Kisah seorang istri yang mencintai suaminya, namun di balas dengan penghianataan dan balas dendam kelurga nya.
Ella menyambut cinta Andrean yang selalu perlakuan dirinya bak seorang Ratu. Hingga akhirnya mereka menikah. Namun sayang, sikap peduli, perhatian dan kasih sayang Andrea menghilang begitu saja. Andrean perlakukan Ella bak orang asing di rumah nya sendiri.
Hingga perselingkuhan Andrean di ketahui Ella. wanita berparas cantik yang memiliki segudang prestasi itu mencoba bertahan. Ia Terus berbuat baik dan patuh pada sang suami. Tetapi kesabaran Ella ada batasnya, sampai akhirnya pertahanan Ella runtuh.
Ella membuat permohonan surat cerai dan mentalak Andrean.
Pria tampan penuh kharisma itu berkata "kau ingin bercerai? Tidak akan pernah bisa, selama pembalasan ku belum berakhir!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kekesalan Darren
Setelah bicara aku mengakhiri panggilan. Aku meminum beberapa butir obat dari dokter Oscar dan tertidur. Aku hanya ingin sehat dan pulang ke rumah, agar besok bisa beraktivitas kembali.
Sorenya aku meminta Dokter Oscar untuk melepaskan infusan ku, aku kembali sehat dan benar-benar ingin pulang ke rumah. Nenek Smith sempat melarang ku untuk pulang, tetapi aku memberikan alasan tepat padanya. Akhirnya Nenek mengalah dan membolehkan aku meninggalkan mansion. Sebelum pergi aku tidak menemukan Andre disana, bibi Helena berkata kalau Andre meninggalkan mansion saat aku sedang tertidur.
Mobil ku lajukan dengan pelan, setengah jam kemudian mobil sampai di depan carport. Ku langkahkan kakiku menuju kamar.
Esoknya aku bangun pagi-pagi dan membersihkan diri. Saat aku sedang bermake-up, terdengar suara klakson mobil di depan rumah ku. Aku membuka jendela dan melihat mobil Darren sudah terparkir disana.
"Darren."
Pria itu mengadahkan kepalanya ke atas dan tersenyum padaku.
"Aku datang ingin melihat keadaan mu Ella, apakah kamu benar-benar sudah sehat."
"Seperti yang sudah kamu lihat sekarang. Aku akan turun."
Setelah menutup jendela aku turun bawah dan menghampiri Darren yang sudah menunggu di depan gerbang.
"Pakai mobil ku saja, biar kita sama-sama berangkat ke kantor."
"Oke.." kata ku tanpa menolak kebaikan nya.
Aku tahu Darren sangat peduli pada kesehatan ku. Dia bukan hanya pria yang baik tetapi juga tulus.
Setengah jam kemudian mobil berhenti di lobby independen. Seorang sekuriti membukakan pintu untuk kami. Aku dan Darren keluar dari mobil dan masuk kedalam kantor, karyawan yang sudah datang menyambut kami dengan senyuman.
Darren membuka pintu ruangan ku dan mempersilakan aku untuk masuk.
"Ini ruangan mu "
"Terima kasih Darren." kata ku sambil menatap seluruh ruangan. Tempat kerja yang bukan hanya nyaman tapi juga membuat ku betah.
"Bukankah ini warna kesukaan mu?" kata Darren, ia menarik kursi kerja berwarna coklat, senada dengan warna meja kayunya dan aku duduk dengan tenang. cat dinding putih kombinasi abu-abu adalah warna kesukaan ku.
Setelah Darren keluar aku mulai mengerjakan aktivitas ku. Membuat makalah tentang program tekhnologi buatan. Lama aku berkutat di depan laptop, tak terasa sudah jam satu siang.
Pintu ruangan terbuka, Darren masuk dengan senyuman khasnya.
"Ella, ayo kita makan siang. Kebetulan salah satu perusahaan teman papih ingin melihat peluang di perusahaan independen."
Aku yang masih berkutat di depan laptop mengangkat wajahku dan berkata "Pekerjaan ku masih banyak Darren, nanti saja aku makannya."
Darren berjalan mendekat dan menghentikan laptop ku. "Aku tidak ingin kamu sakit. Bawa saja pekerjaan mu."
Aku tidak akan bisa menolak perintah Darren, ia selalu menganggap ku lebih dari sekedar sahabat. Pria ini sangat jarang aku temuin. Aku mengangguk dan membereskan berkas-berkas serta laptop ku.
