NovelToon NovelToon
Cincin Peninggalan Kakek

Cincin Peninggalan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:25.2k
Nilai: 5
Nama Author: RivaniRian21

Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Sumbing, Temanggung, hidup seorang pemuda bernama Arjuna Wicaksono. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama neneknya yang renta. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih balita, sementara kakeknya telah lama pergi tanpa kabar. Hidup Arjuna berada di titik terendah ketika ia baru saja lulus SMA. Satu per satu surat penolakan beasiswa datang, menutup harapannya untuk kuliah. Di saat yang sama, penyakit neneknya semakin parah, sementara hutang untuk biaya pengobatan terus menumpuk. Dihimpit keputusasaan, Arjuna memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan demi mengobati sang nenek. Namun takdir berkata lain. Malam sebelum keberangkatannya, Arjuna menemukan sebuah kotak kayu berukir di balik papan lantai kamarnya yang longgar. Di dalamnya tersimpan cincin perak kuno dengan batu safir biru yang misterius - warisan dari kakeknya yang telah lama menghilang. Sejak menggunakan cincin itu, kehidupanNya berubah drastis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Masalah Baru

Jam di ponsel salah seorang pekerja menunjukkan pukul tiga sore. Terik matahari sudah sedikit condong ke barat, namun panasnya masih terasa membakar kulit. Debu-debu beterbangan, menempel pada tubuh para pekerja yang basah oleh keringat. Kebanyakan dari mereka sudah mulai kelelahan, gerakan mereka melambat, dan frekuensi mereka untuk beristirahat semakin sering.

Kecuali satu orang.

Arjuna justru merasa sebaliknya. Tumpukan karung semen yang berhasil ia pindahkan sudah menggunung di gudang penyimpanan, jumlahnya jauh melampaui pekerja lain yang lebih senior dan berbadan kekar. Setiap karung yang ia angkut seolah bukan mengurangi tenaganya, melainkan justru memompa semangatnya lebih tinggi. Cincin di jarinya terasa stabil, mengalirkan energi yang konstan, membuatnya lupa akan rasa lelah.

Ia menatap ke arah jalan. Masih ada tiga truk semen yang mengantre untuk dibongkar. Baginya, itu bukan pertanda pekerjaan yang masih panjang, melainkan pundi-pundi rupiah yang menunggunya. ‘Semakin banyak yang kuangkat, semakin cepat aku bisa membayar kos bulan depan,’ pikirnya.

Dengan semangat yang kembali menyala, ia menghampiri truk berikutnya setelah meletakkan karung terakhir. Dua orang pekerja di atas truk sudah bersiap untuk menurunkan satu karung lagi untuknya.

"Tunggu, Mas," kata Arjuna sambil mendongak.

Kedua pekerja itu berhenti, menatapnya dengan heran.

"Bisa tolong turunkan tiga karung sekaligus?" pinta Arjuna dengan nada tenang. "Biar lebih cepat selesai."

Kedua pekerja di atas truk itu saling berpandangan, lalu menatap Arjuna seolah ia sudah gila. Pemuda kurus ini, yang sudah bekerja tanpa henti selama berjam-jam, kini meminta beban seberat 150 kilogram diangkat sekaligus?

"Jangan bercanda, Dik!" seru salah satu dari mereka. "Pinggangmu bisa patah beneran nanti! Satu saja sudah syukur kamu kuat!"

Arjuna hanya menggeleng pelan sambil tersenyum. Ia tidak membantah, hanya berjongkok dan memasang kuda-kuda, siap untuk menerima beban. "Tidak apa-apa, Mas. Saya siap."

Sikapnya yang tenang dan penuh keyakinan itu membuat para pekerja lain yang sedang beristirahat ikut mendekat, ingin melihat apa yang akan terjadi. Mereka berbisik-bisik, menganggap Arjuna sudah kehilangan akal sehatnya karena kelelahan.

Melihat keributan kecil itu, Pak Tarno sang mandor berjalan mendekat. "Ada apa ini ribut-ribut? Cepat kerja lagi!"

"Ini, Pak Mandor," kata pekerja di atas truk. "Anak ini minta tiga karung sekaligus. Gila kan?"

Pak Tarno menatap Arjuna, yang masih dalam posisi siaga. Ia melihat keringat yang membanjiri tubuh kurus itu, namun ia juga melihat api yang berkobar di matanya. Api semangat yang sama yang ia lihat saat Arjuna memohon pekerjaan tadi pagi. Pak Tarno menghela napas, lalu berbalik menatap para pekerjanya yang lain.

