Jadilah milik ku maka akan ku singkirkan apapun yang membuatmu ragu. aku juga bisa membawa mu keluar dari semua masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MalyaIgus17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Sedikit
Cinta duduk diam dengan tangan tidak berhenti saling di mainkan. Keadaan nya terlalu canggung, apalagi setelah apa yang dilakukan Galih padanya.
Dia tidak marah, dia tidak teriak atau mungkin bertanya lebih soal Ifan tapi diam dan sikapnya yang serba baru meyakinkan Cinta kalau kekasihnya benar-benar marah.
Galih keluar dari bersih-bersih nya, sudah waktunya tidur tapi keduanya masih belum bisa memejamkan matanya karena masih merasakan debaran atas apa yang mereka lakukan sebelumnya.
Galih melihat jam, " memijit keningnya sebenar. Bingung apa harus pulang atau tidak.
Seharusnya Galih langsung pulang saja tanpa berpikir tapi entahlah hal apa yang membuatnya sampai berpikir ulang.
" Abang nginap disini..?" Cinta memberanikan diri bertanya. ini sudah terlalu malam untuk Galih pulang. Tapi terlalu canggung untuk meminta nya tetap tinggal.
"Pulang..." Menjawab seraya mengambil ponselnya menghubungi supir di rumah untuk menjemputnya. padahal Galih datang dengan mobil, pokoknya Galih hanya ingin pulang namun tidak ingin membawa mobil karena pikirannya yang memang sedang terpecah.
Galih duduk di sisi ranjang dengan Cinta bersandar pada kepala ranjang.
Melihat apa yang di lakukan Galih dengan ponselnya.
"maaf, Abang kelewatan tadi.." Berucap dengan wajah merasa bersalahnya. Tapi kalau boleh jujur Galih menikmati semuanya.
"udahlah enggak usah di bahas.." Cinta menggeser duduknya dan merebahkan badannya mendekat ke ke sisi dinding yang membatasi ranjang.
Cinta menyentuh tangan Galih dan menariknya. " Rebahan dulu bang, nunggu sopir kan?"
"emmm..." mengangguk dan menurut tidur di samping Cinta. Menarik selimut untuk menutupi separuh tubuh mereka.
"bener enggak marah?" masih tetap khawatir.
"Enggak bang, mau marah ke siapa juga. Lagian Cinta juga diam aja kan..." membenarkan posisinya menghadap ke langit-langit kamar.
Galih menarik tangan Cinta agar posisi mereka lebih dekat tak berjarak. " Kalau kayak gini, Abang bisa terus-terusan kaya gitu.." menarik pinggang Cinta dan memeluknya erat.
"Kalau mau marah, jangan sekarang ya...!" memeluk erat tubuh kecil Cinta dengan kepalanya bersandar di dadanya.
Cinta mengelus lembut rambut Galih yang memeluk nya erat.
"Abanggg.."
"Emmmm ..."
"Jangan tidur, nanti kalau supirnya datang gimana?" melihat wajah Galih yang tidak beranjak dari dadanya.
Galih tidak merespon karena dia hanya ingin menikmati suasana ini, ini terlalu nyaman dan hangat.
"Bangg..."
"Abang pulang kok tenang aja. Rebahan juga sambil nunggu sopirnya datang kan..?" mengingatkan Cinta soal ucapannya.
"Iya deh.." Mengalah saja, lagian tidak ada yang bisa Cinta lakukan. Terlebih yang meminta Galih berbaring adalah dia.
Tapi masalahnya Cinta merasakan dirinya gemetar kecil karena rasa yang menggelitik di perutnya karena posisi mereka yang sangat intens. Apalagi Galih seolah menikmati posisi wajahnya yang memang tepat pada belahan dadanya.
"Cinta deg-degan bang...!" beritahu Cinta. Cinta takut Galih berpikir kalau dia deg-degan karena alasan lain.
"emmm..." menggerakkan wajahnya di dada Cinta membuat Cinta seketika menahan nafasnya.
"astaga bang,.." Melepas pelukannya di kepala Galih, berharap agar Galih menjauh. Tapi yang ada Galih malah makin menempel.
"Sebentar lagi sopirnya datang...!" mengeratkan pelukannya pada tubuh Cinta dengan satu tangan menarik pinggang Cinta dan satunya meraba pelan punggung Cinta.
"Abang, ahhh.." desahan kecil Cinta lolos disaat Galih semakin intens meraba punggungnya dengan gerakan wajahnya yang semakin dalam.
"Abang nanti susah nafas Lo..." memejamkan matanya menahan gejolak yang muncul. Ini terlalu menyebalkan sebagai hukumannya.
"Abang sengaja hukum Cinta ya..?"
"Emmmm ." Cinta mencebik karena kekasihnya terlalu jujur soal itu.
"Geli bang..." akhirnya Cinta tahan dan menggerakkan tubuhnya. Posisi ini nyaman di awal tapi kalau kelamaan pegal juga.
Galih tersenyum di balik dada Cinta yang bergerak-gerak. Entah karena geli atau karena hal lainnya.
drettt
Galih melepas pelukannya dan mengambil ponselnya yang ada di sakunya. Melihat kalian itu pesan dari sopir yang menjemputnya.
"Sudah datang...!" menunjukkan pesan itu pada Cinta. Galih bangun dan duduk, sedang Cinta merasa aneh karena di lepaskan.
