NovelToon NovelToon
Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Pelacur Ini Adalah Ibu Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Duda / Cintapertama / CEO
Popularitas:21.8k
Nilai: 5
Nama Author: NiSeeRINA

Lucianna Forger adalah seorang pelacur di sebuah klub malam. Walaupun hidup sebagai pelacur, Luci tetap memiliki impian untuk mempunyai suami dan anak.

Malam itu ia bertemu dengan Daniel Radcliffe, orang yang dia target menjadi pelanggan selanjutnya. Setelah melalui malam yang panas di rumah Daniel. Ia malah bertemu dengan tiga anak kembar.

Luci baru saja berpikir kalau dia bermalam dengan suami orang lain. Namun nyatanya Daniel adalah seorang duda. Ini memberikan kesempatan Luci untuk mendekati Daniel.

Sulit untuk mendekati Daniel, Luci pun memilih untuk mendekati anak-anaknya terlebih dahulu.

Apakah Daniel bisa menerima Luci dengan latar belakang seorang pelacur?

__________________________________________
Yang penasaran sama ceritanya silahkan baca🙌

[Warning!! konten dewasa]
[Karya ini hanya fantasi authornya, tidak membawa hal apapun yang berkaitan agama dalam novel ini🙌]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NiSeeRINA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[PIAIT] Bab 27 : Dipecat dari pekerjaan

Revan berjalan tergesa-gesa mencari Sopia. Tangannya mengepal, menggenggam erat kantung merah dan isinya itu. Ia melihat Sopia yang berada di ruang keluarga. Langkahnya tegap menghampiri Sopia.

"Hey, penyihir jelek!!" teriak Revan, mengejutkan Sopia yang langsung berbalik badan ke arahnya.

"Apa maksudmu bilang begitu?" suara Sopia bergetar antara kesal dan bingung karena ucapan Revan.

"Jangan kau pikir bisa menjadi ibuku dengan mudah!! Apalagi dengan sihir hitam seperti ini!" bentak Revan.

Sopia mengerutkan keningnya, semakin bingung dengan ucapan anak didepannya. Kemudian, dengan senyum tersungging, ia menatap Revan sebelum berjongkok di hadapannya. "Memangnya kenapa? Kalau Papamu menyukaiku, mau tidak mau aku akan menjadi ibu kalian. Dan kalian harus menurut padaku,"

"Jangan harap!" Revan melempar kantung merah itu ke wajah Sopia. Isinya berhamburan, koin perak itu juga mengenai dahi Sopia dengan keras.

"Aa!" Sopia memegang dahinya yang terasa sakit. Lalu matanya menatap sekitar, melihat apa yang Revan lempar padanya.

"I-ini kan?! Bagaimana kau menemukannya?!" tanya Sopia, menggertakkan giginya mengetahui rencananya gagal lagi dan diketahui oleh bocah ingusan didepannya.

Revan tidak menjawab itu, matanya masih menatap tajam ke arah Sopia. Karena geram, Sopia mencubit bahu Revan dengan keras hingga Revan meringis kesakitan.

Devan dan Rehan, yang sejak tadi mencari Revan, akhirnya menemukannya tengah dicubit Sopia. Tanpa ragu, mereka menghampiri. Devan menggigit tangan Sopia, memaksanya melepaskan cubitannya, sementara Rehan mendorong tubuh Sopia hingga terhuyung menabrak sofa.

"Kau baik-baik saja?" tanya Devan cemas. Ia melihat bahu Revan yang sudah memerah karena dicubit Sopia. Revan hanya menjawabnya dengan anggukan lemah, bibirnya bergetar, melengkung ke bawah menahan tangis akibat nyeri dibahunya.

Sopia merasa semakin geram. Emosinya mendidih hingga kepalanya membuat akal sehatnya mulai tidak terkendali. Ia mengambil sebuah vas yang terbuat dari keramik tebal yang berada di rak dekorasi. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi, siap melayangkan benda itu ke kepala si kembar. Tak peduli kepala siapa yang akan kena.

Devan yang berbalik dan menyadari itu memeluk saudaranya untuk meringkuk, bersiap menahan sakit lebih dulu.

 "PERGILAH KALIAN ANAK SIALAN!!" teriak Sopia saat ingin melempar vas itu.

Namun sebuah tangan menahannya, ia melihat kebelakang. Lucianna berdiri di belakangnya mencengkram erat tangannya, menahan agar vas itu tidak melukai si kembar. Tatapannya datar, tak bisa diartikan. Lucianna menghempaskan tangan Sopia, membuat tubuhnya ikut sedikit terhuyung.

Lucianna tidak berucap apapun. Ia langsung menghampiri si kembar, melihat bagaimana kondisi mereka. Alisnya terangkat tinggi saat melihat bahu Revan yang memerah dan terlihat berdarah. Sopia tidak hanya mencubitnya dengan jari tapi juga dengan kukunya yang tajam. Ia menggulung bagian lengan baju Revan agar tidak mengenai lukanya.

