NovelToon NovelToon
Anak Untuk CEO Mandul

Anak Untuk CEO Mandul

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nyonya_Doremi

"Tubuhmu milikku. Waktumu milikku. Tapi ingat satu aturan mutlak, jangan pernah berharap aku menanam benih di rahimmu."

Bagi dunia, Ryu Dirgantara adalah definisi kesempurnaan. CEO muda yang dingin, tangan besi di dunia bisnis, dan memiliki kekayaan yang tak habis tujuh turunan. Namun, di balik setelan Armani dan tatapan arogannya, ia menyimpan rahasia yang menghancurkan egonya sebagai laki-laki, Ia divonis tidak bisa memberikan keturunan.

Lelah dengan tuntutan keluarga soal ahli waris, ia menutup hati dan memilih jalan pintas. Ia tidak butuh istri. Ia butuh pelarian.

Sedangkan Naomi Darmawan tidak pernah bermimpi menjual kebebasannya. Namun, jeratan hutang peninggalan sang ayah memaksanya menandatangani kontrak itu. Menjadi Sugar Baby bagi bos besar yang tak tersentuh. Tugasnya sederhana, yaitu menjadi boneka cantik yang siap sedia kapan pun sang Tuan membutuhkan kehangatan. Tanpa ikatan, tanpa perasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Setelah intervensi Helena yang tak terduga, suasana di Penthouse B berubah secara drastis. Mr. Harland, si pengasuh berwajah kaku, telah dipindahkan kembali ke divisi keamanan korporat. Suara musik Bach yang dimainkan dengan volume presisi kini digantikan oleh celotehan bayi dan sesekali suara tawa Naomi yang renyah. Namun, bagi Ryu Dirgantara, perubahan ini bukanlah sebuah kekalahan total, melainkan sebuah reposisi taktis.

Ryu masih seorang Dirgantara, seorang pria yang tidak bisa membiarkan sesuatu berjalan tanpa kendali dan pengawasan ketat. Meskipun ia memberikan ruang bagi Naomi untuk membesarkan Athala dengan cara yang lebih manusiawi, rasa posesifnya hanya bergeser ke bentuk yang lain.

Suatu sore, Ryu pulang lebih awal dari biasanya. Ia tidak langsung pergi ke ruang kerjanya, melainkan menuju taman atap di mana Naomi sedang duduk di atas karpet bulu bersama Athala yang sedang belajar merangkak.

“Aku sudah mendaftarkan Athala ke preschool paling eksklusif di Singapura,” kata Ryu tiba-tiba, tanpa salam, sambil duduk di kursi rotan di samping mereka.

Naomi mendongak, menyeka keringat tipis di dahi Athala. “Ryu, dia bahkan belum bisa berjalan. Mengapa kita bicara tentang sekolah di Singapura?”

“Ini bukan sekolah biasa, Naomi. Ini adalah institusi yang hanya menerima anak-anak dari keluarga berpengaruh di Asia. Antreannya lima tahun. Jika aku tidak mendaftarkannya sekarang, dia akan kehilangan tempatnya,” jawab Ryu, matanya tetap tertuju pada Athala dengan tatapan yang sangat protektif. “Aku ingin dia berada di lingkungan di mana setiap teman bermainnya adalah calon pemimpin masa depan.”

Naomi menghela napas, mencoba menahan emosinya. Ia tahu ini adalah cara Ryu menunjukkan cinta lewat perencanaan dan pengamanan masa depan.

“Bisakah kita fokus pada saat ini? Hari ini Athala berhasil memegang botolnya sendiri tanpa bantuan. Itu adalah pencapaian besar baginya, jauh lebih penting daripada jaringan sosial di Singapura sepuluh tahun lagi.”

Ryu terdiam sejenak, melihat putranya yang kini sibuk mencoba menarik ujung celana ayahnya. Ryu membungkuk, mengangkat Athala ke pangkuannya dengan gerakan yang kini jauh lebih luwes daripada beberapa minggu lalu.

“Dia kuat,” gumam Ryu, merasakan genggaman tangan kecil Athala pada jempolnya. “Dia punya tenaga yang besar untuk bayi seusianya. Itu tanda seorang pejuang.”

“Dia punya tenaga karena dia bahagia, Ryu. Bukan karena dia pejuang,” koreksi Naomi lembut. Ia bergeser mendekat, duduk di lantai di dekat kaki Ryu. “Terima kasih sudah membiarkan Mr. Harland pergi. Athala jauh lebih tenang sekarang.”

Ryu menatap Naomi. Ada sesuatu yang berbeda pada wanita itu sejak kebenaran tentang garis keturunannya terungkap. Naomi tidak lagi terlihat seperti seseorang yang sedang menjalankan misi penyelamatan, melainkan seperti seorang ibu yang mulai merasa memiliki rumah ini.

“Ibu terus meneleponku setiap hari menanyakan perkembangan cucunya,” kata Ryu, mencoba mengalihkan pembicaraan dari rasa terima kasih Naomi yang membuatnya canggung. “Dia bersikeras ingin mengadakan pesta peresmian nama untuk Athala bulan depan. Sebuah jamuan makan malam privat untuk keluarga besar dan relasi terdekat Dirgantara.”

