Alexa Rahmania atau biasa di panggil Ale mahasiswi berprestasi penyuka anak kecil. Ale anak kedua dari pasangan Rahmat Hudaya seorang pegawai pemerintahan dan Ida ningsih ibu rumah tangga.
Ardan Ramadhan kakak dari Ale seorang abdi negara kebanggaan Ibu Ida. Ibu Ida kerap kali membedakan kedua putra putrinya.
Bagaimana kisahnya??
Ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Quality Time
Pagi-pagi sekali Ale sudah berada di dapur demi membuat mpasi pertama untuk Keira. Ale ingin selalu memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Ale tak pernah sedikit pun merasa lelah jika sudah berurusan dengan Keira. Itu mengapa Bima dapat membuka hati dengan cepat karena ketulusan Ale.
"Wah, nona Keira pasti akan lahap memakan makanan buatan tangan Mommy tersayang nya." Puji Bibi.
"Semoga ya Bi. Ale juga ga tau nih Kei suka atau tidak." Ale.
"Nona Kei pasti suka Nyonya." Bibi.
Hampir Ale menyelesaikan masakannya Bima datang menggendong Keira dengan wajahnya yang memerah dan mata yang berair nampaknya Keira habis menangis.
"Mom, apa sudah selesai?" Tanya Bima yang akan memanggil Mommy jika bersama Keira.
"Sebentar Dad." Jawab Ale tak menyadari jika Bima bersama Keira.
Barulah setelah beberapa detik Ale menyadari dengan panggilan Bima padanya. Ale pun menoleh dan tersenyum menyambut Putri cantiknya.
"Ulu... Kenapa sayang?" Tanya Ale pada Keira.
"Kakak mencari Mommy tadi." Jawab Bima kemudian seolah mengadu Keira pun kembali menangis.
"Sayang,,, cup-cup putri Mommy. Sebentar Mommy cuci tangan dulu ya. Ini sudah selesai." Ucap Ale namun tangisan Keira masih tetap mengalun.
Setelah Ale mencuci tangan dan meminta Bibi untuk menyimpankan makanan Keira Ale pun mengambil alih Keira dari Bima. Ale menciumi pipi gembul Keira yang memerah karena menangis.
"Kesayangan Mommy jangan nangis lagi ya. Mommy sudah ada di sini dan Mommy tidak pergi kemana-mana ada untuk Kakak Keira." Ucap Ale pada Keira.
Cup...
Bima mendaratkan kecupannya di pipi Ale. Ale pun menoleh pada Bima bukannya diam Bima malah terus menerus menghujani pipi Ale dengan kecupannya.
"Daddy... Ish... Sana mandi bau acem." Usir Ale.
"No, Daddy wangi iya kan Kak?" Tanya Bima pada Keira.
Keira hanya diam memeluk Ale. Ale pun tergelak karena Keira hanya diam. Kemudian tangan Keira terulur dan mengusap pipi Ale yang terdapat jejak ciuman Bima.
"No, Kak. Jangan di hapus dong. Biar Mommy senang." Bima.
"Daddy,, ayo Daddy mandi dulu setelah itu kita sarapan. Nanti Daddy terlambat ke kantor." Ale.
"Mommy ga ke kampus?" Bima.
"Ngga. Hari ini Mommy mau santai di rumah sama Kakak. Mommy mau istirahatin otak dulu deh. Kan ga ada kelas juga. Bimbingan masih libur juga." Ale.
"Astaga! Bahasanya istirahat otak." Bima.
"Hehehee... Iya dong Dad." Ale.
"Ke kantor Daddy aja yuk." Ajak Bima.
"Ish... Nanti Daddy ke ganggu lagi klo kita ikut ke kantor." Ale.
"Kakak titip Oma. Mommy aja yang ikut." Bisik Bima.
Alih-alih menjawab Ale malah menatap tajam Bima dengan memasang wajah cemberut. Bima pun memasang wajah memohon pada Ale namun Ale menggelengkan kepalanya.
"No Daddy No." Ale.
"Ayo dong Mom. Daddy mau sensasi yang beda." Bisik Bima lagi.
"Ish... Apaan sih Dad. Sana ih.." Usir Ale dengan wajah yang sudah merona.
"Daddy ga menerima penolakan Mom." Bima.
"Hari ini hari pertama Kakak makan Dad. Mommy mau full sama Kakak." Ale.
"Plis Mom..." Bima.
"Ish... Nanti liat nanti ah." Ale.
"Astaga! Kenapa suami gw jadi mesum begini sih." Batin Ale.