"Sudah," katanya dengan suara tegas yang mengagetkan semua orang. "Biarkan saja dia. Kasih apa yang dia minta."

Ia lalu menatap para pekerjanya yang lain yang masih melongo dengan tatapan bijak. "Kalian jangan heran," ujarnya, suaranya kini lebih pelan, seolah sedang memberi pelajaran hidup. "Dia itu butuh uang untuk kuliahnya. Dia kuat bukan karena ototnya. Dia kuat karena dia punya semangat. Kalau orang sudah punya tujuan yang jelas, tekadnya itu bisa lebih kuat dari baja, tenaganya bisa lebih besar dari gajah."

Para pekerja terdiam mendengar kata-kata mandor mereka. Penjelasan itu, entah mengapa, terasa masuk akal bagi mereka untuk menjelaskan pemandangan mustahil yang akan mereka saksikan.

Kedua pekerja di atas truk, meski masih ragu, akhirnya menuruti perintah. Dengan susah payah, mereka mendorong tiga karung semen ke tepi bak truk dan menurunkannya perlahan ke atas punggung Arjuna.

BRUK!

Beban seberat 150 kilogram itu mendarat di punggung Arjuna. Lututnya sedikit menekuk, ia menggeram pelan menahan tekanan yang luar biasa. Untuk sesaat, semua orang menahan napas, mengira ia akan langsung ambruk.

Namun, ia tidak ambruk.

Perlahan, dengan otot-otot yang menegang dan urat-urat yang menonjol di lehernya, Arjuna bangkit. Ia berdiri tegak. Lalu, dengan langkah yang pelan namun sangat stabil, ia mulai berjalan menuju gudang.

Semua aktivitas di proyek itu berhenti. Suara mesin molen dan teriakan pekerja lenyap, digantikan oleh keheningan total. Semua mata, tanpa terkecuali, kini hanya tertuju pada satu titik: pada punggung seorang pemuda kurus yang sedang memikul beban tiga kali lipat dari berat badannya sendiri, berjalan di bawah terik matahari demi sebuah mimpi yang bernama kuliah.

Arjuna terus bekerja dengan ritme yang sama, seolah tak mengenal waktu. Ia baru tersadar saat bayangan tubuhnya sudah memanjang dan warna langit mulai berubah. Suara-suara di proyek pun sudah tidak seramai sebelumnya.

"Sudah, Dik! Cukup! Woi, Anak Kuat, istirahat!"

Suara teriakan Pak Tarno akhirnya berhasil menembus fokus Arjuna. Ia meletakkan karung semen terakhir yang ada di punggungnya dan berbalik. Sang mandor berjalan menghampirinya sambil tersenyum-senyum dan menggelengkan kepala.

"Sudah jam lima sore. Waktunya pulang," kata Pak Tarno, nadanya kini terdengar jauh lebih ramah. "Kalau diteruskan, bisa-bisa semua truk itu kamu bongkar sendirian malam ini."

Arjuna tersenyum sedikit malu, baru merasakan pegal dan lelah yang sesungguhnya saat ia berhenti bergerak. "Masih banyak ya, Pak?"

"Masih. Makanya," Pak Tarno menepuk pundak Arjuna yang keras karena debu semen. "Besok kalau masih mau kerja, datang lagi pagi-pagi. Saya jamin selalu ada pekerjaan buat kamu di sini."

Ini adalah sebuah pengakuan. Sebuah tawaran pekerjaan tetap, meskipun tak terucap secara formal. Hati Arjuna menghangat mendengarnya. "Iya, Pak. Terima kasih banyak. Besok saya pasti datang lagi."

"Bagus," Pak Tarno lalu merogoh saku belakang celananya dan mengeluarkan dompet tebal. Ia mengambil beberapa lembar uang dan mulai menghitung. "Saya sudah hitung tadi sama kenek truk. Kamu... kamu hari ini angkut tiga ratus karung semen, Dik."

Pak Tarno menatap Arjuna dengan tatapan tak percaya. "Tiga ratus. Sendirian. Kamu ini manusia atau bukan sebenarnya?" guraunya, meskipun matanya masih menyiratkan keheranan yang tulus.

Ia lalu menyodorkan tiga lembar uang berwarna merah. "Ini upahmu. Tiga ratus ribu rupiah. Sesuai perjanjian."

Mata Arjuna membulat. Tiga ratus ribu rupiah. Dalam satu hari. Ini adalah jumlah uang terbesar yang pernah ia pegang seumur hidupnya. Uang yang lebih dari cukup untuk membayar sewa kosnya selama sebulan dan masih ada sisa untuk makan.

