AKU BISA MEMBUATMU JATUH CINTA, TUAN

Dewa masih belum bisa tenang pikirannya, karena Ratu dari tadi tidak bisa ia hubungi. Bahkan sampai malam pun ia tidak bisa menghubungi Ratu. Rasa panik membuat Dewa dari tadi mondar-mandir dan membuat istrinya pun bingung melihat Dewa gelisah seperti itu.

“Mas kenapa? Dari tadi aku lihat Mas kok gelisah gitu? Apa ada sesuatu di dalam pekerjaanmu?” tanya Fitri.

“Ini bukan soal kerjaan, Sayang. Ini soal Ratu. Kamu tahu, kan? Dari tadi siang Mas itu sibuk sekali, mas sama sekali gak buka ponsel, mau jemput kamu saja gak ngabarin dulu. Dan, Mas baru buka pesan dari Ratu, katanya tadi siang itu Ratu ke rumah Papa sama Om Reyfan, terus ini dihubungi susah sekali,” ucap Dewa panik.

“Sebentar, Ratu ke rumah Papa sama Om Reyfan mantannya Mama Niken? Terus masalahnya di mana, kok Mas sampai sepanik ini? Terus kenapa Ratu ke rumah papa sama Om Rey?” tanya Fitri, yang memang tidak tahu kalau adik iparnya itu memiliki hubungan dengan Reyfan.

“Jadi, Ratu ke rumah Papa untuk meminta restu, kalau dirinya memiliki hubungan dengan Om Rey, dan katanya mereka mau serius. Kemarin sih Ratu sempat ke kantor mas, kita udah bicara, aku suruh dia tunggu dulu kalau mau ke rumah papa sama aku, tapi malah dia sudah ke sana duluan sama Om Rey nya,” jelas Dewa.

“Apa?! Ratu sama Om Rey? Pacaran?”

“I—iya, makanya ini aku khawatir, dia pasti kena marah papa lah, terus nomornya gak aktif. Aku takut dia itu macam-macam, dia pergi ke mana gitu,” ucap Dewa khawatir.

“Kok bisa sih mereka bersama? Padahal Om Rey kan begitu? Iya sih kelihatannya sudah banyak perubahan sekarang, tapi tetap saja, tukang selingkuh itu bisa jadi akan terulang lagi. Aku sih gak mau Ratu sama Om Rey. Dia itu cantik, wanita karier, bisa-bisanya mau sama tuh orang? Aku tahu keluarga dia bagaimana soalnya, Mas. Aku sama Rio kan masih saudara dia?” ucap Fitri.

“Iya sih, aku juga gak setuju. Aku takut, Papa bilang sesuatu yang gak ngenakin, terus Ratu kabur?”

“Gak mungkin, Mas. Aku lihat Ratu itu nurut kalau sama Papa kok, karena dia sayang banget sama papa, meski dia itu cuek,” tutur Fitri. “Ada baiknya Mas hubungi Papa, telefon Papa, tanya Ratu di mana?” perintah Fitri.

Dewa menganggukkan kepalanya. Benar juga apa yang dibilang istrinya itu. Fitri memang bisa membuat Dewa lebih tenang sedikit. Dewa merasa begitu beruntung memiliki istri seperti Fitri, yang selalu ada apa-apa berpikir dingin dulu, dan sabar.

Dewa segera menghubungi Papanya menanyakan perihal Ratu pada Papanya. Dia takut adiknya itu kenapa-napa.

“Ada apa Dewa?” tanya Hans.

“Pa, Ratu tadi siang ke Papa sama Om Rey?” tanya Dewa.

“Iya, tadi ke sini. Kenapa Dewa? Ada apa?”

“Ratunya ke mana? Terus papa sudah tahu soal Ratu dan Om Rey?”

“Papa sudah tahu semua, adikmu lagi di kamar, tadi habis makan malam sama Papa, Mama, terus ngobrol sebentar, lalu dia masuk kamar,” jelas Hans.

“Jadi, Ratu sama Papa, tidur di situ?”

“Ratu akan tinggal dengan papa, dia bilang begitu tadi.”

“Hp Ratu gak aktif, aku khawtir.”