Sementara itu, keempat pembantu lainnya tampak melihat kejadian itu. Mereka terkejut sekaligus cemas saat melihat Sopia hampir melukai Tuan muda mereka. Kejadian ini seperti tontonan seru bagi para pembantu senior. Karena jika Sopia berani menunjukkan sifat aslinya yang seperti ini, Tuan mereka tidak akan ragu untuk memecatnya.

Sopia melihat itu, napasnya memburu. Pemandangan yang terasa menjijikkan baginya. Ia melihat dan menganggap Lucianna yang seolah masih berusaha berpura-pura bersikap keibuan untuk si kembar. Ia mencengkram vas yang masih dipegangnya lebih erat, mengumpulkan tenaganya untuk korban yang lebih besar.

Dengan ancang-ancang pasti, ia kembali mengangkat vas itu. Kali ini dengan dua tangan untuk menambah kekuatannya. "Jika aku tidak bisa mendapatkannya, KAU JUGA TIDAK BISA!!!"

"Luci!!" Para pembantu lainnya berteriak bersamaan mencoba memperingatkan Lucianna.

PRARR!! Vas keramik itu berhasil menghantam kepala Lucianna. Vas yang tebal itu pecah, berderak keras saat retakan merambat, sebelum akhirnya terbelah menjadi beberapa keping besar. Lucianna memeluk si kembar dengan erat, melindungi mereka dari kejatuhan pecahan vas.

Sopia melangkah mundur perlahan, menelan salivanya sendiri. Ia menyadari Lucianna yang tidak bergeming sedikitpun, seperti memiliki ilmu kebal.

Lucianna melepas pelukannya dari si kembar, lalu kemudian berdiri tegap. Rambutnya berantakan menutupi wajahnya. Rehan menyentuh jari-jari tangan Lucianna, karena merasa khawatir.

"Lala, bawa anak-anak ini ke kamar mereka," pinta Lucianna, suaranya pelan namun masih bisa terdengar jelas. Lala mengangguk cepat dan mengajak si kembar pergi ke kamarnya. Si kembar pun tidak menolaknya, hanya saja mereka merasa cemas melihat keadaan Lucianna.

Sopia melihat sekelilingnya, menyadari bahwa dia hampir saja membunuh seseorang. Ia ingin segera kabur dari sana. Akan tetapi tangannya ditahan dengan cepat oleh Lucianna. Terkejut kapan wanita itu mulai bergerak. Sopia menarik tangannya agar terlepas dari Lucianna.

Lucianna melepas tangan itu, dan menyelengkat kaki Sopia membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Dengan wajah yang lebih dulu menghantam lantai keras yang dingin.

Sopia terduduk dan berbalik melihat Lucianna yang sedang mengambil pecahan vas yang paling besar. Sopia menyentuh hidungnya, merasakan sesuatu yang amis keluar dari sana. Hidungnya terasa perih karena mendarat duluan ke lantai, darah pun tak berhenti keluar dari hidungnya karena pembuluh darah didalamnya yang putus.

Lucianna kembali menghampiri Sopia, langkahnya lambat terasa begitu menegangkan. Ia memegang pecahan vas itu seperti sebuah belati, mencengkramnya erat seolah tak takut terluka. Rambut Lucianna yang berantakan, tatapannya yang terlihat datar tanpa ekspresi benar-benar begitu menakutkan. Sopia merasa seperti diburu oleh psikopat gila yang tidak ragu untuk menghabisinya.

Lucianna berjongkok ke arah Sopia, sementara Sopia mengesot terus sampai tubuhnya terpojok tembok. Lucianna seolah bersiap untuk menusuk Sopia.

Para pembantu yang melihat itu hanya bisa terdiam. Mereka berpikir menghentikan Lucianna yang sedang menggila hanya akan membuat mereka ikut celaka.

Sopia melihat tatapan Lucianna yang terlihat begitu menusuk kepalanya. Jantungnya berdegup kencang. Berpikir bahwa ini akhir hidupnya.

"Tidak boleh ada siapapun yang bisa menyakiti anak-anak!" Lucianna mengangkat pecahan keramik itu, ancaman kematian terpancar jelas dari matanya saat membidik kepala Sopia.

"LUCI!!" tangan Lucianna tertahan. Sopia yang memejamkan matanya, mengintip asal suara yang ia kenal itu.

'Tuan Daniel?' batin Sopia, melihat Daniel yang menahan tangan Lucianna. Daniel menarik tangan Lucianna untuk berdiri. Sopia menghela napasnya lega. Ia lalu bangkit dan berlari ke belakang Daniel, menjadikannya tameng.

"T-tuan, tolong saya. Luci ingin membunuh saya," lirih Sopia, suaranya dibuat gemetar ketakutan.

Daniel lalu beralih menatap Lucianna. Lucianna tidak memindahkan pandangannya ke Sopia, seolah mengunci targetnya.

