dengan wajah masamnya, Jiana melirik dan memperhatikan punggung temannya itu, ia jadi merasa iba terhadap Viona lalu ia melirik Bryan yang menempel dibelakang tubuhnya
" Bisakah kau menjauh." bentak Jiana pelan
" Sayang .. jangan galak-galak, kau tidak tahu aku sangat khawatir dengan putri kita." saut Bryan manja dan malah menumpu dagunya dipundak Jiana
" Apa hubungannya dengan kau menempel seperti ini."
" Tentu saja ada hubungannya kau harus membuatku tenang."
" Cih .. " hanya itu yang keluar dari mulut Jiana membuat Arnold cekikian kembali
" Cih? berani kau seperti itu?"
" Kenapa aku harus tidak berani, kau pikir dirimu siapa?"
Cup cup cup cup
" Hentikan, dasar gila!" bentak Jiana saat Bryan tak henti menciumi pipinya dengan begitu gemas
" Arnold, memangnya kau tidak malu berdiri disitu mengganggu kemesraan kami." ucap Bryan menoleh pada Arnold yang tidak peka malah mematung dengan wajah jengah
" Oops aku pikir kalian bertengkar!" cibir Arnold terbahak lalu melenggang keluar meninggalkan keduanya dan menutup pintunya rapat
" Sialan!" umpat Bryan lalu ia kembali pada Jiana, mendekap tubuh itu dengan kedua tangannya
" Tak bisakah kau sedikit lembut padaku hmm?" tanya Bryan manja memiringkan kepalanya untuk menjangkau wajah Jiana
" Sayang .. " panggil Bryan lembut
" Sayangku Jiana .. "
" Kau pikir aku akan tertarik dengan rayuanmu?"
" Kenapa ada wanita yang seperti dirimu, dingin galak tak punya hati nurani sedikitpun." gerutu Bryan seraya melepaskan kedua tangannya dari Jiana, ia memutari ranjang Kya lalu merebahkan tubuhnya disamping Kya yang sedang terlelap setelah dokter memberinya obat melalui cairan infus
Sebelum menjauhkan tubuhnya, Jiana kembali memberikan kecupan lembutnya pada Kya dan berjalan menuju sofa, merebahkan dirinya disana diikuti Bryan yang tiba-tiba bangun. Ia menyelimuti Kya dengan selimut lalu menyusul Jiana dengan langkah pelan agar tak bersuara. Langsung saja Bryan merebahkan tubuhnya dengan memiring di samping Jiana dan tangan kekar itu langsung mendekapnya
" Bryan bisakah kau diam, kenapa kau sangat gatal sekali menyentuhku semaumu." gerutu Jiana sambil meronta
" Diamlah sayang aku kedinginan. " sautnya malah ssmakin mengeratkan pelukannya pada Jiana bahkan kini wajah itu menyusup pada celah lehernya
" Bryan jangan seperti ini." Bisik Jiana geram, ia merasa geli dengan nafas Bryan yang menerpa kulit lehernya
" Diamlah, kau mau membuatku on? kau mau aku menidurimu disini begitu?"
Seketika Jiana langsung diam menciut tak lagi meronta. Terpaksa ia membiarkan Bryan mengambil kesempatan memeluknya saat ini
" Ji .. "
" Jiana .." panggil Bryan memelas
" Tidurlah ini sudah malam ."
" Sayang .. aku jadi benar-benar mau menidurimu." Suara Bryan manja membuat Jiana sungguh muak hingga menggeram kesal. Apa playboy dibelakang tubuhnya ini memang selalu merayu wanita seperti ini?
" Sayang .."
" Jiana .." panggil Bryan dengan tangan dan bibir yang mulai tak diam ditubuh Jiana
Wanita itu membulatkan kedua matanya saat merasakan sesuatu mengganjal dibokongnya. Sesuatu itu terasa besar hingga Jiana meneguk ludahnya susah payah. Dulu ia kesakitan saat sesuatu yang mengganjal itu merobek keperawanannya, dan kini pun ia pasti akan merasa kesakitan mengingat ia tak pernah disentuh pria manapun karena traumanya terhadap Bryan
-
-
Dad Bryan anakmu sudah gak gadis lagi loh....