"Oi Margaretha! Retha!"
"Apa sih?"
"Jangan galak-galak dong sama Aa Ken yang handsome ini"
"Hoekk!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Hingga akhirnya guru datang melerai dan membawa keempat gadis itu ke ruang BK untuk di proses.
Mereka sempat bersitegang lagi, tapi karena Retha yang memang korban dan juga ia terlihat tenang jadi ia di bebaskan dan di minta untuk pulang karena keadaan Retha yang tak memungkinkan untuk lanjut belajar pada hari ini.
Sedangkan Jessi dan teman-teman nya mendapat surat peringatan karena telah membully dan melakukan kekerasan verbal dan non verbal.
Retha sudah di dalam kelas dengan rambut yang masih basah, ia mencoba menutupi pakaian nya yang sudah tak bisa di tutup karena kancing yang lepas semua.
Banyak yang berbisik-bisik dan mengasihani keadaan Retha, tapi mereka sadar jika mereka menolong Retha maka mereka akan berurusan dengan Jessi yang notabene nya anak donatur terbesar setelah Rimba.
Brak
Retha mendongak mendengar pintu kelas yang di dobrak sekaligus langkah kaki keras dan terdengar lebih dari dua kaki.
"Seneng lo bikin kami bertiga dapat surat peringatan?!" hardik Jessi dengan tatapan nyalang berada di hadapan Retha yang hanya terhalang meja Retha.
"Itu emang pas buat kalian kan? Di masalah kita ini kalian yang mulai duluan, bahkan lebih pakai kekerasan. Sedangkan aku disini cuma ngelindungin diri ku sebisa ku, apa yang salah?" Retha nampak tenang dengan mata sayu nya.
"Masih berani ngomong panjang ya lo, noh rambut lo rontok banyak" cibir Rose dengan bersedikap dada menantang Retha yang seakan tak ada takut nya.
"Aku begini karna kalian yang mulai duluan" sahut Retha hendak duduk di kursi nya lagi tapi ternyata tak semudah itu karena rambut nya kembali di tarik dan yang memulai ialah Vanya.
"Belagu banget ya, lo udah bikin Rimba cuek sama gue!" pekik Vanya sembari tak melepas erat cengkraman tangan nya di rambut Retha.
Retha meringis menahan sakit. "Rimba? Siapa nya Rimba?" tanya Retha dengan tatapan selidik.
"Seantero sekolah juga tau Rimba itu pacar gue! Dan lo berani nya minta ini itu! Dasar b!tch!" umpat Vanya menghempas rambut Retha dan melepas nya secara kasar.
Retha terkekeh menahan sakit yang kembali datang saat rambut nya di lepas. Rasanya urat-urat syaraf nya ingin keluar karena di tarik dengan begitu kuat.
"Lo.. Bakal nyesel setelah tau gue siapa" gumam Retha sembari mengelus bagian rambut yang tadi di tarik Vanya.
Vanya terkekeh. "Emang nya lo siapa sih? Gue harus takut gitu sama lo?" Vanya terkekeh di ikuti Jessi dan Rose yang nampak mencibir.
Brak
"Adek!"
Retha, Jessi dan teman-teman nya serempak menoleh begitu juga dengan murid yang lain yang juga sedang ada di kelas sejak tadi.
Rimba datang dengan napas memburu lalu ia menghampiri Retha dan ketiga gadis yang mengelilingi meja Retha.
"Lo nggak papa? Gue telat ya?" tanya Rimba dengan tatapan khawatir pada Retha.
"Rim, kamu kenapa kesini? Kamu tau darimana kalau aku ada disini? Kamu nyariin aku ya Sayang?" tanya Vanya mencoba memegang lengan Rimba.
"Buang-buang waktu nyariin lo" jawab Rimba dengan tatapan dingin pada Vanya.
Deg
"Kenapa kamu lebih peduli sama dia sih! Kamu di pelet sama b!tch ini ya?" tanya Vanya lagi dengan tatapan tak suka saat Rimba nampak peduli dengan Retha.
"Jaga mulut lo! Kalau nggak mau berurusan sama gue! Gue diem selama ini karna adek gue yang nyuruh bukan atas kemauan gue sendiri!" Sungut Rimba dengan tatapan penuh amarah pada Vanya.
"A-adek?"