NovelToon NovelToon
Derit Ranjang Adikku

Derit Ranjang Adikku

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Tamat
Popularitas:17.2M
Nilai: 4.6
Nama Author: Aysha Siti Akmal Ali

Siapa sangka, kedatangan Mona di kediaman Risa adalah awal kehancuran rumah tangga yang baru beberapa tahun dibangun oleh Risa dan Arga.

Hampir setiap malam Risa mendengar suara derit ranjang dari dalam kamar yang ditempati oleh Mona.

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Mona di dalam kamarnya?

Penasaran? Yukkk, ikuti kisah mereka 😘😘😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Uang Bulanan

Keesokan harinya.

Selesai berpakaian rapi, Arga meraih dompetnya. Ia mengambil sejumlah uang dari dalam dompet tersebut kemudian menyerahkannya kepada Risa.

"Ini uangmu," ucapnya.

Risa meraih uang tersebut dari tangan Rangga kemudian menghitung jumlahnya. Jumlahnya jauh lebih sedikit dari biasanya dan hal itu membuat Risa jadi bertanya-tanya.

"Mas, kok cuma segini?"

"Untuk bulan ini dan seterusnya, jatah kamu terpaksa aku potong karena pengeluaran kita semakin bertambah saja sejak hadirnya Lily di kehidupan kita," sahut Arga dengan wajah acuh tak acuh.

"Ya ampun, Mas. Kenapa Mas tega berkata seperti itu. Ingat, Mas! Lily adalah anakmu dan tidak sepatutnya kamu menganggap kehadirannya sebagai beban di keluarga ini," kesal Risa dengan bibir bergetar.

"Ah, sudah-sudah! Aku malas berdebat denganmu," ucap Arga sembari melangkah meninggalkan Risa di ruangan itu sendirian .

Risa tertunduk sedih menatap lembaran uang kertas yang tadi diserahkan oleh Arga kepadanya. Ia heran, semakin ke sini, jumlah uang yang diberikan oleh Arga semakin berkurang dan alasannya lagi-lagi karena hadirnya Lily.

Sementara itu.

Arga tiba di meja makan dan disusul oleh Mona di belakangnya. Arga duduk di kursinya, begitu pula Mona.

Mona menyentuh tangan Arga lalu membelainya dengan lembut. "Mas, terima kasih atas hadiah-hadiahnya, ya."

Arga tersenyum seraya mengedipkan matanya kepada Mona. "Sama-sama. Jangan lupa untuk memberikan servis terbaik untukku."

"Tentu saja, Sayang."

"Oh, ya. Jika kamu butuh uang lagi, jangan sungkan untuk memintanya kepadaku."

"Ok!"

Bi Surti bergidik ketika mendengar percakapan Arga dan Mona. Percakapan yang terdengar sangat menjijikkan di telinga wanita paruh baya itu. Tidak berselang lama, Risa tiba di ruangan tersebut. Mona bergegas melepaskan tangan Arga kemudian kembali fokus pada sarapannya. Begitu pula Arga, lelaki itu kembali berakting seolah-olah tidak terjadi apa-apa di sana.

Risa duduk di samping Arga. Ia meraih sebuah piring kosong kemudian mengisinya dengan hidangan yang sudah tersaji di atas meja. Ruangan itu mendadak hening ketika Risa berada di antara mereka. Hanya terdengar suara peralatan makan yang saling beradu di sana. Hingga akhirnya sarapan mereka pun selesai.

"Oh ya, Mona. Apa hari ini kamu jadi memeriksakan kesehatanmu?" tanya Risa, memecah keheningan di ruangan tersebut.

Mona mengangguk pelan. "Ya, Mbak. Mbak jadi temenin aku, 'kan?"

"Ya. Sekalian mau ajak Lily jalan-jalan."

"Memangnya kamu kenapa, Mona? Apa kamu sakit?" sela Arga dengan ekspresi dingin menatap Mona.

"Ehm, entahlah, Mas. Mungkin aku terkena anemia lagi."

"Anemia?" Arga memperhatikan wajah cantik Mona dengan seksama. Ia baru sadar bahwa wajah gadis itu tampak memucat dan tidak seperti biasanya.

"Iya, ya. Wajahmu tampak pucat," lanjut Arga.

Arga tidak pernah memperhatikan wajah Mona dengan serius. Yang penting baginya adalah dapat menikmati tubuh molek itu sepuasnya. Mendapatkan kenikmatan serta kepuasan hasratnya, itu saja.

"Sebaiknya kamu cek kesehatanmu."

"Iya, Mas. Rencananya hari ini aku akan memeriksakan kesehatanku ke klinik yang ada di depan bersama Mbak Risa. Ya 'kan, Mbak?"

"Ya," jawab Risa singkat dan jelas.

"Ya, sudah kalau begitu." Arga bangkit dari posisi duduknya kemudian menghampiri Risa.

"Aku berangkat dulu."

Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Risa. Namun, Risa sama sekali tak merespon. Ia masih kesal terhadap suaminya itu. Sementara Mona menatap mereka dengan wajah kesal. Ia benar-benar merasa cemburu jika Arga bersikap manis terhadap Risa.

Sepeninggal Arga.

"Sebaiknya kita berangkat sekarang, Mona," ajak Risa.

"Baik, Mbak. Biar aku bersiap-siap dulu."

Risa kembali ke kamar utama untuk bersiap-siap, begitu pula Mona. Ia bergegas menuju kamar dan mengganti pakaiannya dengan yang lebih sopan.

Beberapa menit kemudian.

"Mari, Mbak. Sini, biar kereta Lily aku yang dorong," ucap Mona sembari meraih kereta Lily dari tangan Risa.

"Baiklah."

Risa dan Mona pun berjalan beriringan sambil mendorong kereta Lily. Mereka berjalan kaki menuju klinik tersebut karena jaraknya cukup dekat dengan kediaman Arga.

Di perjalanan.

Mona beberapa kali melirik Risa yang sejak tadi hanya diam dan tak bicara sepatah kata pun. Bibirnya seolah terkunci rapat dan dari raut wajahnya, Mona tahu bahwa kakaknya itu sedang ada masalah.

"Mbak. Mbak baik-baik saja?" tanya Mona.

Risa menarik napas dalam kemudian menghembuskannya kembali. "Aku baik-baik saja."

"Ada apa sih, Mbak? Aku tahu saat ini Mbak ada masalah. Ceritakan lah padaku. Siapa tahu dengan begitu, beban di hati Mbak Risa bisa sedikit berkurang," ucap Mona.

Sebenarnya Risa enggan menceritakan masalah keluarganya kepada siapa pun. Namun, karena Mona adalah adiknya, ia pun percaya saja bahwa gadis itu tidak akan membocorkan masalah keluarganya kepada siapa pun.

"Tadi pagi Mas Arga memberikan uang bulanan kepada Mbak. Tapi ... semakin ke sini, jumlahnya semakin berkurang. Sebenarnya bukan masalah jumlahnya, Mona. Yang bikin Mbak sakit hati itu kata-kata Mas Arga. Dia selalu saja menyalahkan Lily," tutur Risa dengan mata berkaca-kaca.

"Loh, kok bisa begitu, Mbak?" pekik Mona.

"Sebenarnya kehadiran Lily sama sekali tidak pernah diharapkan oleh Mas Arga. Dia belum siap menjadi seorang Ayah," lanjut Risa.

"Ya ampun, Mbak Risa. Aku tidak percaya Mas Arga bisa bersikap seperti itu. Seharusnya dia senang dong, mendapatkan bayi mungil secantik Lily," ucap Mona dengan mata membulat.

Risa tersenyum kecut kemudian menepuk pundak Mona dengan lembut. "Ya, seharusnya memang begitu. Semoga saja suamimu kelak tidak seperti Mas Arga. Setidaknya lelaki yang bisa menerima kehadiran buah hatinya," sahut Risa.

...***...

1
Surati
bagus
Zia Zee
pelakor yang sok suci, wkwkwkwk lucuk
Zia Zee
uda penyakitan, cacat pulaak
Zia Zee
mampus!
Nur Halima
Luar biasa
Yuni Ngsih
Thor baru nongol pelakor muncul ,itu pakta ada klwrga bawa adik perempuannya yg blm kerja eh dimakan sm suami kakaknya sampai ,jadi veriyramu sm dengan kehidupan nyata,mknya klw sudah berumah tangga jangan bw adik perempuan satu rumah maaf ko curhat ....lanjut ceritramu yg bgs ini Author ....semangat....ok
Sri Wahyuni
jng berharap risa akan kembali kepadamu Arga
Ifah Ifah
Luar biasa
Ifah Ifah
bagus risa lwn aj si arga
guntur 1609
siapa yg mau ngurus sampah biadab sprtimu
guntur 1609
rasain loe
guntur 1609
brti rena bukan anak kandung mereka. pas lah brti jodohnya aden anaknya guntur
guntur 1609
mampus kau Abdi. gak tahu ja kau klu mona di siksa sm si biadab arga
guntur 1609
mampus kau Arga.. hahahaha
guntur 1609
kena aids
guntur 1609
mantap ay... dampingi dan lindungi terus risa. agar dia merasa aman sm kamu
guntur 1609
mamous kau kan. makan tuh laki2 binatang yg kau banggakan
guntur 1609
mampus kau mona
guntur 1609
sdh jatuh talak 3 kau bodoh
guntur 1609
polisikan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!