Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapree 25 - Ketahuan?
Benar saja, Rangga kembali melihat Dita bermain sendiri di kamar mandi. Seketika sekujur tubuh Rangga bereaksi dengan apa yang dirinya lihat.
'Gila... Tubuh Kak Dita emang seksi banget,' batin Rangga sembari menenggak salivanya untuk yang kesekian kali. Ia juga perlahan memegangi benda di dalam celananya. Benda itu mulai bereaksi.
Namun saat asyik-asyiknya menikmati, seekor cicak tiba-tiba jatuh ke tangan Rangga. Akibatnya lelaki itu reflek menghindar dan melempar cicak dari tangan.
Brak!
Rangga tak sengaja menyenggol ember. Suara ember yang terjatuh membuat posisinya terancam. Sadar akan hal itu, Rangga bergegas lari.
Sementara Dita tampak keluar dari kamar mandi. Dia memeriksa ke arah sumber suara ember jatuh tadi. Namun tidak melihat siapa-siapa di sana.
Dita mencoba memeriksa ke meja makan. Di sana dia menemukan ada piring yang berisi nasi dan lauk yang belum dihabiskan. Dita juga menemukan ponsel Rangga di meja.
"Rangga? Kau sudah pulang?" panggil Dita. Dia mendatangi kamar Rangga. Mengetuk pintu terlebih dahulu. Tetapi Rangga tidak menanggapi. Alhasil Dita membuka pintu kamar cowok itu, dan orang yang dia cari tak ada di sana.
Di waktu yang sama, Rangga masih berlari. Dia tidak berlari masuk ke kamar, melainkan keluar rumah. Rangga sepertinya tak bisa menanggung malu kalau dirinya ketahuan mengintip. Yang dirinya pikirkan sekarang adalah meninggalkan area rumah sejauh mungkin.
Rangga berhenti berlari saat melihat rumah Pak Warsito. Rumah paling besar di desa Sadewa itu tampak tenang.
Entah kenapa Rangga hanya bisa memikirkan Astrid saat dirinya berlari tadi. Jadi di sinilah dia sekarang. Mendatangi tempat tinggal Astrid.
Rangga merogoh saku celananya. Ia hanya bisa menepuk jidat tatkala sadar kalau ponselnya ketinggalan. Jelas dia terlalu panik tadi.
"Rangga! Itu kau?" suara Astrid terdengar. Rangga otomatis menoleh ke sumber suara. Ia melihat Astrid ada di jendela lantai dua.
"Iya, ini aku. A-aku tadi kebetulan lewat. Jadi--"
"Masuk lewat pintu belakang! Aku akan bukakan pintu," potong Astrid.
Rangga menggigit bibir bawahnya. Ia tentu merasa ragu untuk menuruti Astrid. Akan tetapi dia juga merasa tidak enak menolak karena Astrid terlanjur melihatnya disitu. Rangga lantas pergi ke pintu belakang. Namun dia berhenti melangkah karena teringat dengan Pak Warsito.
Ceklek!
Pintu belakang terbuka. Sosok Astrid keluar dari sana sambil tersenyum. "Ayo masuk!" ajaknya.
"Apa?! Masuk?! Jangan gila deh!" Rangga tentu menolak.
"Pamanku dan keluarganya lagi nggak ada di rumah. Kau tenang saja. Di rumah hanya ada aku," ujar Astrid.
"Lah, malah itu lebih bahaya!" balas Rangga.
"Kalau begitu, pulanglah!" Astrid seketika cemberut. Dia mencoba menutup pintu belakang lagi.
"Oke, oke. Aku akan masuk!" ucap Rangga pada akhirnya. Dia lalu melangkah masuk ke dalam rumah.
Astrid langsung menarik tangan Rangga. Ia mengajak cowok itu ke kamarnya.
"Kenapa langsung ke kamar coba?" tanya Rangga.
"Karena itu!" Astrid melirik bagian bawah perut Rangga. Lagi-lagi benda dibalik celana lelaki tersebut sesak.
"Pasti karena Kak Dita lagi kan?" tebak Astrid.
Rangga mendengus sambil duduk ke tepi ranjang. "Aku nggak tahu apa yang salah dengannya. Dia mandi siang-siang begini dan mendesah sendirian. Aku benar-benar nggak nyaman," ungkapnya.
"Sudah kubilang dia tertarik padamu." Astrid duduk di samping Rangga. "Menurutku dia sengaja melakukannya."
"Nggak mungkin. Aku rasa dia hanya tidak puas dengan permainan suaminya," tanggap Rangga.
"Mau aku bantu lagi? Tapi kali ini kita lakukan lebih dari kemarin," tawar Astrid.
"Lebih dari kemarin? Maksudmu melakukan itu?" Rangga tercengang.
Astrid mengangguk.
"Sumpah! Kau nggak takut dosa? Nggak takut hamil?" cecar Rangga.
"Enggak. Hidupku udah sepenuhnya hancur, Ga. Aku mungkin sudah bunuh diri kalau tidak bertemu denganmu di hari pertama sekolah," ungkap Astrid.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari