Ellena dijual ibu tirinya kepada seseorang sebagai pengantin yang diperkenalkan di muka umum, agar istri sah tetap aman.
Namun, di hari pengantin ia diculik sesuai dugaan pria itu, dan disanalah awal penderitaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Dasar Felix gila, dia benar-benar menyebalkan!" gerutu Ellena, menghempaskan tubuhnya di atas kasur, sembari menatap lurus ke langit-langit kamar.
"Apalagi yang akan dilakukannya?" batin Ellena.
Ia mengepalkan tangan, nafasnya naik turun, benaknya membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya.
"Aku harus melakukan sesuatu, setidaknya sedikit hal yang akan membuat Felix kalah," batin Ellena dengan penuh tekad.
"Tapi apa? Bagaimana?"
Ellena menghela nafas kasar. Ia menggigit ibu carinya dan berusaha berpikir. Beberapa menit ia diam, sesaat kemudian ia frustasi dengan sendirinya.
"Tidak ada ide, tidak ada. Felix mana mungkin aku kalahkan. Dia tidak memukulku tadi saja, itu karena dia mau sesuatu, aish!" Ellena menggaruk kepalanya bingung.
Wanita itu kembali bangkit dari kasurnya. Ia lalu keluar dari kamar, dan langsung melihat dua orang yang berjaga di depan pintu kamarnya.
"Ada apa? Apa ada yang dibutuhkan? Katakan saja," sahut salah satu penjaga itu.
Wajah yang sedikit sinis, seolah malas menanganinya. Namun, tetap menawarkan, karena pekerjaannya.
Ellena mendesis, mengabaikannya, ia berjalan keluar. Setiap lorong nyaris selalu ada orang-orang yang sekedar berdiri santai melakukan penjagaan.
Ellena diam memperhatikan mereka semua. "Di tempat Maxim dulu, tidak sampai begini," batinnya.
Ellena yang sibuk mencari celah. Sementara Felix yang berada di ruangan kerja bersama beberapa orang kepercayaan tengah bersantai.
"Sudah diketahui siapa yang menyerang?" tanya Felix dengan begitu tenang.
"Iya Tuan, serangan yang didapatkan berasal dari keluarga Vonn."
Felix mengangguk-angguk kecil. "Bagus! Dan ya, kalian terus posting tentang aku dan Ellena, untuk memancing Maxim datang," pintanya.
"Baik Tuan."
Felix menyinggung senyumnya, menatap lurus ke depan. "Maxim, kamu akan kalah sekali lagi. Karena kemenangan tidak pantas untukmu," batinnya.
Felix yang sudah penuh rencana, dan menunggu kedatangan Maxim. Sedangkan pria yang ditunggu, baru saja selesai mendiskusikan dan memberitahu anggotanya tentang apa yang harus dilakukan.
"Ellena harus kembali di tangan kita! Di tanganku! Karena dialah kelemahan Felix Willson! Apa kalian bersedia melakukan itu?" seru Maxim dengan suara baritonnya menggelengar seluruh ruangan.
"Bersedia!"
Maxim tersenyum. "Bagus. Jika pertempuran ini Ellena berhasil kalian bawa. Akan ku berikan bonus satu miliar untuk setiap orang untuk bulan ini!" serunya yang disambut tepuk tangan riuh orang-orang di sana.
Maxim menatap ratusan orang-orang di depannya yang sudah dipersiapkannya. "Felix kita akan kembali bertempur besar," batinnya.
Seorang pria datang menepuk pundak Maxim, membuat pria itu sedikit menoleh. "Kamu tenang saja Maxim. Meski keluarga Willson bukan orang yang bisa kita tumbangkan, tapi balas dendam harus tetap dilakukan. Kamu sudah bersabar terlalu lama. Dan dia terlalu sombong mempublikasikan istrinya, seolah kita tidak mampu menyentuhnya," ucapnya memberikan semangat.
Maxim mengangguk kecil. "Ini sudah lima tahun, dan tiga hari lagi adalah hari peringatan kematian istriku, dan aku pastikan, hari itu juga menjadi hari peringatan untuk istri Felix juga," ucapnya dengan dingin.
Wajahnya memerah, rahangnya mengeras. Bola matanya berkaca-kaca, sorot matanya tajam memperlihatkan semangat untuk membunuh.
Benci dan sedih membuat dadanya terasa panas, menyesakkan. "Untuk kelima kali ini, aku pasti tidak akan kalah Felix!" ucap Maxim mengepalkan tangannya dengan kuat, membuat urat hijau tubuhnya tampak dengan jelas.
***
Malam hari menjadi pilihan Maxim memulai serangannya. Di beberapa tempat dari perusahaan, tanah dan bagian kekuasaan Felix terjadi serangan. Hingga Felix pun turun tangan menghadapi.
Ellena melihat perginya Felix dan Lovie meninggalkan rumah itu, membuatnya bertanya-tanya. "Tumben sekali aku tidak dibawa pergi," batinnya.
Wanita itu berjalan di setiap sudut rumah. Masih ada beberapa orang, namun penjagaan tidak ketat seperti sebelumnya.
