Ada yang kayak mereka nggak sih? Jodoh lewat chat? Ya ampyuun CHAT?? Iya ho'oh! Mereka nggak pernah ketemu, cuma bertukar kabar melalui pesan ketikan, nggak ada pidio kol (video call). Cuma deretan huruf tapi membuat hidup mereka semprawut!
Giliran ketemu secara nggak sengaja di dunia nyata, mereka malah kayak musuh bebuyutan! Pas kembali ke aplikasi, weeeh sayang sayangan lagi.
Di sini yang koplak siapa sebenarnya? Lintang nya? Bang Baga? atau.... Yang nulis cerita??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tumbang juga akhirnya
Ya memang apa sih yang diharapkan dari obat pereda nyeri haid untuk mengatasi demam tinggi tinggi sekali? Hanya menekan rasa sakit agar berkurang lalu setelah itu balik lagi ke setelan awal.
Beneran itu si Baga nelen obat yang diberikan Lintang. Demi apa dia kayak gitu? Ya biar si cewek rambut ekor merak yang belibet ngomongnya itu nggak geger manggil damkar ke kantor bapaknya lah! Gila aja, bisa viral jilid dua nanti dia. Jadi meski awalnya ragu, Baga tetep nguntal itu pil agar semua damai dan sejahtera sebagai mana mestinya.
Tapi itu hanya berlaku beberapa puluh menit di awal minum obat, karena emang pada dasarnya kan obat yang Lintang kasih itu bukan obat yang dikhususkan untuk demam tinggi, jadi ya gitu deh.. Baga tumbang! Apalagi ditambah seharian itu Baga nggak kemasukan nutrisi apapun, nggak makan, cuma minum air putih sesekali aja. Udah deh..
Pukul lima sore. Baga menutup laptopnya, keringat dingin udah kayak anak sungai yang mengalir dari kening meluncur ke lehernya. Setiap langkah yang dia pijak seperti membawanya melayang. Dia seperti nggak napak bumi.
"Star..." panggilnya dengan suara bergetar.
Lintang juga akan turun ke lantai bawah, menggunakan lift karyawan tentu saja. Setelah dia tahu jika lift VVIP hanya diperuntukkan untuk pemilik perusahaan dan keluarganya, dia tentu nggak mau menggunakan lift tersebut.
Mendengar namanya dipanggil lelaki bermasker itu, Lintang menoleh ke samping. Tangan Baga seperti ingin menggapainya, Lintang otomatis maju menjaga agar Baga nggak roboh di depan lift.
"Eh, you kenapa? Muka you kok makin merah kayak udang tembus?!" Lintang bisa merasakan suhu tubuh Baga makin panas.
Padahal hanya memegang telapak tangan lelaki itu aja. Tapi bisa membuat Lintang panik sampai melotot matanya. Apalagi Baga sampai lemas dan nyaris menimpa tubuh kecil Lintang. Makin syok aja Lintang jadinya.
"Wait, wait, waaiiiiit!! Ini you pisang?? Aaarrrgh gimana ini, WOOOOEEEEII EVERYBODY, PLEASE HELP ME!!! ADA ORANG PISANG INI WOOOEEEII!!'
Teriakan Lintang langsung menarik perhatian banyak orang. Makin terkejut karena yang katanya pisang (maksudnya pingsan) adalah anak dari pemilik perusahaan ini. Sigap mereka membantu Lintang agar nggak ikut pingsan akibat tertimpa tubuh Baga.
"Star.." Kepalanya panas, pandangannya berkunang-kunang. Hingga akhirnya… Gelap. Suara-suara memudar. Dan tubuhnya tumbang sebelum sempat mengucap 'Aku nggak apa-apa,'
Banyak orang di sana, tapi yang heboh hanya Lintang. Bagian security sigap memanggil ambulance tapi Lintang lebih gesit dengan meminta diantar ke rumah sakit oleh karyawan yang kebetulan membantunya memegangi tubuh Baga.
"You! You bisa nyetir?? Antar ai dan my boyfriend... Aiiiish... antar kami ke hospital, sekarang!" Lintang menunjuk ke arah muka karyawan yang hanya manggut-manggut saja mendengar instruksi dari Lintang.