“Ponsel Ratu ada sama Papa, dia titipkan ponselnya ke Papa. Dan dia sudah memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Reyfan. Reyfan juga yang memutuskan lebih dulu. Ya sudah sih, Papa bersyukur, Ratu sangat legowo menerima semua ini. Itu kenapa dia akan tinggal di sini sama Mama dan Papa, katanya sebelum menikah dia tidak akan pergi dari rumah papa,” jelas Hans.

“Syukur deh kalau begitu, aku jadi lega dengarnya. Ya sudah, Pa. Besok Dewa ke kantor Papa siangan, Dewa ada perlu sama Papa, soal proyek yang ada di Makasar itu.”

“Papa tunggu kamu.”

Dewa mengakhiri panggilannya dengan Hans. Dia merasa sangat lega karena sudah mendengar kabar Ratu saat ini. Untung saja Ratu bisa menerima keadaan kalau papanya tidak menyetujuinya. Jelas Papanya tidak setuju kalau Ratu dengan Reyfan. Mana ada seorang ayah membiarkan anaknya diperistri oleh mantan suami Mama sambungnya, dan Mama kandungnya juga. Apalagi riwayat Reyfan yang selingkuh, membuat Hans tidak sudi sekali Ratu dinikahi Reyfan.

Terlebih Hans sendiri adalah orang yang sangat menjunjung kesetiaan, meski dulu sering diselingkuhi Zahra, dia selalu setia dan sabar dengan Zahra. Karena selingkuh memang tidak ada obatnya, sudah taubat pun pasti akan kambuh lagi.

Dewa duduk di samping Fitri dengan perasaa lega karena sudah mendapatkan kabar adiknya. Dia merebahkan tubuhnya dengan berbantal paha Fitri.

“Aku lega, Sayang. Ratu ada di rumah papa, dan katanya dia langsung memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan Om Rey. Katanya di Om Rey juga yang memutuskan dulu,” jelas Dewa.

“Syukur deh kalau begitu. Kalau Ratu sudah memutuskan yang terbaik. Lagian Om Rey itu tukang selingkuh. Aku yakin dia pasti akan main api lagi kalau sudah menikah lagi,” ucap Fitri.

“Ya gak tahu sih, semoga saja enggak, kan untuk kebaikan dia, Sayang?”

“Iya sih.”

“Ya sudah yuk tidur? Udah malam lho?”

“Iya ayo tidur.”

Tak menunggu waktu lama, Dewa membopong tubuh Fitri masuk ke kamar. Fitri terjingkat mendapat perlakuan Dewa yang seperti itu.

Dewa langsung merebahkan tubuh Fitri di atas tempat tidurnya, lalu ia membelai wajah Fitri yang sedikit tertutup oleh rambutnya.

“Kamu cantik,” puji Dewa.

“Mas, apaan sih, jangan gini, aku malu,” ucap Fitri manja dengan menyembunyikan wajahnya di balik bantal.

“Malu kenapa, hmmm? Jangan gitu, coba aku lihat wajahnya lagi.” Ucap Dewa dengan menarik bantal dari wajah Fitri, tapi Fitri memegangnya cukup kuat.

“Ih, jangan gini, aku malu,” ucap Fitri.

Perlahan Dewa melepaskan bantal yang Fitri pegang, Fitri masih saja memalingkan wajahnya, tapi dengan lembut Dewa menarik wajah Fitri supaya menatap dirinya.

“Kenapa gitu?”

“Malu.”

“Jangan malu ah, boleh aku melakukannya lagi?”

“Mas, tapi ....”

“Kenapa?”

Fitri hanya diam menatap Dewa dengan wajah sedikit takut, karena dirinya benar-benar belum siap lagi kalau Dewa menyentuhnya. Dia masih merasakan sakit di bagian intinya kalau mengingat saat kemarin Dewa meruda paksa dirinya.

“Sakit,  Mas.”

“Aku akan pelan-pelan,” bisik Dewa.

“Tapi ....”

Tanpa berpikir lama, Dewa langsung membungkam bibir Fitri dengan bibirnya. Ia menautkan bibirnya dengan begitu lembut, dan menyapu bibir Fitri dengan penuh kelembutan, supaya Fitri nyaman dengan apa yang ia lakukan padanya.

“Boleh, ya?” pinta Dewa.

Fitri menganggukkan kepalanya pelan, setelah dia sudah merasakan gelenyar gairah di sekujur tubuhnya.