Tangannya yang gemetar karena lelah dan debu menerima uang itu. "Pak... ini... terima kasih banyak, Pak! Terima kasih!" ucap Arjuna berkali-kali, membungkukkan badannya dalam-dalam. Rasa senang dan syukur meluap di dalam dadanya, menghapus semua rasa lelahnya.

"Sudah, sudah. Itu hak kamu. Kamu kerja lebih keras dari siapapun di sini hari ini," kata Pak Tarno. "Sekarang pulang sana, istirahat. Makan yang banyak biar tenagamu balik lagi."

Setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi, Arjuna pun pamit. Ia berjalan meninggalkan area proyek dengan langkah yang terasa ringan, meskipun tubuhnya pegal luar biasa. Di dalam genggamannya, tiga lembar uang itu terasa seperti sebuah medali kemenangan.

Ia melirik penampilannya. Seluruh tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki tertutup debu semen yang tebal, membuatnya tampak seperti patung kelabu yang berjalan. Ia tidak mungkin kembali ke kos dengan keadaan seperti ini. Ia akan mengotori kamar mandi umum dan membuat penghuni lain tidak nyaman.

Tak jauh dari lokasi proyek, ia melihat sebuah pom bensin yang cukup ramai. Sebuah ide terlintas di benaknya. Dengan langkah pasti, ia berjalan ke sana.

Ia masuk ke dalam toilet umum yang agak pesing, membayar dua ribu rupiah pada penjaga toilet, dan mulai membersihkan dirinya di wastafel. Ia membuka keran dan membasuh wajahnya. Air dingin itu terasa begitu nikmat. Ia melihat air yang mengalir ke lubang pembuangan berwarna kelabu karena lunturan debu semen. Ia menggosok lengan dan lehernya, mencoba membersihkan sisa-sisa kerja kerasnya hari itu.

1
agus purnomo
kopi plus vote suhu
biar nulisny makin lancar...💪
Was pray
kalau merasa terbebani dengan cincin warisan kakeknya ya dilepas saja Juna, daripada kamu mengeluh terus, kayaknya gak ikhlas menerima takdirmu juna
Aman Wijaya
jooooz jooooz gandos lanjut terus
Aman Wijaya
lanjut terus Thor
Aman Wijaya
top markotop ceritanya Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll lanjut terus
4U2C
𝘆𝗮 𝗶𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗮𝘀𝗮𝗹 𝘂𝘀𝘂𝗹𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝗿 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗸𝗶𝘀𝗮𝗵𝗺𝘂..
4U2C
𝗷𝗮𝘂𝗵𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗼𝘀𝗼𝗸 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵 𝗻𝘆𝗮,,𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘀𝘂𝗹𝗶𝘁𝗸𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗺𝘂 𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮,,𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗮𝗽𝗮-𝗮𝗽𝗮 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝗺𝘂𝗻𝘀𝘂𝗵𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮-𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮..𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗹𝗮𝗵 𝗿𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗺𝗽𝘂..𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗴𝗶𝘂𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝗿𝗮𝘆𝗮..
4U2C
𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿 𝗺𝗶𝗮 𝗥𝗜𝗔𝗡 𝗱𝗶𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗦𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗜𝗢𝗡,,𝗮𝗽𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗗𝗜𝗢𝗡 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔 𝘆𝗮,,𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝘄𝗮𝗹 𝗶𝗯𝘂 𝗟𝗜𝗔𝗡𝗔 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔,,𝗺𝗲𝗹𝗮𝗺𝘂𝗻,𝗮𝗽𝗮 𝗺𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗲𝗹𝗼𝗻𝗴𝗼..𝗮𝗸𝘂 𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮..𝗺𝗮𝘂 𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮 𝗮𝗷𝗮 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗸𝗲𝗿𝗮𝘀,,𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁𝗶 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮,,𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗜𝗔 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗔𝗨𝗟𝗜𝗔,,𝗽𝘂𝘁𝗿𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮..
agus purnomo
kopi lagi suhu
Aman Wijaya
lanjut terus Thor semangat semangat ditunggu lagi updatenya 💪💪💪 sehat selalu untukmu Thor sehingga bisa berkarya terus
Aman Wijaya
Arjuna rasa disidak seperti seorang terpidana lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll Thor 💪💪💪
Aman Wijaya
babat semuanya Juna jangan beri ampun bikin mereka semua tidak bisa bangun
Aman Wijaya
top top markotop lanjut terus Thor semangat semangat semangat
Aman Wijaya
lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz jooooz pooolll Thor lanjut terus
Rita Natalia
Dion siapa ya ?
Achmad
ayo Thor lanjut semangat jangan kendor
Achmad
semangat Thor lanjut semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!