Takdir Cinta Alana

Saat sampai di rumah sakit Chan langsung meminta izin ke Anita agar Saga bisa ikut masuk melihat Adit. Karena dia ingin melihat wajah Adit.

"Nit! Saga boleh ya masuk keruangan Adit?" tanya Chan.

"Hmm! Boleh tapi sebentar saja ya." ucap Nita.

"Baik lah terima kasih." ucap Chan.

Chan berlalu dari ruangan Nita setelah mendapat izin jika putra nya di perbolehkan untuk melihat Adit. Saat sampai di depan ruangan Adit, Chan istri dan anak nya masuk kedalam.

Ceklek.

"Bunda Vina..!" panggil Saga saat dia melihat Vina.

Vina yang sudah bangun dan duduk di dekat suaminya tersenyum saat melihat kedatangan Aisyah dan Saga bersama dengan abang nya.

"Wah sayang bunda ikut datang ke sini. Ayo sini duduk dekat bunda. Kenalkan ini ayah Adit." ucap Vina.

"Hai Sagara." ucap Adit dengan tersenyum kearah Saga.

Saga yang pertama kali melihat Adit menatap dengan tatapan tajam dan akhirnya tersenyum kearah Adit.

"Hai juga. Ayah Adit cepet sembuh ya. Saga pernah lihat bunda nangis di depan mushola. sama mami dan sama mama Jesi." ucap saga dengan polos.

Mendengar ucapan Saga, Adit menatap istrinya. Vina merasa heran karena saudara nya tak datang melihat keadaan suaminya.

"Bunda Vino gak datang ya?" tanya Vina.

"Vino ada urusan sebentar paling siang dia datang." jawab Chan.

"Mahendra juga kenapa gak datang?" tanya Vina.

"Mahendra akan datang jangan khawatir! Oh iya Dit cepat sembuh kalau kelamaan di rumah sakit ini ranjang rumah sakit bisa patah jika Vina ikut tidur di ranjang ini juga." ucap Chan.

Adit hanya tersenyum mendengar ucapan Chandra, sedangkan Vina cemberut saat di usik oleh kakak nya.

"Abang tega banget ngomong kayak gitu, kalau rusak kan tinggal ganti yang baru bang." jawab Vina sambil memangku Saga yang ingin kenal dengan Adit.

Saga naik keatas ranjang tempat Adit berbaring membuat Chan merasa tak enak, karena putra nya bukan nya diam malah mengganggu istirahat Adit.

"Saga turun." perintah Chan.

"Papi Saga ingin duduk dekat ayah Adit. Saga gak akan ganggu kok." ucap Saga.

"Gak papa bang." jawab Adit.

Tak lama Vivian datang bersama kedua putra nya dan melihat Adit bersama dengan Saga. Arga dan Bima yang melihat Vina dan Adit langsung berhamburan memeluk Vina. Bima tak suka saat melihat Saga dekat dengan Adit.

"Aunty...!" Teriak Arga dan Bima.

"Hai kesayangan aunty apa kabar?" tanya Vina.

"Arga rindu sama aunty dan om Adit." ucap Arga dan Bima.

Saat Arga dan Bima ingin memeluk Adit, Bima mendorong Saga yang ada di dekat Adit. Hingga membuat Saga hampir terjatuh untung Vina ada di dekat Saga.

"Bima." teriak Vivian yang melihat putra nya mendorong Saga.

"Apa yang kamu lakukan ha..! jika Saga jatuh bagaimana. harus nya kamu hati - hati Bima."

"Bima gak sengaja mami." bela Arga.

Arga menatap tajam Saga dia tak terima saudara nya di marahi ibunya.

Aisyah yang melihat Vivian memarahi putra nya menarik nafas dan mendekat. kearah Vivian.

"Jangan marahi mereka karena akan berakibat fatal. Jangan bikin mereka mengira kamu lebih membela Saga. Saga gak papa." ucap Aisyah.

Vivian menarik nafas dan memeluk kedua putra nya dia hanya terbawa emosi saat ini.

"Maafin mama ya nak. Mama gak ada maksud untuk memarahi kamu." ucap Vivian.

Bima hanya menunduk tapi mata nya tetap melirik kearah Sagara.

"Keyla dan kiara yang melihat situasi tak enak merasa heran dan langsung mengajak Saga keluarga dari ruangan untuk mencari kedua opa nya.

"Saga ikut oma kita susul opa Abi dan opa Daniel ya sambil kita cari jajanan. Arga Bima ayo kita keluar biar kalian bisa berteman. Gak baik sesama saudara saling bermusuhan." ajak Kiara.