"Pasti ada sesuatu. Tatapan mereka sangat jelas kalau sesuatu sedang terjadi," batin Ellena terus memperhatikan orang-orang di sana. Tak ada yang menyapanya sama sekali, hanya lirikan yang mencurigakan.
Karena tidak fokus dengan langkahnya, ia menabrak sebuah meja yang terdapat sebuah vas keramik dengan motif bunga dan burung.
"Eh eh!" jerit Ellena ingin menangkap vas tersebut, sayangnya ia gagal dan berakhir jatuh dan pecah di lantai.
"Aish!" keluh Ellena.
"Hey apa yang kamu lakukan!" Jerit salah satu pelayan segera menghampiri.
"Ya ampun! Kamu menghancurkan vas kesayangan nyonya Lovie!" sentak pelayan itu.
Ellena diam beberapa saat, ia tau ia salah, namun mengingat bagaimana nasibnya, ia membalas. "Aku tidak sengaja! Lagipula ini tidak ada bandingannya dengan apa yang dia lakukan padaku!"
"Kamu!" ia menatapnya geram, tangannya menunjuk tajam pada Ellena. "Huh, tunggu saja kamu. Jika nyonya Lovie menangis, bagaimana Tuan Felix menahan diri untuk tidak memukulmu, pasti akan memukulmu juga!" sentaknya.
"Bersihkan sendiri, dasar bodoh!" sentaknya, melemparkan sapu di tangannya, hingga mengenai tubuh Ellena.
Ellena berdecih, tak melawan. Wanita itu menurut, membersihkan kekacauan yang dibuatnya. Bukan tanpa sebab, ia bisa saja menolak, namun matanya berhasil menangkap sesuatu diantara pecahan vas itu.
Selesai membersihkan kekacauan itu, ia pun kembali ke kamar. Dalam langkahnya menaiki tangga, dibalik pohon tinggi. Maxim memperhatikan dengan teropong menempel di depan mata.
"Bagus. Felix tidak membawanya pergi," ucapnya mengulum senyum seringaian.
Ia lalu menekan earphone yang menempel di telinganya, saat ia merasakan getaran lembut.
"Tuan, anda bisa lewat bagian utara. Penjagaan di sana paling rendah."
"Bagus. Aku maju sekarang," sahut Maxim.
Pria itu melihat sekitar yang cukup sunyi. Dengan jarak lebih dari sepuluh meter dari bangunan di depannya, tak ada penjagaan dekat darinya.
"Hm, sepertinya pasukan Felix banyak yang gugur diserangan keluarga Vonn," batinnya sembari tersenyum, merasa pilihan yang dilakukannya adalah hal yang benar.
Serangan tadi siang dari pihak lain, lalu serangan darinya malam ini, tampaknya membuat Felix kewalahan.
"Sepertinya ini akan mudah," ucapnya dengan santai mengambil langkah untuk mendekat.
Diam-diam Maxim menumbangkan satu persatu penjaga. Hingga ia bisa masuk dalam rumah. Meski langkahnya cukup santai, namun matanya tetap waspada.
Maxim menekan earphone di telinga yang menghubungkan dengan asistennya. "Liam, kamu sudah melihat keberadaan Ellena?"
"Ya Tuan."
"Bagus arahkan aku," perintah Maxim.
"Baik Tuan, naik saja di lantai dua," sahut Liam di seberang sana.
Maxim memperhatikan sekitar, yang beberapa orang terkapar tak sadarkan diri di lantai. "Penjagaannya tidak lebih dari dua puluh orang. Ini masih aman kan?" batinnya terus mengawasi sembari berjalan menginjak anak tangga menuju lantai dua.
"Benar-benar mencurigakan. Rasanya Felix terlalu ceroboh meninggalkan istrinya dengan orang lemah dan penjagaan selemah ini,"
Kening Maxim berkerut, merasa curiga. Ditambah dadanya berdebar dengan cepat, entah kenapa. Namun, ia tetap mengikuti hati dan pikirannya yang tetap ingin mengambil Ellena.
"Tuan di kamar berikutnya. Di sana Ellena berada," ucapan Liam membuat langkah Maxim lebih cepat, dengan tatapan memperhatikan satu pintu itu.
"Hey siapa kamu!" seruan itu membuat Maxim menoleh ke sumber suara, melihat beberapa penjaga mendataginya.
"Ayo maju!" seru salah satu diantaranya memerintah.
Maxim dengan tenang melawan mereka. Sembari sesekali melirik ke arah pintu kamar yang diperkirakan ada Ellena di sana.
Di dalam sana Ellena yang mendengar keributan terkejut. Ia mengantongi benda yang diambil dari vas tadi, sembari memperhatikan pintu yang masih tertutup rapat.
"Ada apa? Kenapa aku merasa takut?" batinnya sembari melangkah mundur, dengan tubuh mulai gemetar.
aku pembaca setia mu😁
nah ini baru elena nya ngelawan, jgan diem aja sm maxim atau felix klo lgi di ancam...
update lgi thor....
bikin penasaran nih😁
knapa maxim gk peka sih klo elena hamil anaknya ?? jangan felix terus dong yg menang , kasiah maxim😑