NovelToon NovelToon
Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Status: sedang berlangsung
Genre:Suami Tak Berguna / Selingkuh / Ibu Pengganti / Cinta Terlarang / Duda / Berondong
Popularitas:34.3k
Nilai: 5
Nama Author: Susanti 31

Naren kehilangan pekerjaannya dan terpaksa kerja serabutan demi menghidupi istri serta tiga anaknya.

Namun pengorbanannya tidak cukup untuk menahan hati Nadira, sang istri, yang lelah hidup dalam kekurangan dan akhirnya mencari kenyamanan di pelukan pria lain.

Di tengah getirnya hidup, Naren berjuang menahan amarah dan mempertahankan keluarganya yang perlahan hancur.

Mampukah Naren tetap mempertahankan keluarga kecilnya di tengah peliknya kehidupan? Menurunkan Ego dan memaafkan istrinya demi sang buah hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabar buruk

Naren menarik napas sangat dalam demi menguasai pikirannya di hari yang sangat sibuk ini. Tidak lupa membuangnya perlahan agar perasaannya lebih lega. Ia turun dari mobil saat melihat atasannya baru saja keluar dari lobi.

"Selamat pagi Nona," sapa Naren dan dijawab senyuman oleh Leona.

"Mas sudah sarapan?" tanya wanita itu setelah duduk dengan tenang di jok belakang dan Naren melajukan mobil secara perlahan.

"Sudah Nona."

"Saya kira belum. Saya mau mengajak mas sarapan dulu sebelum ke kantor."

"Kalau nona lapar, saya bisa ...."

"Langsung ke kantor saja."

"Baik."

Naren mengangguk dan semakin menambah kecepatan mobilnya agar sampai lebih cepat.

Ini adalah hari pertamanya bekerja setelah penembakan itu terjadi dan ini pula kali pertama ia bertemu Leona lagi. Ada banyak perubahan ia tangkap dari atasannya. Seolah semua senyuman yang diperlihatkan Leona sangat terpaksa.

"Memangnya mas Naren sudah sembuh sampai masuk kerja? Mas bisa kok istirahat sampai benar-benar pulih."

"Saya sudah sehat Nona." Naren melirik Leona dari kaca spion dan menemukan raut wajah sendu wanita itu. Rasanya Naren ingin bertanya tapi ia harus menjaga batasan.

"Maaf karena saya ...."

"Nona, saya adalah pengawal yang di pekerjakan oleh perusahaan keluarga nona. Sebelum bekerja saya sudah menandatangi kontrak dengan artian saya setuju mempertaruhkan kesehatan dan nyawa saya dalam bekerja."

"Mas Naren nggak akan berhenti kan?"

Lagi Naren melirik Leona di jok belakang. "Sebenarnya apa yang membuat nona merasa dekat dengan saya?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Naren.

Apalagi selama ini ia merasa sikap Leona kepadanya dan William sedikit berbeda. Sampai Naren mengira Leona menyukainya.

"Sikap dan perilaku mas sangat mirip dengan tunangan saya. Berada di sekitar mas membuat rasa rindu saya sedikit terobati."

"Oh jadi itu alasannya." Naren mengangguk-anggukkan kepalanya.

Keheningan terjadi sampai akhirnya tiba di kantor Leona. Kantor yang hanya berisi beberapa orang saja tapi setiap dindingnya hampir di penuhi lukisan indah dari polesan tangan lentik Leona.

Untuk berjaga-jaga, Naren mengelilingi kantor tersebut. Memastikan tidak ada penyusup yang bisa membahayakan hidup Leona. Dari rumor yang beredar di kantor keamamanan. Leona dalam bahaya bukan karena lawan bisnis ayahnya, melainkan keluarga sang tunangan yang tidak terima Leona hidup sedangkan pewaris mereka meninggal.

Lebih parahnya lagi, harta pribadi yang pria itu miliki semua dibalik atas nama Leona. Termasuk Vila di dalam hutan, lokasi penembakan terjadi.

Naren terus berjalan sampai akhirnya tiba di anak tangga yang mengakses pintu keluar dari arah lain. Retinanya tertuju pada pintu ketika mendengar lonceng berbunyi. Ia tersenyum pada orang tersebut, tetapi senyumannya tidak digubris.

Wanita itu adalah Shanaya. Dia terlihat buru-buru sehingga mungkin tidak menyadari keberadaan Naren. Tidak lama dia muncul lagi, kali ini bersama Leona dengan ekspresi yang sama.

