Putri cantik kerajaan yang bernama Khanina itu memiliki kemampuan mengubah batu menjadi emas pada saat ia dalam keadaan bahagia. Kemampuan Putri Khanina tersebut membuat sang ayah ketakutan akan sesuatu yang menimpanya.
Kemudian Khanina menikah dan menjadi Ratu di kerajaan suaminya. Banyak permasalahan yang menimpanya selama berada di Kerajaan itu, sehingga ia harus menolong suaminya dengan kekuatan yang ia miliki. Namun malang menimpanya. Saat ia mengubah bebatuan menjadi emas, ada seorang yang melihatnya. Masalahpun semakin berat, ia dan suaminya dituduh berkhianat dan harus dipenjara, dan ia harus melarikan anaknya Mahiya yang juga memiliki kemampuan yang sama ke hutan gunung dan terus berada disana hingga akhirnya Mahiya menikah dan memiliki anak bernama Rae. Bebatuan di gunung itupun banyak yang berubah menjadi emas. Rae dan gunung emas menjadi incaran para pengkhianat kerajaan. Apa yang terjadi pada mereka selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon atika rizkiyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chasi Jatuh Cinta pada Rae
Pagi yang indah, cahaya matahari hangat menyapa istana Jatinra. Rae yang sejak pagi telah berkuda dan kini ia sedang memanah bersama Suli di lapangan istana.
Lalu Davin menghampiri Rae.
“Rae, kenapa kamu tidak mengajak Raja Maraya untuk berkeliling di kerajaan ini ?. Kau juga tidak mengajak Chasi berkuda atau memanah. Ia tamu di istanamu, engkau harus bersikap ramah pada mereka, nak..” ucap Davin menegur Rae yang asik berkegiatan di lapangan istana bersama Suli.
“Chasi ??..” tanya Suli.
“Emm.. iya.. Chasi anak dari Raja Maraya” jawab Rae.
“Baiklah ayah, aku akan mengajak mereka berkeliling di istana ini dan mengajak Chasi memanah bersama kami” ucap Rae.
“Yaa.. pergilah” jawab Davin.
Suli hanya tersenyum aneh menanggapi keadaan itu. Mungkin Suli sedikit cemburu.
Tak lama, Rae tampak berjalan dengan seorang wanita anggun yang cantik.
Suli merasa bingung harus apa.
“dia sungguh cantik, pantas saja.. dia seorang Putri Raja”. Gumam Suli dalam hatinya.
Semakin dekat, Suli merasa salah tingkah. Suli berusaha menutupi rasa cemburunya dengan senyum yang manis.
“Suli.. kenalkan ini Putri Chasi..
Dan.. Chasi.. , ini sahabatku Suli” ucap Rae memperkenalkan Chasi pada Suli.
“Hai.. apa kabar”, ucap Chasi (sambil mengulurkan tangan ke arah Suli)..
Suli sangat gugup dengan keadaan itu.
“Baik,.. emm.. apa engkau suka disini Putri Chasi ?” ujar Suli.
“Ya.. aku suka sekali.. aku berharap, kelak aku bisa tinggal disini” jawab Chasi.
Mendengar perkataan Chasi.. Suli dan juga Rae tampak sangat terkejut.
“Apa maksudnya ia berkata seperti itu?” gumam Suli.
“Em.. baiklah Chasi.. apa kau ingin berkeliling melihat-lihat istana ini ?, aku akan meminta bantuan Suli untuk menemanimu.” Ucap Rae.
“Kenapa harus Suli yang menemaniku?.. aku ingin engkau yang menemaniku Raja Rae” ucap Chasi dengan nada manja dan lirikan tajam ke arah Suli.
“Baiklah Raja Rae, aku pergi dulu” ucap Suli yang mengerti jika kehadirannya disitu telah mengganggu Putri Chasi.
Rae hanya terdiam bingung menghadapi dua wanita ini.
Rae pun mengajak Chasi berkeliling istana dengan menunggangi kuda.
Kuda mereka berjalan pelan, Putri Chasi menjalin komunikasi yang hangat dengan Raja Rae. Sejak pertama bertemu, Chasi telah menyukai Rae. Wajar saja, Rae sangat tampan dan memiliki kekuasaan tertinggi di kerajaan itu. Namun sayangnya Rae hanya memperlakukan Chasi sebagai tamu di istana miliknya dan Rae tak memiliki rasa apapun terhadap Chasi, karena Rae mencintai Suli.
Saat yang bersamaan, Davin menemani Raja Maraya dan istrinya di pondok yang terdapat di taman istana. Mereka menikmati secangkir teh dan makanan ringan khas istana.
“Bagaimana kabar sahabatku Indrana, Tuan Davin?. Aku tidak melihatnya sejak kemarin aku datang.” Ucap Raja Maraya.
“Tuan Indrana mengalami kecelakaan hebat dibagian kepalanya ketika menunggangi kuda, sehingga ia menderita kelumpuhan.” Ucap Davin.
“ya.. aku mendengar kabar itu. Kapan kami bisa menemuinya, Tuan?.” ucap Raja Maraya.
“Setelah ini, aku akan menemani kalian bertemu dengan Tuan Indrana.” Jawab Davin.
“Baiklah, terima kasih Tuan Davin” ucap Raja Maraya.
