Susan tak pernah menyangka dirinya di timpa begitu banyak masalah.
Kematian, menghianatan, dan perselingkuhan. Bagaiamana kah dia menghadapi ini semua?
Dua orang pria yang menemaninya bahkan menyulitkan hidupnya dengan kesepakatan-kesepatan yang gila!
Akan kah Susan dapat melewati masalah hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Bunuh saja aku, Ed!
Selesai mandi. Susan memakai kimono handuk berwarna putih. Mengikat talinya dan segera keluar dari kamar mandi.
Dia melihat pakaian di atas ranjang. Namun, setelah dekat dengan ranjang dia membuang muka. Tanda kebencian.
"Dia ingin aku pakai ini?" Kata Susan pada dirinya sendiri.
Susan melihat lagi pakaian itu. Lingerie berwarna hitam. Sangat seksi dan terbuka.
"Kenapa dia berubah menjadi cabul seperti ini?"
Susan berjalan ke arah hidangan buah di atas meja. Buah buah segar dan sebuah pisau kecil di samping keranjang. Dia mengambil itu dan menimang-nimangnya perlahan.
"Aku kira kau bisa jadi tempat pelarian ku, Ed! Tapi sekarang otak mu sudah di kuasi hawa nafsu!" Kata Susan sambil memegang pisau itu.
Dia beralih ke arah jendela. Berdiri disana dengan pikiran-pikirannya yang rumit.
Ya, Susan mengira Edward akan membantunya kali ini. Sekali lagi. Setelah pria itu membantunya mengurus Alpha Group yang hampir bangkrut. Namun, dia juga menyadari bahwa pria itu sudah berubah. Di kuasai hasrat dan nafsu.
Setiap bantuan yang Edward berikan, pasti harus dia balas dengan malam yang panas. Panas akan gairah. Gairah yang membuat badannya remuk dan nyeri dimana-mana.
Bahkan sakitnya belum sepenuhnya hilang sampai hari ini. Dia merasa tak sanggup jika harus melayani Edward lagi malam ini.
Namun, apakah Edward akan memberinya pilihan lain? Atau sekedar kelonggaran? Atau waktu istirahat?
"Mana mungkin!" Batin Susan.
Dia sudah tau bagaimana sosok Edward. Cukup sekali saja seumur hidupnya dia melayani sosok Edward yang sulit di puaskan.
Bagaimana bisa pria itu melakukan permainan sepanjang malam. Padahal dia juga sudah mencapai pelepasannya berkali-kali. Namun miliknya masih bisa berdiri tegak bagaikan haus akan gairah. Dan tenaganya seakan tak pernah berkurang sedikitpun.
Namun, Susan kembali menangis. Dia menyadari tak ada seorangpun yang bisa dia mintai tolong sekarang. Dia harus menghadapi semua ini seorang diri.
Tapi dia juga tak tau harus bagaimana? Maulai dari mana? Dia juga tak harus bersikap seperti apa pada Peter? Harus marah dan memakinya kah? Tapi pria brengsek itu sedang koma sekarang.
Dia seakan tak bisa meluapkan apa yang dia rasakan. Buntu. Itu yang di rasakan Susan sekarang.
Belum selesai dengan pikirannya. Dia mendengar suara pintu di buka.
Clek!
Tanpa harus memastikan siapa yang membuka pintu. Dia sudah tau siapa yang datang. Air matanya semakin mengalir deras seakan tau apa yang akan dia alami sebentar lagi.
Edward masuk ke dalam kamar. Masih menggunakan kemeja putih dan celana hitamnya yang mahal. Dia melihat Susan berdiri menghadap jendela. Dia juga melihat lingerie yang dia berikan masih tergeletak di atas ranjang.
Jelas Susan tak mau memakai itu. Memangnya apa yang di harapkan oleh Edward? Susan akan memakainya dan bersolek? Menunggunya di atas ranjang bagaimana pelacur yang menggoda para pria?
Edward duduk di sofa tunggal dengan tenang. Memperhatikan Susan yang tak bergerak sama sekali. Namun dia tersadar, wanita itu sedang memegang sebuah pisau kecil di tangannya. Sontak membuat Edward sedikit gelisah.
"Susan!" Panggil Edward.
Susan masih tak bergeming.
"Susan!" Panggil Edward lagi.
Namun Susan masih dengan pendiriannya.
"Kau tau apa yang harus kau lakukan!" Kata Edward.
Kali ini Susan menghapus air matanya. Mengumpulkan nyali untuk melawan pria angkuh itu.
"Bunuh saja aku, Edward!" Kata Susan dengan lemah. Masih membelakangi Edward dengan melihat ke arah luar jendela.
Edward terlihat cukup terkejut dengan itu. Dia terus memperhatikan pisau yang di pegang oleh Susan.
"Aku tak sanggup jika harus seperti ini!" Susan membalikkan badan. Menatap Edward dengan putus asa.
