Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Kecemburuan
"Maaf, Aliza sepertinya tidak bisa ikut makan siang bersama," ucap Aliza yang tiba-tiba saja menolak.
"Kenapa tiba-tiba berubah pikiran Aliza. Mama sangat ingin makan bersama kamu dan tadi kamu juga setuju, penolakan kamu bisa membuat orang lain tersinggung," ucap Arum.
"Bukan seperti itu, tetapi...."
"Jika wanita yang sudah menikah dan memang harus menjaga untuk tidak bersama laki-laki lain walau ada orang lain di sekitarnya," mereka semua menoleh ke arah suara tersebut dan ternyata itu adalah Dhafian yang tidak tahu sejak kapan dia berdiri di sana.
Dhafian yang terlihat begitu santai menarik nafas dan membuang perlahan ke depan yang kemudian menghampiri Aliza bersama dengan keluarganya dan juga mantan calon suaminya itu.
"Kamu belum menikah Arum dan begitu juga dengan Anda," ucap Dhafian melihat sini sekarang Ardito.
"Wanita yang sudah menikah tidak bisa pergi bersama sembarangan orang dan apalagi laki-laki itu bukan suaminya. Bukan begitu Tante," ucap Dhafian yang melihat ke arah Mayang.
"Saya minta maaf Dhafian. Saya juga tidak ada maksud untuk mengajak Aliza akan bersama kami dan maaf Ardito, jika Arum...."
"Saya mengerti itu dan memang tidak mengharapkan untuk diajak makan bersama kalian. Arum lain kali saya bisa makan bersama kalian, tenang saja saya bukan orang yang mudah tersinggung," sahut Ardito yang berusaha untuk tenang dan padahal dia sangat kesal sekali melihat kedatangan Dhafian.
"Jangan langsung marah seperti itu tuan Ardito. Saya sudah ada di sini dan artinya kita bisa makan siang bersama. Saya tidak ingin saja kalian menekan istri saya harus makan bersama kalian dan sementara tidak ada saya dan saya tahu apa yang sedang dipikirkan istri saya. Jadi sebaiknya kita makan saja," ucap Dhafian menegaskan.
"Tidak usah," sahut Ardito menolak.
"Wau pernyataan Anda sangat mudah sekali ngambek," ucap Dhafian dengan tersenyum ejekan yang membuat Ardito semakin kesal.
"Baiklah, kalau memang tuan Dhafian bersedia untuk mentraktir makan, maka tidak ada salahnya sama sekali," sahut Ardito dengan tersenyum yang mungkin sangat muak dengan Dhafian terus saja menantang dirinya.
Aliza sudah sangat memahami situasi panas itu yang disengaja oleh Dhafian dan sementara Arum ternyata salah sasaran yang tadinya hanya ingin membuat Aliza merasa bersalah karena telah berkhianat pada Ardito dan sekarang justru dirinya yang ikut kesal seperti Ardito.
"Baik kalau begitu, dengan senang hati saya akan mentraktir Anda," sahut Dhafian.
"Kalau begitu sekarang kita cari tempat makan saja, jika terus berbicara seperti ini maka tidak ada gunanya," sahut Mayang yang membuat yang lainnya menganggukkan kepala.
Dhafian mengambil seluruh yang dipegang istrinya dan kemudian berjalan yang menunjukkan bahwa dia adalah laki-laki gentlemen yang membawa semua belanjaan Aliza. Arum dan Ardito penuh dengan kecemburuan atas semua yang dilakukan Dhafian.
Akhirnya mereka menemukan tempat makan yang tidak jauh dari Mall tersebut. Para pelayan sedang menghidangkan makanan yang telah mereka pesan.
"Makan siang yang benar-benar sangat memuakkan Aliza kau benar-benar menikmati peranmu sebagai seorang istri tanpa mempedulikan perasaanku. Kau sengaja ingin mempertontonkan kebahagiaan mu," batin Arum.
"Dan kau Ardito adalah laki-laki yang paling bodoh yang pernah aku temui. Kau bukannya bertindak dan malah rela begitu saja di saat seseorang telah mengambil calon istrimu. Jika aku menjadi dirimu oh sudah pasti aku akan berusaha mengambilnya kembali," batin Arum.
"Kenapa terdiam saja dan tidak menikmati makanan ini, sayang sekali biasanya kalau makanan sudah enak pasti tidak enak lagi dan sama halnya dengan hubungan jika sudah ada kerusakan maka tidak akan ada keharmonisan lagi," ucap Dhafian dengan kata-katanya yang puitis dan pasti tersirat sindiran di dalamnya.