"Luci, apa yang terjadi?" tanya Daniel, berusaha untuk menenangkan Lucianna. Tangannya mengambil pecahan vas yang dipegang Lucianna dengan hati-hati lalu menaruhnya kebawah perlahan agar tidak menjadi pecahan yang lebih kecil.

"Sopia.... Kau ingin menjadi istri Daniel, kan? Kalau begitu ambil saja dia, tapi jangan kau coba-coba untuk melukai mereka–Si kembar," ucap Lucianna nada bicaranya lebih tenang, tetapi ada ketegasan dan ancaman didalamnya.

Lucianna pergi meninggalkan mereka, menuju kamar si kembar.

Daniel mengernyit bingung, menatap Lucianna yang berlalu pergi. Ia kemudian beralih ke arah Sopia yang masih berakting ketakutan. Ia melihat hidung Sopia yang terlihat berdarah, membuat sedikit merasa iba.

"Apa yang terjadi, Sopia?" tanya Daniel, meminta kejelasan atas semua yang telah terjadi.

"L-luci ingin mencelakaiku, karena dia tidak terima jika aku terlalu dekat dengan Tuan muda. Jika aku dekat dengan Tuan muda, rencananya untuk mendekati Tuan akan gagal, katanya," bohong Sopia, meremas tangannya agar terlihat merasa terancam.

"Dia bohong, Tuan!" celetuk Diah.

"Iya! Tadi dia duluan yang berusaha melukai Tuan muda. Luci tidak terima, jadi dia membalasnya!" timpal Irma, berbicara jujur dengan apa yang memang terjadi.

"Dia yang berusaha mendekatimu, Tuan. Lihat kantung merah itu, dia berusaha memberimu pelet agar kau jatuh hati pada wanita ini!" tambah Desi, menunjuk kantung merah yang berada diantara kepingan vas.

Daniel melihat kantung merah itu di lantai, ada juga foto Sopia tergeletak di lantai, rambut halus yang bertebaran, dan sebuah koin perak yang terlihat kuno. Ia kembali menatap Sopia, kali ini wanita itu terlihat linglung tak ingin menatap balik Daniel.

"Sopia," ucap Daniel, nadanya masih terdengar tenang. Ia menarik napasnya lembut.

"Mulai hari ini, kau dipecat," lanjutnya, singkat. Sopia membelalakkan matanya, merasa tidak terima. Daniel beranjak meninggalkan tempat kejadian perkara itu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.

"Masih mending dipecat! Daripada dimasukin penjara!" celetuk Desi, ada tawa kecil diakhir ucapannya.

"Iya! kalau mau ke pengadilan, kita udah siap buat jadi saksi kejahatan kamu!" tambah Diah.

"Jaman udah maju, kok masih percaya ilmu pelet. Hahahaha," timpal Irma, tawanya disusul teman-temannya yang lain.

Sopia yang mendengar itu, menjadi kesal. Ia tak dapat rasa iba dari Daniel, melainkan dipecat dari pekerjaannya. Sopia pergi, menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai.

Ketiga pembantu itu cekikikan kecil, melihat kekesalan Sopia.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Bersambung...

1
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
kalau menghilangkan trauma emang harus pelan pelan dulu, jangan terlalu buru", daniel
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
wehh? luci mau di ajar belajar berenang dengan Daniel?
Rosse Roo
Tidaaakkk... Lucii, Daniel baca pesan mu ke Andrew itu loohh😫
Rosse Roo
adduuuhhh... 🤧🤧😅
Rosse Roo
iiih gak sopan Daniel, baca baca pesan di hape orang😅
Dewi Ink
Wah Lucy memang sudah cocok nih jadi ibu sambung buat si kembar 🤗
Dewi Ink
mereka jarang interaksi dengan anak2 seusianya selain di sekolah
Dewi Ink
Lucu deh, kalo percakapan begitu antara suami istri kan wajar ya/Chuckle/
Dewi Ink
Selalu dengan ciri khasmu Lucy😂
Nuri_cha
waduh, siapa pria ini? bukan pria berbahaya kan?
Nuri_cha
sedih banget....mereka minder ya gak pny ibu /Cry/ ayo, akg kan kalian udh pny Luci. cari teman sebanyak2nya ya
Nuri_cha
aku ngebayangi badannya Chris Evans ini, Thor /Drool/
kim elly
lah malah pingsan 😩
kim elly
🤭mau di ajarin renang juga dong
kim elly
susu strawberry pink kali ya 🤭
mama Al
sakit dia menjamah tubuh wanita tapi yang diingat masa lalunya
mama Al
apa Daniel patah hati setelah dia merasa kamu tidak mencintainya
mama Al
aduh katanya anti nyentuh tubuh wanita
mama Al
ini Luci masih baik nungguin kamu pulang
Cut syifa
luci baik loh mau ngizinin 😫kamu aja yg terlalu caper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!