"Nona mau kemana?" tanya Naren yang langsung menghampiri Leona.

"Ke rumah Arina."

Naren mengangguk, berjalan lebih cepat dari dua wanita yang tampaknya tidak baik-baik saja. Mereka terlihat gelisah seolah hal buruk baru saja terjadi. Rasanya dia ingin melajukan mobil di atas kecepatan rata-rata tetapi padatnya jalan raya menghambat mereka.

"Arina!" teriak Leona dan Shanaya berbarengan saat tiba di rumah itu.

Naren dapat menyaksikan tiga wanita itu berpelukan dan menangis bersama.

"Apa yang terjadi di dalam, Pak?" tanya Naren pada satpam rumah Arina.

"Orang tua nona Arina meninggal di tempat saat kecelakaan semalam Pak, dan baru saja selesai dikebumikan."

"Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un," gumam Naren.

Ia kembali menatap rumah besar itu, di mana di halamannya masih ada tiga wanita menangis. Dari yang Naren dengar Arina adalah anak tunggal dan kekayaan orang tuanya sangat banyak. Bahkan rumah yang Naren pijak saat ini sudah menjelaskan seberapa kaya Arina.

Entah sesepi apa hidupnya setelah ini. Orang tua telah tiada dan anak tunggal, bukankah fakta itu sangat menyakitkan? Harus bertahan hidup tanpa ada keluarga menemani.

Naren duduk di kursi teras, sementara Leona, Shanaya dan Arina memasuki rumah mewah itu. Dia menempelkan benda pipihnya di telinga untuk menjawab panggilan dari sang ibu.

Jantung Naren berdetak tidak karuan mendengar tangisan ibunya di seberang telepon. Ibu Naren belum bicara tetapi ia sudah berkeringat dingin takut kabar buruk menjumpainya saat ini.

"Naren, ayah masuk rumah sakit Nak. Sebentar lagi akan dioperasi karena luka parah di bagian kepala."

"Rumah sakit mana Bu, Naren kesana sekarang ...."

"Jangan ke rumah sakit, tapi kerumah untuk menemui anak-anakmu."

"Iya." Naren mengangguk padahal ibunya tidak akan melihat.

Naren berlari dan membuka pintu mobilnya. Tetapi ia menghentikan aksinya menyadari dia sedang pergi bersama Leona. Dia tidak bisa meninggalkan Leona begitu saja, bagaimana jika saat dia pergi Leona dalam bahaya?

Pria itu memejamkan matanya, ia sekarang dilema antara pulang atau tetap si tempatnya sampai jam kerja selesai.

"Mas Naren sakit?"

Kelopak mata Naren terbuka dan mendapati Leona ada di depannya. Ia mengeleng sebagai jawaban.

"Tapi wajah mas Naren sangat pucat. Pulang saja, saya akan di sini menemani Arina. Hubungi saja William untuk saya."

Ah ya, Naren hampir melupakan William, dia bisa meminta tolong pada pria itu. Tanpa menunggu lama, ia langsung menghubungi William dan disetujui oleh temannya tersebut.

"Terimakasih Nona." Naren menunduk.

"Aku ikut."

Naren dan Leona menoleh ke sumber.

"Ikut kemana Nay?" tanya Leona dengan kening mengerut.

"Ikut Naren, dia pasti membutuhkanku saat ini."

"Kamu akan merawat mas Naren?" tanya Leona.

"Ayah Naren kecelakaan."

"Tunggu apa lagi? Kalian harus pergi. Aku akan tetap di sini menemani Arina."

....

"Pergilah Naren, aku akan menjaga anak-anakmu. Kamu pasti sangat khawatir pada ayahmu," ujar Shanaya sebelum turun dari mobil Naren.

"Kamu tahu darimana ayah masuk rumah sakit?"

"Temanku yang kebetulan kerja di rumah sakit."

"Kenapa dia mengabarimu?"

"Karena dia tahu aku menyukaimu Ren," batin Shanaya. Sampai saat ini wanita itu tidak berani mengatakan perasaanya pada Naren. Dia takut pria itu menolak semua kebaikannya dan perlahan-lahan menjauh.

Ia sudah terlalu nyaman di dekat Naren meski tanpa status. Biarkan Naren menyadari perasaannya sendiri.

"Mungkin saja dia mau mengabarimu tapi nggak tahu kontak kamu. Kan setelah lulus kamu keluar dari group."

