Sinopsis
Rania, seorang gadis desa yang lembut, harus menanggung getirnya hidup ketika Karmin, suami dari tantenya, berulang kali mencoba merenggut kehormatannya. Belum selesai dari satu penderitaan, nasib kembali mempermainkannya. Karmin yang tenggelam dalam utang menjadikan Rania sebagai pelunasan, menyerahkannya kepada Albert, pemilik sebuah klub malam terkenal karena kelamnya.
Di tempat itu, Rania dipaksa menerima kenyataan pahit, ia dijadikan “barang dagangan” untuk memuaskan para pelanggan Albert. Diberi obat hingga tak sadarkan diri, Dania terbangun hanya untuk menemukan bahwa kesuciannya telah hilang di tangan seorang pria asing.
Dalam keputusasaan dan air mata yang terus mengalir, Rania memohon kepada pria itu, satu-satunya orang yang mungkin memberinya harapan, agar mau membawanya pergi dari neraka yang disebut klub malam tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab: 24
Cahaya fajar menyelinap malu-malu melalui celah gorden sutra di kamar utama vila. Airon membuka matanya, menemukan pemandangan paling indah yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya, Rania yang masih terlelap tenang di sampingnya. Kamar yang dulunya terasa dingin dan hanya menjadi saksi bisu nafsu sesaat, kini telah berubah menjadi pelabuhan cinta yang hangat.
"Selamat pagi, Sayang," bisik Airon lembut saat melihat bulu mata lentik Rania mulai bergetar.
Rania membuka matanya, disambut oleh tatapan memuja dari suaminya. Ia menyunggingkan senyum termanis pagi itu, sebuah senyum yang sanggup meruntuhkan sisa-sisa keangkuhan di hati Airon.
"Selamat pagi, Tuan. Saya buatkan sarapan dulu, ya?" Rania hendak beranjak, namun lengan kokoh Airon dengan cepat menariknya kembali ke dalam dekapan.
"Nanti saja. Saya masih ingin seperti ini," ucap Airon, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Rania yang beraroma harum sabun bayi.
"Tapi nanti Tuan terlambat ke kantor," protes Rania pelan, meski ia sendiri merasa nyaman dalam pelukan itu.
Airon terkekeh rendah. "Biarkan saja. Tidak ada yang berani memecat saya, karena saya pemilik perusahaannya."
Rania hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah manja suaminya. Sejak Airon menyadari bahwa ia telah jatuh cinta sedalam-dalamnya pada Rania, sikapnya berubah total. Rania bukan lagi wanita simpanan yang ia tebus, melainkan ratu yang menduduki takhta tertinggi di hidupnya. Meski begitu, satu ganjalan masih tersisa di hati Rania, pernikahan mereka masih menjadi rahasia besar dari keluarga Airon, terutama dari sang ibu, Tania, dan kembaran Airon, Airish.
Satu jam kemudian, Airon melangkah memasuki lobi perusahaannya dengan aura kewibawaan yang kental. Merly, sang sekretaris baru, sudah berdiri siaga di depan mejanya dengan senyum yang dibuat semanis mungkin.
"Selamat pagi, Tuan Airon," sapa Merly dengan nada manja yang kentara.
"Pagi," sahut Airon pendek tanpa menoleh, langkahnya langsung menuju ruang kerja.
Merly mendesah kecewa, namun perhatiannya teralih saat seorang wanita cantik berpakaian modis berdiri di depannya. Wanita itu adalah Julia.
"Saya ingin menemui Pak Airon. Apa dia ada di dalam?" tanya Julia, matanya menyiratkan kegelisahan.
"Ada, Nona. Tapi apa Anda sudah membuat janji sebelumnya?" Merly bertanya dengan nada profesional yang dipaksakan.
"Katakan saja Julia datang. Dia pasti akan menerimaku," ucap Julia penuh percaya diri.
Setelah Merly menghubungi melalui interkom, Airon mempersilakan Julia masuk. Merly menatap punggung Julia dengan rasa iri yang mulai tumbuh. Apa dia kekasih Tuan Airon? batinnya bertanya-tanya.
Di dalam ruangan, suasana terasa mencekik. Julia berdiri di depan meja Airon, sementara pria itu tetap duduk tenang di kursi kebesarannya.
"Sudah lama kita tidak bertemu, Julia. Ada perlu apa?" tanya Airon datar.
"Kenapa kamu menghindariku, Airon? Semenjak malam di klub itu, kamu tidak pernah menjawab teleponku. Kamu seolah menghilang ditelan bumi," Julia menumpahkan segala kekesalannya.
