NovelToon NovelToon
MAFIA'S OBSESSION

MAFIA'S OBSESSION

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Mafia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)
Areta dipaksa menjadi budak nafsu oleh mafia kejam dan dingin bernama Vincent untuk melunasi utang ayahnya yang menumpuk. Setelah sempat melarikan diri, Areta kembali tertangkap oleh Vincent, yang kemudian memaksanya menikah. Kehidupan pernikahan Areta jauh dari kata bahagia; ia harus menghadapi berbagai hinaan dan perlakuan buruk dari ibu serta adik Vincent.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Vincent masih berdiri mematung di samping ranjang, menatap wajah pucat Areta yang kini terlihat begitu rapuh.

Napasnya sendiri masih memburu karena emosi yang campur aduk antara cemburu, panik, dan harapan yang tiba-tiba muncul.

"Apa dia harus dibawa ke rumah sakit? Sekarang?!" tanya Vincent dengan nada mendesak, suaranya terdengar sangat khawatir.

Ia siap memerintahkan jet pribadinya terbang kembali jika itu memang diperlukan.

Dokter paruh baya itu menggelengkan kepalanya dengan tenang sambil merapikan peralatannya.

"Tidak perlu, Tuan De Luca. Kondisinya stabil, denyut nadinya kuat. Dia hanya mengalami kelelahan yang luar biasa dan syok karena hormon yang mungkin sedang melonjak. Membawanya kembali ke kota sekarang justru akan membuatnya semakin stres."

Dokter itu kemudian merogoh tas medisnya dan mengeluarkan sebuah alat tes kehamilan (test pack).

Ia meletakkannya dengan hati-hati di atas nakas di samping tempat tidur.

"Jika Nyonya Areta sudah bangun besok pagi, mintalah beliau untuk segera melakukan tes ini. Hasilnya akan jauh lebih akurat dengan urin pertama di pagi hari," jelas Dokter itu.

"Besok saya akan kembali lagi untuk memeriksa hasilnya dan memastikan apakah Nyonya benar-benar hamil atau tidak."

Vincent menatap benda kecil itu dengan tatapan yang sangat intens.

Di dalam kepalanya, ia mulai menghitung waktu dan mengingat semua malam yang mereka lalui bersama.

"Keluar dan pastikan dokter ini mendapatkan apa yang dia butuhkan dan jaga mulutnya tetap tertutup." perintah Vincent tanpa menoleh, matanya tetap tertuju pada Areta.

Setelah semua orang keluar dari kamar, Vincent duduk di tepi ranjang.

Ia mengulurkan tangannya yang besar, mengusap lembut pipi Areta yang mulai kembali hangat.

Ia tidak percaya bahwa monster sepertinya mungkin akan menjadi seorang ayah.

"Areta..." bisiknya parau.

"Jika ini benar, aku tidak akan pernah membiarkan dunia menyentuhmu atau anak kita sedikit pun."

Sepanjang malam, Vincent sama sekali tidak memejamkan mata.

Ia duduk di kursi samping ranjang, lalu berdiri dan berjalan mondar-mandir di dalam kamar yang luas itu.

Pikirannya kalut antara rasa bahagia yang meluap dan ketakutan luar biasa akan tanggung jawab baru yang mungkin menantinya.

Sesekali ia menatap alat tes kehamilan di atas nakas seolah benda itu adalah bom waktu yang siap meledak.

Saat sinar matahari pagi mulai menerobos masuk melalui celah gorden, Areta perlahan membuka matanya.

Hal pertama yang ia lihat adalah bayangan suaminya yang masih tampak gelisah, mondar-mandir dengan langkah yang tidak tenang.

"Vin..." panggil Areta lemah.

Vincent seketika menghentikan langkahnya. Wajahnya yang tampak lelah namun penuh binar harapan segera mendekat.

"Sayang, Areta, kamu sudah bangun?"

Vincent duduk di tepi ranjang dan mencium kening istrinya dengan sangat lama dan penuh perasaan.

"Ayo, kamu lakukan tes ini sekarang. Aku tidak bisa menunggu sedetik pun lagi."

Areta tampak bingung, ia belum sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi semalam.

"Tes? Tes apa?"

"Ayo, aku bopong ya ke kamar mandi," ucap Vincent tanpa menunggu jawaban.

Ia dengan sigap mengangkat tubuh Areta, membawanya dengan hati-hati seolah istrinya itu terbuat dari kaca yang mudah pecah.

Areta yang masih kebingungan hanya bisa mengangguk dan menurut.

Di dalam kamar mandi, dengan instruksi Vincent yang mendadak jadi sangat cerewet, Areta akhirnya membuang air kecil dan menaruhnya di gelas plastik kecil yang sudah disediakan.

Vincent mengambil alih. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia memasukkan alat tes itu ke dalam gelas.

Setelah menunggu beberapa saat, Vincent mengangkat alat itu, namun ia segera menutup matanya rapat-rapat.

Pemimpin mafia yang kejam itu mendadak terlihat sangat rapuh dan ketakutan.

"Areta, baca hasilnya, aku tidak berani melihatnya," bisik Vincent parau.

Areta mengambil alat itu dari tangan Vincent. Ia melihat dua garis merah yang sangat jelas di sana.

Sebuah tawa kecil lolos dari bibirnya melihat ekspresi suaminya yang tegang. Ia menggelengkan kepalanya pelan.

"Hasilnya..." Areta menjeda kalimatnya, lalu menghela napas panjang dengan raut wajah yang sulit ditebak.

"Maaf, Vin. Sepertinya..."

