"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MUAL-MUAL TERUS
"Oma sedang kenapa si ma?" tanya Kiara saat aku dan putriku sudah masuk rumah.
"Oma sakit sayang." jawabku.
"Kok muntah-muntah begitu ma?" tanya nya lagi.
Aku terdiam.
"Emm, ya karena memang masuk angin, perutnya kembung. Jadi ya mual." ucapku menjelaskan.
"Ya sudah sana, Kiara masuk kamar. Bersih-bersih, mama siapkan makanannya dulu." ucapku.
Putriku pun langsung melangkah menuju ke kamarnya. Sedangkan aku berjalan ke arah dapur. Aku menyiapkan makanan yang baru saja aku beli untuk makan siang. Tapi sepertinya rumah sepi. Mama kemana? Apakah mama sedang tidur?
Setelah siap, aku pun menuju kamar mama untuk mengajaknya makan. Aku serba bingung. Kelihatanya sakit, tapi beliau tidak mau di bawa ke dokter. Huh.
"Mama."
Tok tok tok.
"Mama,"
Ceklek.
"Yah Rey?"jawabnya.
Mamaku keluar dengan pakaian yang sudah rapih.
"Mama, mau kemana siang-siang begini. Itu Reyna sudah beli makanan. Makan dulu yuk, biar mama tidak semakin sakit." ucapku.
"Tidak Rey, mama mau pergi sebentar." ucap mama dengan tas di tangan nya.
Aku mengerutkan dahi. Bukan aku tidak mengizinkan mama pergi, tetapi aku takut mama akan kenapa-napa. Apa lagi beliau sedang tidak enak badan.
"Iya mama mau kemana? Biar Reyna antar ya!" ucapku.
Namun mama menggeleng. "Tidak Rey, mama bisa pergi sendiri. Mama jalan sekarang ya. Cup." ucap mama sambil mencium kening ku.
"Hati-hati ma." ucapku yang hanya bisa menatap punggung mama yang menjauh.
Sudah dua jam mama pergi, tetapi wanita cantik itu belum Juga pulang. Sebenarnya mama kemana. Aku khawatir. Apa mungkinkah beliau pergi ke dokter? Atau kemana? Semoga saja Allah selalu melindungi mama dimana pun mama berada.
Kini aku sedang menemani Kiara Main sepeda di taman halaman belakang dekat kolam renang. Tetapi tiba-tiba saja aku mendengar suara geseran pintu gerbang. Sepertinya itu mama.
Aku bergegas bangkit dan menuju depan. Benar saja, mama sudah pulang, namun mengapa wajahnya muram? Sedih seperti itu. Ada apa dengan mama?
"Mama. Dari mana saja? Reyna khawatir." ucapku sambil mengapit lengannya.
"Reyna. Kamu bikin kaget mama saja." ucap mamaku.
"Mama kenapa sih ma. Jika ada apa-apa cerita dong sama Reyna. Reyna kan menjadi tidak tahu." ucapku.
Wanita cantik itu menangkup wajahku dengan mata berkaca kaca. Aku benar-benar tidak tahu mama sedang kenapa. Apakah beliau membuat kesalahan kepadaku? Atau aku yang membuat kesalahan kepada mama.
"Reyna. Mama tidak papa kok. Barusan mama habis dari dokter. Dan kata dokter, mama hanya kecapean saja. Jadi kamu tidak usah khawatir ya." ucap mamaku itu.
Namun hatiku terasa masih ada yang mengganjal. Sepertinya bukan itu jawaban yang benar.
"Rey, kamu sayang mama kan?" ucap mamaku dengan begitu dalam.
Tentu aku mengangguk. Anak mana yang tidak sayang dengan ibu kandungnya sendiri.
"Kenapa mama bicara seperti itu! Tentu Reyna sayang mama lah. Pertanyaan konyol apa itu ma." ucapku.
Ibu yang telah melahirkanku itu menghela nafas. Mama ku tersenyum dan mengangguk,
"Mama lega mendengarnya. Mama hanya tidak ingin berpisah dari kamu Rey. Maafkan mama ya." ucap mama yang sangat aneh.
"Mama itu tidak pernah punya salah dengan Reyna. Harusnya disini reyna yang meminta maaf. Sebab sudah bertahun-tahun Reyna selalu menyusahkan mama." ucapku yang juga sedih.
"No Reyna. Kamu anak mama satu-satunya. Mama tidak merasa di susahkan oleh kamu. Semua yang mama miliki ini adalah milik kamu. Mama sayang sama kamu. Jangan lagi bicara seperti itu ya." ucap mamaku itu.