"Groupnya sampai sekarang masih ada?"

"Masih." Shanaya mengangguk. "Sudah ya, sebaiknya kamu ke rumah sakit sekarang. Percayakan anak-anakmu padaku." Wanita itu turun dari mobil. Melambaikan tangannya ketika Naren mulai meninggalkan rumah.

Ia mengambil napas panjang sebelum memasuki rumah sederhana milik orang tua Naren. Senyumnya mengembang melihat tiga anak kecil sedang bermain di depan Tv.

"Saya temannya Naren Bu." Shanaya memperkenalkan diri pada pekerja di rumah orang tua Naren.

.

.

.

.

.

.

Hm

1
Arsyad Algifari.
siapa yang ga jatuh cinta coba di ratukan suami adalah kebahagiaan semua wanita 😍😍😍
nyesel senyesel nyeselnya ga tuh Nadira membuang naren .jarang" ada suami seperti naren di dunia nyata
𝕊𝕚𝕥𝕚 𝕄𝕒𝕣𝕚𝕪𝕒𝕥𝕦𝕟
kurang panjang thor
Sunaryati
Syukurlah akhirnya Mas Naren dapat buka segel istri dadakan, ternyata telah tumbuh cinta, apalagi dengan lapang dada menerima 3 anak Naren, luar biasa
dyah EkaPratiwi
Alhamdulillah udah dpt vitamin ya mas naren
Nena Anwar
atuh gimana Arina gk cepet jatuh cinta kalo perlakuan Naren kaya begitu mah semua ciwi ciwi juga pasti akan langsung jatuh cinta sejatuh jatuhnya,,,semoga retensi novelnya naik dan bagus ya Thor semangat 💪
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: Aamiin, semoga saja
total 1 replies
sryharty
Alhamdulillah akhirnya pecah telor ya mas Naren
arina sekarang udah jadi istri yang sesungguhnya
semoga kalian bahagia..
terimakasih ka susanti babnya panjangaaaaang banget
aku suka aku sukaaaaaa😍
Sunaryati
Jawabnya bersama- sama nanti. Persahabatan yang bagus dan kompak, lebih mementingkan persahabatan dari pada ego pribadi.
sryharty
ka 2 bab lah sehari
kenapa sekarang pelit banget seh up nya,,
ayolah mas Naren bilang kalo tante Arina sekarang istri Ayah
jadi kalian juga boleh memanggil Tante Arin mama atau ibu atau bunda wes karepe kalian senyaman nya kalian aja lah
sryharty: semangattt ka Santi 🙏🙏💪
total 2 replies
Nena Anwar
ayo jelaskan Naren biar Naresa gk penasaran dan bingung
Arsyad Algifari.
kalau arina ga pernah melihat jasad orang tua nya ada kemungkinan mereka masih hidup dan di sembunyikan oleh Bram
Nena Anwar
semoga Naren dan Arina hidup bahagia
Sunaryati
Serasa emak baru baca kok habis
sryharty
sungguh teganya teganya teganya
masa cuma satu bab doang,,satu lagi lah ka Santi
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: besok ya heheheh
total 1 replies
Ayu
hari Senin waktunya kasih vote 😍
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: terimakasih🥰
total 1 replies
tris tanto
ini bukan berhenti tp dipecat beda dong
tris tanto: lebih diberhentikan paksa scr tdk terhomat pdh gk ngelakuin apa2,ya kali dia gk dpt apa2
total 1 replies
sryharty
duuh baru bisa baca pagi
ayo mas Naren bantu istri cantikmu buat pecahin telor om bram
eeh masalah om bram maksudnya 🤭🤭
Nena Anwar
pas banget yg dikeluhkan Arina soal keuangan perusahaan dan Naren orang yg pernah menjadi manager keuangan, kamu gk salah orang Arina jika meminta bantuan sama Naren dan tentang kecelakaan orang tua kamu Narin bisa jadi itu ulahnya si Bram
Nena Anwar
Naren puber lagi 🤣,,,Nadira dan Shanaya hebat gk ada yg egois tetep mempertahankan persahabatan mereka
Sunaryati
Emak juga menduga sejak awal kemungkinan meninggalnya orang tuamu ada kaitannya dengan Bram, semoga di tangan your husband, kecurangan Bram ditemukan besets buktinya
sryharty
rin tak kira kamu ga mau terima mas Naren
kan mau aku gondol mas Naren nya kalo kamu ga mau😄
persahabatan kalian memang the best
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!