Kami berdua singgah di sebuah restoran yang sudah di sepakati oleh Darren. Dua orang pria menyapa kami, satunya masih berusia 30 an dan satunya lagi pria paruh baya. Setelah kami saling bersalaman dan memesan makanan, kami berempat membahas sebuah program untuk tekhnologi tahun ini, yang akan di selenggarakan di sebuah taman kota Perth.
"Perkenalkan ini Ella, seorang programmer dan analisis di bidang teknologi AI." kata Darren pada anak dan ayah itu.
"Boleh saya melihat hasil karya yang anda buat, bu Ella?" tanya Alex, pria paruh baya yang sangat ramah.
'Tentu saja." kataku antusias, karena pria ini orang pertama yang melihat hasil karya ku, setelah tiga tahun terbengkalai.
Aku menunjukkan laptop dan memperlihatkan sebuah hasil karya ku tanpa takut di tiru. Sebuah robot buatan yang bisa melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan manusia, bahkan kecerdasan robot buatan ku ini melebihi kecerdasan manusia. Ia bukan hanya bisa melakukan pekerjaan rumah, tetapi robot ini bisa membaca, menulis dan melihat situasi sekitar.
Setelah menjelaskan semua kelebihan pada robot canggih buatan ku dan Darren, tuan Alex begitu tergiur untuk bekerja sama dengan perusahaan independen, bahkan akan menjadi orang pertama yang meluncurkan dana di perusahaan milik ku dan Darren.
"Wah, sungguh keren ide dan robot canggih buatan kalian berdua." puji Robert, ia terlihat senang melihat ayahnya menyukai ide kami.
"Jadi papa akan bekerja sama dengan perusahaan independen."
"Tentu saja, papa akan urus semuanya. Kamu tinggal atur kontrak kerjasama dengan pak Darren dan bu Ella."
"Baik pah!"
Saat kami sedang mengobrol dan membicarakan kerjasama. Aku melihat Andre dan Vivian yang baru saja datang ke restoran tempat kami bertemu. Tak sengaja mata ku bersitatap dengan Andre, Pria itu menatap ku sekilas lalu mengalihkan pandangan nya.
"Pak Andre!"
Albert memanggil Andre yang kebetulan sedang lewat.
"Pak Albert, pak Alexander. Anda disini?" sapa Andre ramah.
Mereka saling berjabat tangan, sementara aku pura-pura tidak mengenal Andre dan Vivian. Darren sendiri sibuk dengan ponselnya.
"Pak Darren ada disini juga?" tanya Andre pura-pura terkejut. Padahal dia sudah melihat kami lebih dulu saat baru masuk ke kafe.
"Ah iya, sangat kebetulan sekali kita bertemu." Darren yang terlihat tidak ingin menyapa, akhirnya berjabat tangan dengan Andre.
Darren sendiri terlihat kesal melihat Andrean bergandengan tangan dengan Vivian. Dengan cepat ia melepas jabatan tangan Andre tanpa menoleh pada Vivian sedikitpun.
"Nona Vivian, selamat siang." sapa Albert ramah, ia mengulurkan tangan kearah wanita di samping Andre.
"Siang pak Albert." balas Vivian dengan senyuman yang di buat manis
"Ini papa ku." kata Albert memperkenalkan
"Tuan Alexander apa kabar."
Mereka berempat mulai berinteraksi dan membicarakan tentang teknologi yang juga akan Andre kembangkan, bahkan dengan terang-terangan membanggakan Vivian di depan ku dan Darren.
"Kalau begitu saya dan Vivian permisi dulu." kata Andre tanpa perduli dengan keberadaan ku.
Aku tidak menghiraukan mereka berdua, aku tetap fokus pada laptop ku. Sementara Darren mantap ku dengan iba. Ekspresi nya berubah suram saat menatap Andre, ada rasa benci yang mendalam karena pria itu mengabaikan aku.
Ku tatap wajah Darren dan tersenyum lembut. Lalu aku berkata "Tidak apa-apa."
Darren mengepal kuat tangannya di samping. Ku tarik nafas dalam-dalam dan di hembuskan perlahan.
Setelah sepasang kekasih itu berpamitan, kamipun menyudahi pertemanan dengan tuan Alex dan Robert dan akan bertemu lagi besok di kantor independen.
💜💜💜💜
sepertinya Jovan adalah yg nabrak mobilmu. ( sopir Jovan) yg nabrak mobil Elea