"Kalian bisa lontong ini kalian punya boss lagu pisang, kenapa kalian diem aja?!" kesal banget Lintang saat menatap orang-orang di lantai 7 yang hanya melihat ke arah Baga tanpa melakukan apa-apa.
Mbak Lintang, harap tenangkan diri sebentar.. Itu mereka juga gugup, bingung, siyoook mbak! Belum pernah mereka dapeti kejadian anak bos mereka gletak kayak gini, mereka juga udah siap-siap di bawah bawa tandu segala macem biar nanti pas Baga tiba di lantai satu langsung bisa satset dibawa ke mobil lalu gass ke rumah sakit!
"Sebentar, lontong lagu pisang itu maksudnya apa ya? Apa kuping ku yang udah penuh congek sampai nggak jelas tadi mbak-mbak rambut merak tadi ngomong apa?"
"Udah diem aja. Dia keknya calon mantunya pak Abhi. Baru dua kali datang ke sini aja langsung gabung buat nanganin kasus bareng mas Baga. Mau ngomong cengcerebret juga biarin.." Mereka berani ngomong ketika Lintang udah menutup pintu lift.
Perjalanan ke rumah sakit nggak sampai memakan waktu berjam-jam, apalagi dari lantai atas emang udah ngasih informasi jika anak bos mereka harus dibawa ke pusat kesehatan terdekat. Di dalam mobil, Lintang udah parno banget. Dia takut! Beneran takut jika Baga kenapa-kenapa.
"You katak gini gara-gara obat yang ai kasih ya? Harusnya kalau you nggak mau, ya jangan diminum! Dodol!!"
Lha kamu yang maksa kok malah nyalahin orang?! Bener-bener ya kamu Ntang!
Belum ada perubahan apapun. Baga masih merem. Lintang tergerak untuk membuka masker dan kacamata yang masih nangkring di tempatnya. Ketika kacamata itu dibuka, dia bisa melihat bulu mata Baga yang panjang, serta alis hitam tebal tanpa penghalang. Terpesona level satu cek!
Dan gong nya saat Lintang membuka masker itu.. Jangan bayangkan Baga ileran, karena itu nggak mungkin terjadi! Kulit wajah putih bersih mulus, nggak beruntusan, nggak kudisan, apalagi panuan! Enggak. Baga adalah jenis manusia yang level kegantengannya alami tanpa operasi, natural tanpa tambal, sulam, cangkok atau stek sana sini. The real bibit unggulnya emak Deepika dan bapak Abhi. Bibir Baga emang terlihat pucat, tapi nggak bisa dipungkiri jika bentuk bibir Baga itu sangatlah.. Seksi! Terpesona level badas cek!
"Ai kikir apa dah?? Wake up, Lintang wake up!!! Dia nggak semenarik itu, dia biasa aja! Dia.... Ganteng, syaluuuun!"
Lintang.. Lintang.. Memprihatinkan banget sih kamu, miris lihatnya.
Sampai rumah sakit, Baga langsung ditangani. Nggak pake nunggu di bagian pendaftaran dulu, udah ada yang ngurus sendiri. Nggak perlu milih kelas berapa buat di rawat di sana, langsung masuk ruangan VIP dia. Nggak ada yang nanya pakai jalur BPJS atau asuransi swasta lainnya, mereka tahu Baga anak tunggal Bu Deepika, pemilik saham terbesar di rumah sakit ini.
Dari awal masuk rumah sakit sampai dipasangnya infus pada tangan Baga, Lintang ada di sana. Dia bahkan ikut ngilu melihat tangan Baga beberapa kali ditusuk jarum infus karena perawat kesulitan mencari pembuluh darah vena yang tepat,
"Astaga, you udah tusuk-tusuk dia lima kali di tangan kanan sekarang pun tangan kirinya you tusuk-tusuk juga, dan itu udah ke empat kali di sana sini! Apa you baru magang di sini?! You bikin dia makin sikat, you know?!" bentak Lintang udah nggak tega dengan kondisi Baga.
"Mbak tenang ya, kalau mbak panik seperti ini.. Kami justru akan menyuruh mbak menunggu pasien di luar saja. Kami kesulitan mencari pembuluh darah pasien karena pasien sepertinya kekurangan cairan dalam tubuh. Hal itu membuat vena menjadi lebih kecil dan kolaps atau mengempis, sehingga sulit untuk diakses, mbak." sabar banget ners nya ngasih penjelasan padahal udah dipelototi Lintang kayak gitu.