Davin hanya membalas dengan senyuman sambil mengangguk pelan.
____----____
Suli yang pergi dari hadapan Rae ketika Rae menemani Chasi berkuda ternyata berpapasan dengan abangnya Mukaz.
Melihat adiknya berjalan cepat sambil tertunduk bahkan ia tak memperhatikan jika Mukaz telah berada dihadapannya.
“Suli... SULI !!!” Mukaz setengah teriak, barulah Suli sadar akan kehadiran abangnya, Mukaz.
“Ada apa?... Kau kenapa Suli?” tanya Mukaz.
“Emm... Akuu... Tidak apa-apa. Aku ingin pergi ke kamarku, aku sangat lelah hari ini. Kurasa aku kurang sehat jadi aku hanya ingin beristirahat”. Jawab Suli dengan nada datar, menyembunyikan kekesalannya terhadap Rae dan Chasi barusan.
“Suli.. aku mau bertemu ayah (pimpinan suku Ahradya), jadi aku akan pulang..ada yang harus aku sampaikan” ucap Mukaz.
“Aku ikut..Abang.. aku ingin pulang” ucap Suli.
“Jangan, tinggallah disini. Aku hanya sebentar, aku akan segera kembali”. Jawab Mukaz.
Mukaz tak ingin Suli ikut pulang karena tujuan Mukaz pulang adalah memberitahu ayahnya jika wanita yang mereka tolong yang tersangkut di batu sungai saat itu kemungkinan adalah Putri Mahiya, ibunya Rae.
Mendengar jawaban Mukaz, Suli hanya terdiam dan menahan kesal di wajahnya lalu ia meneruskan jalannya menuju ke kamarnya.
Mukaz lalu ingin menemui Rae, namun dari kejauhan ia melihat Rae sedang sibuk bersama para tamunya. Mukaz lalu kembali dan memutuskan untuk pulang tanpa memberitahu Rae.
Mukaz mengambil kudanya di peternakan istana, dan langsung pulang kembali ke rumahnya.
Sampai di rumah...
Mukaz mengikat tali kudanya ditempat biasa di depan rumahnya. Mengetahui ada yang datang, ayahnya (pimpinan suku Ahradya) datang menghampirinya.
“Anakku, bagaimana kabarmu? Mana adikmu Suli ?” tanya ayah.
“Kabarku baik, ayah..
Suli.. masih bersama Rae di istana. Ada yang harus kukatakan padamu, ayah” jawab Mukaz.
“Baik, masuklah dulu nak”.. ucap ayah.
“Anakku Mukaz..” ucap ibu menyapa..
“Yaa ibuu.. aku merindukanmu”
Mukaz memeluk ibunya dengan erat.
“Duduklah, ibu akan buatkan teh untukmu,.” Sesaat ibu terdiam, lalu bertanya “mana adikmu?”
“Dia dalam keadaan yang baik, Bu
... Dan Saat ini ia istana”
Ibu hanya tersenyum, lalu pergi menyiapkan makanan untuk Mukaz.
“Katakan Mukaz, apa yang terjadi”. Tanya ayah..
Mukaz menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan berat.
“Ayah, akupun tak tau pasti kebenarannya, namun kemungkinan, wanita yang kita tolong dalam keadaan tersangkut di batu sungai saat itu adalah Putri Mahiya, ia ibu kandung Rae.” Jelas Mukaz.
Mendengar penyataan itu, ayah sangat terkejut.
“Darimana kau tau itu nak ?” tanya ayah.
“kami sempat menemani Rae ke hutan gunung untuk mencari ibunya, disitu dia bercerita jika ibunya masih hidup. Aku juga bertanya tentang ciri-ciri ibunya dan sama persis seperti yang disebutkan Rae dengan wanita itu. Ia memang dalam bahaya, benar isu yang diceritakan oleh orang-orang jika Putri Mahiya bisa mengubah batu menjadi emas. Maka itulah, ia jadi incaran para pengkhianat istana. Namun sayangnya, belum sempat kami mencarinya dan aku juga belum sempat mengatakan pada Rae jika kemungkinan ibunya berada di desa ini, ada berita dari istana bahwa Farami dan komplotannya telah melarikan diri” Jelas Mukaz.
Ayah tampak sangat panik.
“Farami... Telah melarikan diri?!!” ucap ayah terkejut.
“ya benar ayah.. apa yang harus kita lakukan, ayah?” jawab Mukaz.
“aku akan memikirkannya.
Apa Suli mengetahui hal ini?” tanya ayah kembali.
“tidak ayah, maka itu.. aku tidak mengajaknya pulang”. Terang Mukaz.
“tenanglah dulu, aku akan memanggil wanita itu. Dan memang, aku rasa dialah ibu dari Rae, karena aku melihat dari gerakan dan cara bicaranya, dia bukan orang sembarangan. Jika benar seperti itu, kita harus benar-benar melindunginya.” Ucap ayah.
“Minumlah teh ini nak...” ucap ibu.
“Ibu, bisa tolong panggilkan wanita yang kala itu ia tersangkut di bebatuan sungai?” ucap ayah.
“Baiklah, akan aku panggilkan. Tapi ada apa ?” jawab ibu.
“Panggil saja dulu, nanti engkau akan mengetahuinya.”