"Aku juga sayang mama. Pokoknya aku sayang mama." ucapku, kami pun saling berpelukan.
Hingga terdengar suara deru mesin mobil, itu pasti mas Saka sudah pulang. Aku mengernyit bingung. Tumben baru jam empat sore sudah pulang. Biasanya lembur setiap hari.
"'Suami mu pulang, sambut dia gih." ucap mama sambil mengusap air matanya.
Aku pun mengangguk juga sambil mengusap air mataku yang menetes.
"Reyna. Kamu kenapa, kok hidung kamu merah?" ucap mas Saka yang sudah masuk rumah.
Mama sudah masuk ke dalam kamar.
"Tidak papa kok mas. Itu kamu bawa apa?" ucapku sambil menatap plastik berwarna merah besar.
"Oh ini ayam bakar kesukaan mama. Ini kamu siapkan untuk makan malam kita bersama." ucap mas Saka sambil mengulurkan bungkusan ayam bakar itu ke arahku.
"Ayam Bakar?" ucapku.
"Iya, tadi mama mesan ke aku untuk di belikan." ucap mas Saka.
Aku menyatukan kedua alisku bingung.
"Maksud mas. Tadi mama minta tolong untuk sekalian mampir di belikan ayam bakar kesukaannya. Sekalian saja aku beli banyak. Untuk kita juga dan Kiara." ucap mas Saka lagi.
Aku pun mengangguk. Sedikit heran. Mengapa mama tidak membelinya saja sendiri. Mama kan juga habis dari luar? Dan tumben sekali mas Saka gercep pulang. Biasanya selalu lewat dari jam sembilan malam.
"kok bengong Rey," ucap mas Saka lagi.
Aku mengerjap dan langsung menuju ke dapur. Makan malam tiba. Kini kita semua sedang berada di meja makan. Baru saja akan memulai makan, tetapi mama langsung menutup hidungnya.
"Saka. Kamu beli ayam bakar di tempat langganan mama kan?" ucapnya.
Aku hanya mendengarkan dan memperhatikannya saja.
"Iya ma. Seperti biasa kok. Memangnya kenapa ma?" jawab mas Saka.
"kok bau nya gini ya?" ucap mama.
Beliau pun langsung mual-mual kembali.
"Huek. Huek. Huek.."
Saat mama berlari ke arah wastafel, aku dan mas Saka saling pandang.
"Mama kenapa ya mas?" tanyaku kepada mas Saka.
Terlihat wajah mas Saka yang pias. Laki-laki itu pun langsung menggeleng dengan menelan salivanya.
"Oma kenapa sih ma? Kok muntah-muntah terus. Padahal ini lagi makan lho." celetuk Kiara.
"Sssstt, mama juga tidak tahu. Tunggu ya. Mama susul oma dulu." ucapku yang bangkit dan langsung menuju dapur.
"Hueeekk, ah, wwuuuueek, argh.. Huek, huek.."
Aku memijat tengkuk leher mama. Tetapi aku tidak melihat ada yang keluar dari dalam mulut mama. Kenapa sebenarnya mama ku itu?
"Ma, Reyna kerik saja ya. Supaya angin nya keluar." ucapku.
"Tidak Rey, mama mau tidur saja. Badan mama lemas." ucap mama.
"Mama tidak jadi makan?" tanyaku.
Mamaku itu menggelengkan kepalanya. "Tidak Rey, jika mama mau, nanti pasti mama akan makan," ucap mama.
Aku pun mengangguk dan membiarkan mama berlalu ke dalam kamarnya. Terlihat mata mama dan mas Saka saling pandang.
"Maaf ya Sak. Mama tidak makan bareng kalian." ucapnya.
Mas Saka hanya mengangguk tanda tidak apa-apa. Aku pun duduk kembali di samping Kiara, kami mulai menyantap makanan yang ada. Tetapi tidak dengan mas Saka. Suamiku itu terdiam seribu bahasa. Entah lah aku tidak tahu. Aku dan Kiara saling tatap. Kemudian putriku itu mengedikkan bahunya.
"Mas, di makan dong. Kok diam saja." ucapku.
"Rey, aku tidak nafsu makan. Nanti setelah kamu makan. Bikinkan aku kopi saja ya. Bawa ke kamar. Kiara, Papa ke kamar dulu ya." ucap mas Saka tiba-tiba.
Kenapa sih suamiku itu, perasaan tadi wajahnya sangat lapar. Tetapi mengapa tiba-tiba tidak nafsu makan? Apa karena mendengar suara muntahan mama tadi, sehingga mas Saka menjadi tidak berselera?
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek