Bagi orang lain, aku adalah Prayasti Mandagiri Bhirawa.
Tapi bagimu, aku tetaplah Karmala Bening Kalbu.
Aku akan selalu menjadi karma dari perbuatanmu di masa lalu.
Darah yang mengalir di nadi ini, tidak akan mencemari bening kalbuku untuk selalu berpihak pada kebenaran.
Kesalahan tetaplah kesalahan ... bagaimanapun kau memohon padaku, bersiaplah hadapi hukumanmu!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ➖ D H❗V ➖, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. KERJASAMA
Urusan Sabda dengan para petinggi perusahaan sudah selesai. Mereka sepakat untuk tetap mengelola dan memajukan perusahaan itu dan berharap Sabda segera mengambil alih kepemilikan.
Hari itu Sabda harus kembali ke rumah tahanan. Dan tentu saja Prada tidak rela berpisah dengan suaminya.
"Sabar sayang, ini hanya untuk sementara," Sabda memeluk Prada sambil mengelus punggungnya.
"Ta ... pi ... mau sampai kapan? A ... ku tidak su ... ka sendirian," jawab Prada sambil sesenggukan.
"Maafkan aku. Aku pun merasakan yang sama, tidak sanggup berpisah darimu. Tapi jangan sampai kita mengacaukan rencana papa dan Prado. Kau harus kuat demi anak-anak. Janji ya ... hmmm?" Sabda menenangkan Prada, sambil mengecup kedua matanya yang basah.
"Tapi ... bagaimana kau di sana, pasti sangat tidak nyaman?" Prada mengkhawatirkan kondisi suaminya.
"Prado sudah mengusahakan fasilitas yang lebih baik untukku. Aku tidak kekurangan apa pun, jangan terlalu mengkhawatirkan aku." Sabda mengelus rambut Prada, lalu menjauhkan tubuh mereka berdua, "Kau lihat sendiri, selama berapa bulan di sana, aku masih tetap ganteng bukan?" Sabda mengedipkan mata menggoda Prada.
"Wajahmu jadi lebih tirus," Prada membelai wajah Sabda.
"Itu karena aku merindukanmu. Kau tahu? Yang terpenting bagiku, kau tetap mencintaiku."
Prada mengecup bibir suaminya lalu mendongak, "Janji tidak melirik wanita lain?"
"Di sana tidak ada yang secantik dan sesexy kamu," tangan nakal Sabda mulai bergerilya.
Prada yang merasa gemas karena Sabda terus menggodanya, tiba-tiba mendorong Sabda ke tempat tidur, mencium dan melu mat bibirnya. Tangannya sibuk membuka kancing baju dan resleting celana Sabda. Pagi itu, Prada berhasil memecahkan rekor waktu terlama permainan WOT (Women On Top) nya.
*
"Sampai kapan mereka di dalam sana?" Prado yang kesal, beberapa kali melihat jam tangannya. Sudah tiga jam berlalu, Sabda dan Prada belum juga keluar dari kamarnya.
"Sabar Tuan, kita tunggu saja. Wajar kalau mereka merasa berat untuk berpisah," Brown bersikap sok bijak kali ini.
"Ck ... apa sih yang mereka lakukan? Kenapa lama sekali?" Prado kembali menggerutu.
"Saya juga tidak tahu Tuan, tapi berdasarkan info yang saya baca di sini ..." dengan semangat Brown membaca info tentang detail hubungan suami istri dari sebuah website tanya jawab yang ada di ponselnya.
"Stop it, aku tidak butuh penjelasanmu!" Prado semakin kesal mendengar penjelasan Brown.
Beberapa waktu kemudian, Sabda dan Prada keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang makan. Olah raga berat dan memakan waktu lama tentulah sangat menguras energi. Dan mereka berdua merasa sangat lapar sekarang.
"Prado? kenapa ke sini?" Prada kaget melihat Prado duduk santai di sofa ruang keluarga.
"Tentu saja menemui kalian, ada hal penting yang harus kusampaikan, sebelum Sabda pergi. Apakah suami bodohmu itu tidak mengatakan padamu tentang rencana kedatanganku pagi tadi?" Prado melirik Sabda dengan tatapan kesal.
Prada langsung menoleh ke arah suaminya, meminta penjelasan.
"Maaf ... bagaimana aku bisa menjelaskan, kalau adikmu ini terus menyerangku dengan ..." ucapan Sabda terhenti, ketika Prada mencubit perutnya sambil melotot tajam.
"Dasar kalian berdua sama-sama bucin!!!" omel Prado.
Sabda dan Prada terpaksa menahan lapar untuk mendengar penjelasan dari Prado. Karena memang kesalahan ada di pihak mereka berdua, yang terbuai dan lupa waktu.
Prado menjelaskan bahwa Sabda akan diantar kembali oleh Brown ke penjara, seperti skenario sebelumnya. Memakai topeng silicon dan bertukar posisi dengan Torac.
Prado akan membawa Prada, Love dan Faith ke suatu tempat yang lebih aman, sesuai permintaan Mr. Anthony. Apalagi setelah terjadi beberapa kasus percobaan penculikan pada Prada.
Sementara rencana lanjutan yang melibatkan Lucky dan Black mulai dijalankan.
Perusahaan Beno seperti dikepung dari berbagai sisi, digerogoti dari dalam dan dari luar. Top pimpinan yang ditemui Sabda sudah memanipulasi data dan merancang laporan-laporan fiktif penting perusahaan yang menunjukkan penurunan daripada ketika perusahaan itu dihandle oleh Sabda. Padahal sesungguhnya kondisi perusahaan itu sangat baik dan aman-aman saja.
Sementara laporan perusahaan yang real justru diberikan kepada Prado. Bagian IT sudah bekerja sama dengan Philbert untuk memudahkan Prado mengakses laporan dan data penting perusahaan. Sementara Beno tidak bisa mengaksesnya. Berbekal dari data dan laporan perusahaan itu, Prado jadi lebih leluasa merencanakan langkah selanjutnya.
Semakin hari Beno merasa semakin terjepit, dia berusaha mengajukan kerjasama dengan beberapa perusahaan besar dan bonafit. Di sinilah peluang bagi Lucky dan Black untuk melancarkan aksinya.
Lucky dan Black bertugas mempengaruhi anak buah Beno yang menempati posisi tinggi di perusahaan. Mereka juga memamerkan kesuksesan mereka setelah bergabung di perusahaan fiktif itu. Dan jelas terlihat dari penampilan mereka yang sudah dimake over, jauh di atas penampilan anak buah Beno. Dari baju, sepatu, tas dan jam tangan branded limited edition melekat di tubuh Lucky dan Black. Penampilan dan cara bicara mereka sungguh meyakinkan. Mereka benar-benar dibekali dengan kemampuan marketing yang mumpuni.
Dengan iming-iming kerjasama dengan keuntungan besar. Bila mereka menyetujui kerjasama itu, Prado menyediakan bonus tiket liburan ke luar negeri. Akomodasi lengkap dengan fasilitas jet pribadi atau kapal pesiar, hotel mewah dan wanita penghibur.
Dan inilah strategi Prado untuk memaksa mereka menyerahkan diri tanpa paksaan. Saat itulah mereka akan mendapatkan balasan sesuai tingkat kejahatan yang telah mereka lakukan pada anggota klan Garcia.
Cukup seperti itu saja, karena Prado sangat memahami, bahwa otak dari semua itu adalah Beno dan Harold. Sedangkan anak buahnya hanya menjalankan perintah dari tuannya.
Tentu saja dengan iming-iming seperti itu, anak buah Beno yang serakah, haus kemewahan dan tidak berpengalaman, dengan mudahnya langsung tertarik dan membujuk Beno untuk menyetujui kerjasama itu. Dan menyembunyikan bonus dan keuntungan pribadi itu dari Beno. Memang benar, pengkhianatan akan jatuh karena pengkhianantan juga.
Sebelumnya Prado telah mendirikan beberapa perusahaan fiktif. Tapi perusahaan itu dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi sangat meyakinkan. Dengan bantuan Philbert, bila dilacak melalui internet, akan muncul informasi bahwa perusahaan itu sedang naik daun dan sudah go international. Perusahaan itu juga sudah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan besar. Tentunya perusahaan besar yang dimaksud, beberapa di antaranya adalah milik klan Garcia.
Dan perusahaan fiktif itu nantinya yang bertugas mengambil alih kepemilikan perusahaan dari tangan Beno. Team Blue yang lengkap dan serba bisa, berperan aktif di perusahaan fiktif ini. Mulai dari jabatan direktur, manager, sekretaris, costumer service bahkan sampai cleaning service pun ada.
Merekalah yang bertugas menemui Beno dan anak buahnya untuk meeting dan presentasi tawaran kerja sama. Membuat dan menandatangani kontrak kerja sama sesuai kesepakatan yang mereka setujui bersama.
Akankah rencana Prado berjalan mulus? Akankah Beno menyadari bahwa dia telah dijebak?