"Benar apa kata Dhafian, kita sebaiknya menikmati makan siang ini. Ini adalah waktu yang sangat langka, saya juga sangat senang bisa makan untuk yang pertama kali bersama menantu saya," sahut Mayang yang sejak tadi berusaha bersikap netral.
Akhirnya mereka mulai mencicipi makanan yang sudah mereka pesan. Bukan Dhafian namanya tidak berulah dan lihatlah apa yang dia lakukan memotong stik pesanan istrinya itu, ketika Aliza ingin memotongnya dan pasti itu mencuri perhatian orang-orang yang ada di meja makan itu yang tergantung bagaimana suasana hati mereka masing-masing.
Dhafian juga menyodorkan stik yang sudah dipotong menggunakan garpu ke mulut Aliza. Aliza seperti biasa yang hanya mengikuti bagaimana alur dari suaminya itu yang membuka sedikit cadarnya dan menerima suapan itu.
"Kalian jangan berpikir jika saya pamer ke romantisan. Tetapi Aliza memang sering seperti ini di rumah," ucap Dhafian yang membuat Aliza melihat serius ke arah suaminya itu yang padahal apa yang dikatakan Dhafian tidak benar sama sekali.
"Benarkah! Itu artinya Aliza benar-benar sangat bahagia atas pernikahannya," sahut Arum menanggapi
"Aliza ada di sini dan tanyakan saja langsung kepadanya bagaimana kehidupannya setelah menikah denganku," sahut Dhafian.
"Kalau begitu jawablah Aliza, bagaimana kehidupan kamu setelah menikah dengan laki-laki yang kamu ketahui bahwa laki-laki itu dekat dengan sepupumu sendiri?" tanya Arum dengan tatapan yang sangat kesal.
"Arum!" tegur Mayang.
"Aku baru saja mendapat kesempatan dari menantu Mama untuk mempertanyakannya secara langsung. Bukankah Mama juga ingin mendengar secara langsung jika keponakan Mama ini bahagia dalam pernikahannya dan tidak memikirkan bagaimana perasaan orang lain," ucap Arum.
"Arum, Mama mengajak untuk makan bukan untuk saling sindir seperti ini, kamu sudah dewasa dan tempatkan diri kamu dengan baik, tidak ada gunanya berperilaku seperti ini!" tegas Mayang yang membuat Arum menghela nafas udah dapat dia pastikan bahwa Aliza akan dibela oleh orang tuanya.
"Arum, aku bahkan sering mengatakan kepada kamu dan juga paman atau bibi, jika dalam pernikahanku aku baik-baik saja dan tidak perlu menceritakan secara detail bagaimana kehidupanku," jawab Aliza dengan tenang
"Benarkah Aliza kamu baik-baik saja dan aku lihat justru kamu tertekan menghadapi pernikahan kamu," sahut Ardito yang ikut-ikutan.
"Tidak Ardito, aku baik-baik saja, kamu tidak tahu bagaimana kehidupanku di dalam pernikahanku. Jadi kamu juga tidak bisa menduga-duga seperti itu," sahut Aliza.
"Astaga ternyata kalian berdua ini cocok sekali," sahut Dhafian tiba-tiba yang menunjuk Ardito dan juga Arum yang membuat mereka berdua mengerutkan dahi dengan pernyataan Dhafian.
"Bagaimana jika kalian berdua berpacaran saja, kalian sama-sama kepo tentang urusan pernikahan orang lain. Kalian sepertinya harus menikah agar mengetahui bagaimana kehidupan pernikahan sesungguhnya dan tidak hanya berpikiran buruk saja atau terus bertanya-tanya dengan rasa penasaran," ucap Dhafian.
"Apa hakmu menjodoh-jodohkan orang sembarangan!" tegas Arum yang sangat kesal dengan Dhafian.
"Arum, kita memang pernah kenal sebelumnya dan setahuku waktu itu kamu galau saat bertemu denganku karena orang yang kamu sukai telah menyukai sepupumu atau jangan-jangan laki-laki yang kamu maksud adalah Ardito," ucap Dhafian yang secara blak-blakan.
"Diamlah!" tegas Arum yang benar-benar sudah sangat muak.
"Kenapa hah! Kau tidak terima dikatakan seperti itu dan sementara kau sejak tadi banyak bicara kepada istriku!" tegas Dhafian yang benar-benar sudah sangat muak.
"Sudah cukup hentikan semuanya," sahut Aliza yang tidak ingin ada keributan apapun.
Bersambung....