Jantung Vincent seolah berhenti berdetak. Ia perlahan membuka matanya, siap mendengar kabar buruk.

"Sepertinya, kita akan menjadi orang tua, Vincent," lanjut Areta dengan mata yang berkaca-kaca karena bahagia.

Vincent terpaku sejenak, mencerna kata-kata itu. Detik berikutnya, ia langsung bersorak gembira.

Ia mengangkat Areta ke dalam pelukannya, memutar tubuh istrinya dengan hati-hati sambil tertawa lepas—suara tawa yang sangat jarang terdengar.

"Aku akan menjadi ayah? Kita akan punya bayi?!" serunya penuh kemenangan.

"Aku akan memberikan dunia ini untuknya, Areta! Aku bersumpah!"

Pagi itu di villa pribadi mereka, suasana berubah menjadi sangat manis dan penuh sukacita. Vincent, dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya, membopong Areta kembali ke atas tempat tidur yang luas.

Ia menyusun bantal dengan sangat teliti agar istrinya bisa bersandar dengan nyaman.

Tanpa membuang waktu, Vincent langsung menghubungi dokter yang semalam dan memintanya segera kembali ke villa untuk memastikan segala sesuatunya aman.

Tak berselang lama, dokter tersebut tiba. Dengan sangat profesional, ia memeriksa kembali kondisi Areta.

"Nyonya dan janinnya dalam keadaan sehat, hanya saja Nyonya perlu banyak istirahat karena hormon kehamilan awal bisa sangat menguras tenaga," jelas dokter itu sambil menyerahkan resep obat penguat kandungan dan vitamin khusus.

Setelah dokter itu berpamitan dan keluar dari kamar, Vincent segera mengunci pintu.

Ia melangkah perlahan menuju ranjang, lalu naik ke atas kasur dan berlutut di hadapan Areta.

Dengan gerakan yang sangat lembut, ia menyingkap sedikit baju Areta dan mendaratkan ciuman hangat berkali-kali di perut istrinya yang masih rata itu.

"Kecebongku tokcer juga ya, Sayang," bisik Vincent dengan nada bangga yang sangat kentara, sementara tangannya mengusap lembut perut Areta.

Areta yang melihat tingkah laku suaminya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Ia mengusap rambut Vincent yang kini sudah terlihat lebih segar tanpa brewok.

"Bagaimana nggak tokcer? Kamu selalu ganas kalau sedang 'bermain'," sahut Areta dengan wajah memerah, mencoba menggoda suaminya balik.

Mendengar pengakuan jujur dari istrinya, Vincent terdiam sejenak sebelum akhirnya tawa terbahak-bahaknya pecah memenuhi kamar mewah itu.

Ia merasa sangat bahagia; harga dirinya sebagai seorang pria sekaligus pemimpin mafia terasa lengkap hari ini.

"Kalau begitu, aku harus lebih hati-hati sekarang," ujar Vincent di sela tawanya, lalu ia naik lebih tinggi dan memeluk Areta dengan sangat erat namun hati-hati.

"Terima kasih, Areta. Kamu baru saja memberiku alasan terkuat untuk tetap hidup."

Vincent akhirnya memutuskan untuk membatalkan semua rencana keluar villa. Baginya, keamanan dan kenyamanan Areta adalah prioritas nomor satu.

Ia tidak ingin istrinya kelelahan atau terpapar panas matahari pantai yang menyengat.

Pelayan pribadi villa dengan sigap menyiapkan makan siang yang sangat mewah di balkon luas yang menghadap langsung ke samudra Hindia yang biru jernih.

Aroma masakan yang disiapkan khusus tanpa bau yang menyengat agar tidak memicu mual Areta tercium sangat menggugah selera.

Ada sup krim hangat, sayuran segar, dan buah-buahan kualitas terbaik.

Vincent menarik kursi untuk Areta, lalu duduk di sampingnya, bukan di depannya.

Ia ingin terus berada dalam jangkauan untuk memastikan istrinya baik-baik saja.

"Masih pusing?" tanya Vincent lembut sambil menuangkan air putih hangat ke gelas Areta.

Matanya menatap lekat, memperhatikan setiap perubahan ekspresi di wajah istrinya.

Areta menggelengkan kepalanya pelan sambil memberikan senyum tulus.

"Sudah jauh lebih baik, Vin. Mungkin karena aku sudah makan sedikit vitamin tadi."

Vincent menghela napas lega, lalu ia mengambil sendok dan mulai memotong bagian kecil dari makanan di piringnya.

"Baguslah. Tapi kamu tetap tidak boleh banyak bergerak. Biarkan pelayan yang melakukan semuanya, atau aku yang akan melakukannya untukmu."

Ia menyodorkan sepotong buah segar ke arah bibir Areta.

"Makan yang banyak. Kau sekarang sedang makan untuk dua orang. Jika anakku sampai kekurangan gizi karena kamu malas makan, aku akan menghukummu di tempat tidur setelah kamu melahirkan nanti," ancam Vincent, meski nada suaranya justru terdengar sangat manja dan protektif.

Areta menerima suapan itu dengan tawa kecil.

"Ancamanmu sama sekali tidak menakutkan sekarang, Tuan De Luca."

Vincent hanya tersenyum tipis. Ia merasa dunianya yang selama ini penuh dengan darah dan kekerasan, kini perlahan mulai berwarna karena kehadiran Areta dan calon buah hati mereka.

1
putrie_07
cinta gila😆😆😆😆
lanjut Thor💪😘
اختی وحی
ikut gemeter😄
اختی وحی
semangat thor,makin seru
my name is pho: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!