"Haiiiish.. Ai bukan rambak! Kenapa you panggil ai rambak rambak?! Ai nggak suka sama you. Ai tandai you punya name.. Siti Jamilatun! Oke, Siti! You dalam masalah!!"
Merinding sih sebenarnya diancam gitu sama mbak mbak jutek rambut ekor merak, tapi mbak Siti ini kan hanya menjalankan tugasnya sebagai perawat. Lagian Baga meski ditusuk nyampe sepuluh kali juga anteng-anteng aja. Dia udah sadar sejak tusukan jarum infus kedua keluar masuk di tangannya. Tapi dia nggak punya tenaga untuk sekedar menyahuti perdebatan antara Lintang dan perawat yang mencacah tangannya. Hanya sesekali terdengar helaan nafas dan terlihat dia mencengkeram seprei untuk menyalurkan rasa sakitnya.
Lintang maju, dia ambil tangan Baga yang meremas seprei ranjang, dia gantikan dengan tangannya. "Tenang ya.. Sebentar lagi you sembuh. You jangan nangis.. Ai tahu itu pasti sakit banget, tapi you harus kuat. Okey?"
"Aku nggak apa-apa, Star.. It's oke."
"No. You kayak gini gara-gara ai! You sempak masuk hospital karena ai maksa you minum obat haid ai.. Ai salak sama you!"
Pemasangan selang infus selesai. Sebelum meninggalkan ruangan, Mbak Siti tadi juga udah ngasih tahu penyebab Baga pingsan bisa jadi karena tubuh dipaksa bekerja melebihi batas kemampuan, apalagi ditambah demam tinggi. Hal itulah yang membuat Baga tumbang.
Baga masih terlalu lemah, dia ingin ngomong panjang lebar tapi hanya bisa mengusap tangan Lintang lembut untuk menenangkan pacar online nya itu.. Eh masih pacaran kan mereka?
"Maafin ai ya.. Ai banyak salak sama you. Ai takut you kenapa-kenapa, nanti you lapor sama malaikat. Dan ai nggak dapet golden tiket menuju surga."
"Aku cuma demam.. Bukan sakaratul maut, Star. Malaikat belum mau jenguk aku, jadi tenang aja.. Golden tiket mu aman."
"Tapi, kalau malaikat nulis perbuatan ai sebagai dosa karena udah maksa maksa you minum obat haid, kan pahala ai berkutang!"
"Malaikat mana yang berani ngutangin pahalamu?"
"Aiiish.. Ai takut masuk neraka!"
Baga mau istirahat aja kok susah bener ya. Dia sakit lho, dan masih harus nenangin cewek tantrum yang takut kehilangan golden tiket menuju surga.
"Nggak ada yang nyuruh kamu masuk sana.."
"Tapi ai bersoda sama you!"
"Ya udah pakai aja tiket ku buat masuk surga. Beres. Seneng?"
Lintang melotot, "You doain ai cepet mati ya, bisa-bisanya you mau ngasih tiket surga you buat ai! Yakin you punya tiket itu??"
Baga menghela nafas pasrah.. "Harusnya tadi kamu nggak usah nolongin aku,"
"Why?! Nggak ada teriak kasihnya!"
Baga nggak menjawab, Lintang masih memegang tangan Baga. Emang agak aneh sih situasi ini, mulut mereka perang tapi tangan mereka berpegangan. Nggak tahu deh ini tuh momen sweet atau sewot.
bikin malu Buapkmu aslii bisa2 camer mikir ke arah anuu🤣
kencannya kemaren jadi gak mereka Thor?
lagi semedi jadi abnormal tah🤣🤣
hmmmm
gak baik klo jalan cuma berdua doang..
gosah pake translate, soalnya saya sudah biasa menghadapi teman yg jarinya melebar hingga menciptakan deretan kalimat yg perlu kejelian dalam memahaminya😌
Kalau gak lola alias loading lama nih buat artiin yang dia omongin😁😁😁😁😁
sambil kikir mau kecang kemana lagi