Sorot mata itu bagaikan sudah sekarat sekarang. Ingin segera di akhiri.
Edward sedikit menegang. Namun masih mencoba tenang di hadapan Susan.
Sedangkan Susan berjalan ke arahnya dengan perlahan. Namun dia berhenti di dekat lingerie hitam yang tergeletak di atas ranjang. Tanpa menoleh, dia menusukkan pisau itu ke lingerie. Membuat Edward tak berkedip sedetikpun.
Susan mencabut pisaunya. Lalu menggoreskan pisau itu di atas lingerie. Dan dia berkata, "Aku lelah!"
"Bunuh saja aku, Ed! Bunuhh!!" Kata Susan mempererat genggaman pisau itu.
Dia melihat ke arah Edward yang masih duduk tenang di kursinya. Memperhatikan perilaku Susan yang mulai menggila. Dia melangkah lagi ke arah Edward. Mempercepat langkahnya.
"Aku benci ini semua!" Kata Susan.
Sontak Edward segera berdiri saat Susan mendekati dirinya. Mempersiapkan diri dengan apa yang akan di lakukan oleh Susan.
Susan menjulurkan pisau itu ke arah Edward, dengan ujung mata pisau yang mengarah ke dirinya sendiri.
"Bunuh aku, Ed! Aku.. Aku lelah!" Kata Susan gemetar.
Edward segera merebut pisau itu, berusaha menenangkan Susan. Dia melihat sorot mata Susan benar-benar putus asa kali ini.
"Susan!" Bentak Edward.
"Apa? Kenapa? Kau tau, Ed! Aku tidak mau melayani mu lagi, maka bunuh lah aku sekarang!" Kata Susan berusaha merebut pisau itu dari Edward.
"Ada apa dengan mu?" Kata Edward merampas pisau itu dan melemparkannya ke arah jendela.
Sontak Susan menoleh dan segera bergegas pergi ke arah pisau yang jatuh tergeletak di lantai. Namun, Edward segera menahan tubuh Susan.
"Susan hentikan!" Kata Edward.
Namun Susan terus menangis dan berusaha meraih pisau itu.
"Susan, ada apa dengan diri mu?"
Susan tetap berusaha melepaskan diri dari Edward, dia masih ingin meraih pisau itu lagi.
Sepertinya Edward sudah kehabisan kesabaran. Dia mendorong tubuh Susan ke ranjang hingga wanita itu terjatuh di atas ranjang. Edward juga menampar Susan dengan keras. Berusaha menyadarkan wanita itu.
Plakk!!
Edward menampar Susan. Sontak Susan pun seketika terdiam. Rasa panas menjalar di pipinya. Dia memegangi pipinya dan menatap Edward dengan tajam.
Pria itu di buat serba salah sekarang. Dia tak tega melihat Susan seperti itu. Dia pun segera memeluk Susan namun di tolak oleh wanita itu.
"Jangan sentuh aku!" Kata Susan.
"Hidup ku sudah berakhir, Ed! Bahkan pria yang aku banggakan itu sudah mengkhianati ku!" Kata Susan sambil menangis.
Edward yang berdiri di tepi ranjang terkejut mendengar ucapan Susan.
"Dari mana dia tau?" Batin Edward.
"Kau tau aku, Ed! Aku di tuduh selingkuh oleh Dokter Joshua karena aku melayani mu demi menyelamatkan suami ku! Tapi kenyataannya, dia malah berselingkuh di belakang ku selama ini! Bahkan mereka sudah punya anak!" Susan menangis tersedu-sedu.
"Aaagggrrrr!!" Teriak Susan.
Edward terlihat frustasi. Dia sudah berusaha menutupi semua kenyataan ini dari Susan. Bahkan dia sudah menculik Anna dari Peter dan memenjarakan wanita itu di penjara bawah tanahnya.
Dia juga sudah siap menerima konsekuensi jika Susan akan membencinya karena dia tak bisa membuktikan apapun pada wanita itu.
Tapi, dari mana Susan tau hal ini?
Edward mencoba menyelidik, namun perhatiannya teralihkan pada Susan yang hendak turun dari ranjang. Dia segera mengambil suntikan dari dalam lacinya.
Suntikan yang bersebelahan dengan CD milik Susan. Dia menyuntikkan obat bius ke lengan Susan sebelum wanita itu meraih kembali pisau yang tergeletak di lantai.
"Edddd!!!" Teriak Susan menatap Edward dengan tajam sebelum dirinya tak sadarkan diri.
Edward menangkap tubuh Susan sebelum wanita itu terjatuh ke lantai. Mengangkat tubuh Susan dan membaringkannya di atas ranjang.
Edward gelisah. Memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini. Susan sudah mengetahui perselingkuhan Peter dengan Anna. Entah dari siapa. Edward masih memikirkan hal itu. Tapi yang terpenting sekarang adalah dia harus bisa bersikap tenang dan juga bisa menenangkan Susan saat tersadar nanti.
Bersambung...