"Karena tidak ada alasan yang cukup penting bagi kita untuk bertemu lagi," jelas Airon yang membuat Julia mematung.
"Apa?! Tapi malam itu... kita melakukan itu... kita saling menikmati..."
Airon memotong kalimat Julia dengan dingin. "Julia, lupakan malam itu. Tidak terjadi apa pun yang berarti di antara kita. Saya harap kamu berhenti mengganggu saya hanya karena sebuah kecupan yang bahkan tidak saya ingat rasanya."
Hati Julia terasa seperti dihantam palu besar. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia tak menyangka Airon akan sekejam itu membuangnya setelah memberinya harapan semu.
"Kamu benar-benar pria tak punya hati, Airon!" seru Julia sembari berlari keluar dari ruangan itu dengan isak tangis yang tertahan.
Merly yang berada di luar tertegun melihat Julia keluar dengan wajah basah. Tuan Airon memutuskannya? Ini kesempatanku! batin Merly girang, salah menyimpulkan situasi.
Airish dan Rahasia di Balik Tatapan Ergan
Tak lama setelah kepergian Julia, Airish muncul di kantor kakaknya. Ia berpapasan dengan Ergan di depan lift.
"Nona Airish," sapa Ergan sopan, namun matanya tetap fokus pada map di tangannya.
"Hai, Ergan," balas Airish dengan senyum anggun. Sebenarnya, alasan utama Airish rajin mengunjungi kantor adalah pria kaku di depannya ini. Sayangnya, Ergan seolah membangun tembok tinggi di antara mereka.
"Airon ada di dalam, Gan?"
"Ada, Nona."
"Mau ikut masuk? Aku ingin mengobrol dengannya."
"Maaf, Nona. Saya ada urusan di luar kantor yang harus segera diselesaikan," Ergan menolak dengan halus, menjaga jarak profesional yang biasa ia lakukan.
Airish menghela napas, menatap punggung Ergan yang berjalan menjauh. Ia tak tahu bahwa Ergan sebenarnya sedang mati-matian menahan debaran jantungnya. Ergan mencintai Airish. Baginya, Airish adalah bintang yang terlalu tinggi untuk digapai.
Airish melangkah menuju meja sekretaris kakaknya. Ia melihat Merly sedang sibuk memoles bedak di wajahnya.
"Airon di dalam, kan?" tanya Airish tanpa basa-basi.
Merly berdiri dengan terkejut. "Iya, Nona. Tapi apa Anda sudah...."
Airish tidak memedulikan Merly dan langsung membuka pintu ruangan Airon. Merly panik, takut kejadian sekretaris lama terulang padanya. Ia segera mengejar masuk.
"Maaf Tuan! Saya sudah mencoba melarangnya, tapi Nona ini langsung masuk begitu saja!" Merly mengadu dengan napas tersengal.
Airon mendongak, melihat Airish yang sudah duduk santai di sofanya. "Tidak apa-apa, Merly. Kamu boleh keluar."
Merly bernapas lega karena tidak dipecat, lalu segera mengundurkan diri.
"Wah, sekretarismu kali ini cukup... menonjol," sindir Airish sembari melirik pintu. "Belakangan ini aku perhatikan kamu jarang pulang ke rumah utama. Ada apa? Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu?"
Airon mengernyitkan dahi. "Aku hanya sibuk, Airish. Jangan mulai dengan dramamu."
"Aku datang karena merindukan seseorang," ucap Airish lirih. "Tapi bukan kamu," tambahnya saat melihat Airon menatapnya curiga.
"Apa aku perlu memberikan waktu khusus untukmu dan Ergan?" goda Airon.
Wajah Airish seketika berubah sendu. "Tidak. Jangan lakukan itu. Dia tidak akan suka. Lagipula, aku sedang dalam proses melupakannya. Sepertinya sudah saatnya aku membuka hati untuk pria lain yang lebih menghargaiku."
Airon terdiam, menatap adik kembarnya dengan iba. Ia tahu betapa keras kepalanya Airish, dan melihat adiknya menyerah seperti ini berarti lukanya sudah cukup dalam. Sementara di dalam hatinya, Airon bersyukur bahwa ia telah menemukan Rania, satu-satunya wanita yang berhasil mencairkan hatinya yang sekeras es, meskipun ia belum tahu kapan waktu yang tepat untuk memperkenalkannya pada dunia.
*****
Jangan lupa berikan VOTE/BINTANG, tuliskan KOMENTAR kalian, dan berikan LIKE untuk mendukung Author agar terus semangat! Salam sayang, Author!
masa tangan kanan ga punya rencana 🤦🤦