Keyla menggandeng tangan Arga dan Bima yang hanya menunduk karena di marahi oleh ibu nya.

Vivian kembali dengan pekerjaan nya yang tersisa hanya ada Aisyah dan Chan diruangan itu bersama Vina. Tak lama Vino datang bersama Mahendra dia menarik nafas saat dia harus datang kerumah sakit di mana orang yang dia benci ada di sana.

"Buruan Hen! Jalan dah kayak pengantin wanita saja." ajak Vino.

"Sabar Vino."

Mahendra melangkah dengan malas menuju keruangan Adit. Jika bukan karena ada Vina dan Adit dia tak akan pernah mau datang kerumah sakit tersebut.

Di dalam ruangan Adit. seperti biasa Nita dan seorang perawat memeriksa kondisi Adit dan Vina hanya berdiri di dekat ranjang suaminya.

"Gimana Nit keadaan kak Adit?" tanya Vina.

"Gak perlu cemas mbak kak Adit baik - baik saja perawatan beberapa hari pasti sudah bisa pulang." jawab Nita.

"Alhamdulillah." ucap Vina.

Cek lek

Pintu di buka secara tiba - tiba saat semua orang sedang fokus pada pemeriksaan Adit. Vino masuk bersama dengan Mahendra. Mahendra yang menyadari jika Nita ada di ruangan Adit pura - pura tak melihat dia langsung menuju ke sofa di mana Chan berada.

Chan yang melihat Mahendra datang menatap nya dengan penuh selidik.

"Vino buka pintu itu pelan - pelan napa. ini rumah sakit bukan kamar kamu." omel Vina.

"Maaf bawel habis abang mu yang paling ganteng ini capek banget." jawab Vino dengan duduk bersandar di sofa.

"Nita keluar dulu ya mbak kak Adit banyak - banyak istirahat jangan banyak ngobrol dengan bang Vino." ucap Nita.

"Bisa aja nie bocah." balas Vino.

Nita keluar tanpa memperdulikan kehadiran Hendra. Karena Nita ingat ucapan Hendra. Setelah tau keadaan Adit, Chan tak ingin mengulur waktu lagi dia langsung mengajak Mahendra dan Vino kerumah milik ibu nya Vino.

"Sayang abang pergi dulu ya ada urusan sama Vino dan Hendra. Sayang pulang nya bareng mami saja." pamit Chan kesang istri.

"Iya Ais akan pulang bareng mami."

Chan menatap Vino agar dia juga ikut bersama dengan dirinya. Vino yang memang malas terpaksa ikut dan pamit pada Adit dan Vina.

"Cerewet abang yang paling ganteng pergi dulu besok abang akan datang lagi bareng bidadari abang Jesi." ucap Vino.

"Iya salam buat kang copet." ucap Vina.

"Mulut bu Vin. Kalau di dengar Jesika dia bisa ngamuk. Cuma abang yang boleh panggil dia kang copet." ucap Vino.

Chan yang melihat Vino masih saja bercanda dengan Vina langsung memanggilnya Vino.. membuat Vino langsung pamit pergi.

"Davino." panggil Chan.

"Iya bang."

"Haha...! Vino takut sama bang Chan." ucap Vino.

Mereka bertiga pergi melangkah dengan tatapan serius sesekali Vino melirik Mahendra yang hanya diam saja. Satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Vino, rumah milik sang ibu saat kabur dari suaminya.

"Katakan apa yang membuat kamu hancur sampai begitu hancur?" tanya Chan dengan tatapan dingin dan tajam.

"Gak ada bang saya hanya lelah saja maka nya hari hiburan." belum selesai Hendra berbicara Vino langsung menyambar saja.

"Cari hiburan dengan cara minum. Apa itu bisa menyelesaikan masalah Hen." potong Vino.

Chan menatap tajam kearah Vino hingga membuat Vino diam saat melihat tatapan serius abang nya.Mereka memang sejak. kecil sudah menghormati Chan sebagai abang mereka.

"Dengar Mahendra apa pun masalah kamu. harus nya kamu tidak melampiaskan nya dengan minum, kamu tau itu bisa merusak hidup mu Hen. Apa kamu tidak berpikir mama Rania sangat khawatir sama kamu pulang secara tiba - tiba." ucap Chan.

"Ini terakhir abang tanya apa yang membuat kamu minum. Apa masalah perempuan?" tebak Chan.

Mahendra terdiam dengan menunduk dia tak ingin semua orang tau apa yang dia rasa kan.