Naomi sedikit tegang. Pesta keluarga Dirgantara selalu berarti medan perang bagi dirinya. “Apakah itu perlu? Saya pikir kita sudah sepakat untuk menjauhkan Athala dari sorotan publik untuk sementara waktu.”

“Ini bukan tentang sorotan, ini tentang legitimasi,” tegas Ryu. “Dunia bisnis harus tahu bahwa Athala Rafka Dirgantara adalah ahli waris tunggal yang sah. Setelah drama dengan Anya, ada desas-desus yang harus kita bungkam secara permanen. Dan kau, Naomi... kau akan berdiri di sana sebagai istriku. Bukan sebagai wanita dalam kontrak, tapi sebagai Nyonya Dirgantara.”

Kata-kata itu, sebagai istriku, menggantung di antara mereka. Naomi merasakan getaran aneh di dadanya. Sejak awal, hubungan mereka adalah transaksi. Namun, melihat cara Ryu menggendong Athala sekarang dengan rasa bangga yang tulus dan perlindungan yang posesif, garis batas itu mulai memudar.

“Apakah Anda siap untuk itu, Ryu?” tanya Naomi pelan. “Menunjukkan kepada dunia bahwa saya bukan sekadar alat dalam rencana ibu Anda, tetapi wanita yang Anda pilih untuk mendampingi putra Anda?”

Ryu menatap lurus ke dalam mata Naomi. “Aku sudah berhenti menganggapmu sebagai alat sejak kau menyerahkan buku harian itu kepada Anya demi melindungiku. Tidak ada alat yang memiliki keberanian seperti itu.”

Ia mengulurkan tangan, menyentuh bahu Naomi dengan gerakan yang ragu namun posesif. “Kau adalah ibu dari putraku. Di rumah ini, kau adalah otoritas tertinggi setelah aku. Itu sudah lebih dari cukup bagiku untuk mengakuimu di depan dunia.”

Pertemuan itu berakhir dengan kesepakatan diam-diam. Ryu akan tetap merencanakan masa depan Athala yang megah, namun ia mulai belajar menghargai momen-momen kecil yang diciptakan Naomi.

Beberapa hari kemudian, saat Naomi sedang merapikan lemari pakaian di kamar utama, kamar yang kini mulai ia tempati bersama Ryu atas desakan Helena agar mereka terlihat seperti suami istri yang sebenarnya, ia menemukan sebuah kotak kayu kecil yang tersembunyi di balik tumpukan dokumen lama milik Ryu.

Rasa ingin tahu penulisnya bangkit. Naomi membuka kotak itu dan menemukan serangkaian surat medis asli yang sudah menguning, serta beberapa foto masa kecil Ryu yang belum pernah ia lihat. Di foto-foto itu, Ryu tidak tersenyum. Ia tampak seperti anak kecil yang membawa beban dunia di pundaknya, berdiri di samping ayahnya yang kaku dan ibunya yang dominan.

Di bagian bawah kotak, terdapat sebuah surat yang ditulis tangan oleh mendiang ayah Ryu, Danial Dirgantara. Naomi membacanya dengan hati yang berdebar.

“Kepada puteraku, Ryu. Jika suatu saat kau merasa bahwa dunia hanya melihatmu sebagai angka dan simbol kekuasaan, ketahuilah bahwa aku meminta maaf. Aku membangun Dirgantara agar kau memiliki segalanya, tetapi aku lupa memberimu satu hal yang paling penting, yaitu kebebasan untuk mencintai tanpa syarat. Jangan ulangi kesalahanku. Carilah seseorang yang melihatmu bukan sebagai CEO, tapi sebagai pria yang butuh tempat untuk pulang.”

Air mata Naomi hampir jatuh. Ia menyadari bahwa kekejaman Ryu, keposesifannya, dan obsesinya pada kontrol adalah mekanisme pertahanan diri yang diajarkan sejak kecil. Ryu tidak tahu cara mencintai selain dengan cara memiliki dan mengatur.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Ryu berdiri di sana, wajahnya langsung menegang saat melihat kotak itu di tangan Naomi.

“Apa yang kau lakukan dengan barang-barang pribadiku?” suara Ryu terdengar dingin, penuh peringatan.

Naomi berdiri, tidak mencoba menyembunyikan surat itu. “Saya tidak sengaja menemukannya saat merapikan lemari. Ryu, surat ini... Ayah Anda sangat mencintai Anda.”

Ryu berjalan cepat, merebut kotak itu dari tangan Naomi. “Jangan mencampuri urusan masa laluku, Naomi. Surat itu tidak ada artinya sekarang.”

“Itu ada artinya bagi Athala!” balas Naomi berani. “Anda melakukan hal yang sama pada Athala seperti apa yang Ayah Anda lakukan pada Anda. Anda membangun dinding kekuasaan di sekelilingnya, tapi Anda lupa memberinya ruang untuk menjadi dirinya sendiri.”

Ryu terdiam, rahangnya mengeras. Ia menatap surat yang kini ada di tangannya, lalu menatap Naomi. “Aku hanya ingin dia aman. Aku hanya ingin dia tidak perlu merasakan ketakutan akan kehilangan segalanya seperti yang kurasakan saat laporan mandul itu muncul.”

1
Ara putri
Hay kak, jika berkenan saling dukung yuk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!