Keira hanya diam menatap Mommy dan Daddy nya bergantian. Bayi gembul itu tak mengerti apa yang di bicarakan oleh kedua orang tuanya. Keira masa bodoh dia asik memainkan jari tangan Ale dan sesekali akan di masukkan kedalam mulutnya.
Perdebatan Ale dan Bima pun berhenti ketika Oma Winda dan Opa Faris keluar dari kamar. Bima yang melihat rambut Oma Winda sedikit basah pun menatap nakal pada Ale. Ale hanya membulatkan matanya memberi kode untuk diam pada Bima.
"Tuh Yang masa kalah sama Mami dan Papi. Ayo dong sayang... Yah,,, Kakak kayanya udah mau punya adik nih." Bujuk Bima dengan suara yang keras agar kedua orang tua nya mendengar.
"Eh, dasar gemblung. Mana ada Keira minta adik. Itu mah kamu aja doyan." Oma Winda.
"Kejar target Mi. Biar anak-anak dewasa kuta masih muda." Bima.
"Semprul..." Opa Faris.
"Kalian mau bulan madu?" Oma Winda.
"Ngga."
"Iya."
"Wealah... Ga apa-apa Le. Mami masih kuat kok jaga Kakak Kei." Oma Winda.
"Eh, bukan itu Mam. Tapi kan Ale belum libur Mam. Ale juga udah mulai bimbingan skripsi." Ale.
"Tapi kan sayang itu bisa nanti." Bima.
"Hm... Nanti kalo ga lulus bareng-bareng temen ku gimana?" Ale.
"Pokoknya Daddy janji bakal bantuin Mommy bikin skripsi." Bima.
"Huh..."
"Pergi aja Le. Beberapa hari quality time berdua. Kemana gitu yang deket-deket aja dulu jangan jauh-jauh." Usul Opa Faris.
"Ale ikut aja deh. Gimana baiknya Pi." Ale.
"Makasih sayang. Weekend ya kita pergi 3 hari aja gimana? Atau satu minggu?" Bima.
"Mas,,, 3 hari deh ya." Ale.
"Ga apa-apa Le kalo mau satu minggu juga." Oma Winda.
"Tiga hari aja deh Mi. Nanti Ale kangen Kakak." Ale.
"Tuh kan Mi." Bima.
"Mas, Kakak anak kita loh." Ale.
"Iya sayang. Makanya Mas mau anak kita banyak biar kalo kita pergi berdua anak-anak bisa saling menjaga begitu." Bima.
"Kalo bisa kembar aja Le biar sekalian rame." Oma Winda.
"Request 3 ya Le." Opa Faris.
"Papi, Mami... Satu aja belum pasti ada loh." Ale.
"Udah dong satu Yang. Ini apa." Tunjuk Bima pada Keira.
"Eh, bukan yang udah ada Mas yang on proses. Kakak sih emang udah kesayangan Mommy." Ucap Ale memeluk Keira.
"Sus, tolong mandiin Kakak ya. Mommy nya mau mandi dulu. Nanti keburu waktu sarapan." Pinta Bima pada Suster Yuli. Suster Yuli pun hanya mengangguk menjawab perintah Bima.
"Ayo cantik kita mandi." Ajak Suster Yuli.
"Ayo Mom kita mandi." Ajak Bima.
Tak ingin berdebat lagi Ale pun segera mengikuti Bima setelah berpamitan pada Opa Faris dan Oma Winda. Selepas Ale dan Bima pergi Oma Winda pun mengeluarkan suaranya.
"Persis kamu muda Pi." Oma Winda.
"Tentu dong... Karena istri kami ter the Best Mam." Opa Faris.
"Mami sempet was-was loh Pi takut Bima sulit membuka hati untuk Ale." Oma Winda.
"Papi sih yakin Mam soalnya Papi lihat Ale itu tulus orang nya tanpa memandang siapa pun. Lihatlah cara dia berbaur dengan para pekerja kita. Hanya satu kelemahan dia Mi." Opa Faris.
"Ibunya?" Tebak Oma Winda.
"Iya. Dia belum bisa mengendalikan dirinya atas segala ucapan Ibunya. Atau bisa jadi Ale sudah kehilangan cara menghadapinya dan yang paling terpenting adalah ke sakit hatiannya itu Mi. Dia merasa ada yang salah dengan dirinya yang memicu Ibunya begitu membenci dia." Opa Faris.
"Huh.. Semoga Ale bisa kuat ya Pi." Oma Winda.
"Iya Mi."
🌹🌹🌹