Cinta merasa kosong padahal Galih masih di dekatnya.
Galih akan turun dari ranjang disaat Cinta memintanya untuk tetap tinggal.
"Abang nginap aja..!" menahan tangan Galih yang akan beranjak. " Udah malem juga kan...?" alasannya kurang pas. Tapi Cinta tidak perduli dia hanya tidak ingin merasakan kekosongan seperti yang dia rasakan.
Galih tersenyum samar " Abang bisa tidak terkendali kalau Abang tetap di sini...!" memberi peringatan. Seketika Cinta melepaskan tangan Galih dengan beberapa mengerjakan matanya bingung.
"Iya udah pulang sana...!" usirnya dan membalikan tidurnya menghadap dinding dengan selimut dia tarik menutupi seluruh tubuhnya.
Galih tidak bisa tidak tersenyum melihat itu, sikap Cinta saat ini terlalu menggemaskan menurutnya.
Galih dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan menghubungi supirnya untuk kembali lagi. Tentu saja tanpa dirinya.
Galih melepas jaket yang sejak awal menempel di tubuhnya, menyisakan baju kaos slim fit yang dia kenakan.
Selain supir Galih juga menghubungi ayahnya mengatakan kalau dia ada urusan di luar. Tidak mengatakan kalau dia menginap di rumah Cinta. Bisa berabe kalau begitu.
Melepas ponselnya di meja dekat ranjang berdampingan dengan ponsel Cinta. Galih kembali merebahkan badannya dan memeluk erat pinggang Cinta yang memilih tidur menghadap dinding.
Galih memeluk erat pinggang Cinta yang ramping, menghirup aroma sampo di rambut kekasihnya.
Cinta diam saja, keputusan akhir kekasihnya bisa dia tebak. akhirnya Galih menginap setelah apa yang mereka lewati.
memilih memejamkan matanya Cinta seketika matanya membola disaat dia merasai tangan kekasihnya yang menelusup masuk dari bawah kaosnya.
"abangg..." menahan tangan Galih yang tengah menyentuh perut ratanya.
Galih menghentikan gerakan tangannya dan tidak bicara apapun. merasakan kekasihnya diam Cinta melepaskan tangannya yang menahan tangan kekasihnya.
Tidak mau kekasihnya kecewa, Cinta membalikan posisinya menghadap Galih membuat pandangan mereka bertemu. Seketika wajah Cinta memerah karena malu.
Cinta menelusup masuk ke dalam pelukan Galih, terlalu malu untuk menampakkan diri.
"Cinta malu bangg..." menjadikan tanganya sebagai pembatas antara badan mereka.
"Enggak nyaman ya, atau enggak boleh...?" melihat mata bening Cinta yang terlihat mengerjap mendengar pertanyaan nya.
menggelengkan kepalanya pelan " Boleh kok. Tapi jangan sekarang.." secara tidak langsung mengatakan kalau dia belum siap.
"enggak boleh berarti...!"
"Boleh kok dikit-dikit. Tapi jujur Cinta merinding setiap Abang sentuh kaya gitu..." jujur sekali bicaranya.
Galih tidak bisa menahan senyumnya. ini terlalu lucu, wajah bersemu kekasihnya, wajah malu-malu tapi mau nya, dan wajah mau tapi takutnya juga jelas terlihat.
"Dikitnya sampai mana..?" dasar Galih. Bukannya mengambil bagian belum siapnya eh dia malah fokus pada bagian lain.
" Enggak tau,.." menunduk malu " semua yang Abang lakuin tadi membuat Cinta merinding..." jelasnya.
"Hahahahahha. Memang apa yang Abang lakukan sih..?"
Cemberut melihat Galih yang tertawa " Apanya yang enggak sih, orang Abang grepe-grepe Cinta terus...!" tidak terima. Takutnya Cinta dibilang berlebihan karena ucapannya tadi.
" grepe apa sih, Abang cuma peluk aja loh..!" tetap tidak mau mengalah.
Cinta bangun dari rebahannya menatap tajam Galih yang masih tertawa. "Cinta bilangin Gea ya kalau Abang grepe Cinta tapi enggak ngaku...!"
"lapor aja.." tidak perduli. " lagian kalau kamu lapor, Gea pasti juga laporan ke mama dan papa. dan hebatnya kita bisa langsung di suruh nikah saat itu juga..."
"emang iya..?"
"Emmmm .."
Memicing tidak percaya. " enggak percaya, ya udah sana telpon. Atau mau Abang telpon kan sekarang. Atau mau Abang telpon kan mama sekarang...?" mengambil ponselnya.
" Enggak mau...!" merebut ponsel Galih dan menyimpan nya di belakangnya.
Galih memajukan wajahnya ", Segitunya ya enggak mau nikah sama Abang...?"
Merasa di permainkan, Cinta dengan cepat mengecup pipi Galih dan membawa ponsel itu tidur dengan nya. Tidak lupa menarik selimut untuk menutupi tubuh kecilnya.
Galih tersenyum alih-alih marah, merasa takjub dengan perubahan sikap Cinta yang datang tiba-tiba bila panik.
Menarik selimut Galih juga menyusul Cinta untuk tidur, mengikis jarak seraya memeluk pinggang Cinta tanpa membebani tubuh kecilnya.
"Selamat malam sayang...!"
"selamat malam abanggg...!"
☘️
☘️
☘️