Suami Kedua Ku Over Posesif

"Sah..." beberapa saksi mengatakan kata itu, saksi itu meliputi dokter yang menangani Tante Lyra, beberapa perawat, sekretaris Lee dan juga pak penghulu itu sendiri.

Pak penghulu menyuruh mempelai wanita yang tak lain adalah Kei, untuk mencium punggung tangan suaminya. Tante Lyra tersenyum manis, merasa lega karna rencananya berhasil. Berkali-kali mengucap syukur bisa menyatukan anaknya dengan wanita yang sangat baik baginya.

'Hahaha,,, yes,,, rencanaku berhasil.' Tante Lyra terlihat sangat senang. Ketika Ken dan Kei mendekat keranjang, Tante Lyra berpura-pura lemas dan memeggangi kepalanya.

"Selamat ya atas pernikahan kalian." ucap Tante Lyra lirih dengan nada yang dibuat-buat.

"Ken sudah menuruti permintaan mami. Mami harus semangat untuk sembuh." Ken menunduk memeluk tubuh Tante Lyra.

"Iya nak, terima kasih kamu mau menuruti permintaan mami yang terakhir." jawab Tante Lyra.

'terakhir Ken, karna setelah ini mami tidak akan meminta apa-apa lagi.' batin Tante Lyra.

"Mami jangan bilang seperti itu. Jangan katakan ini permintaan terakhir mi, Ken akan memenuhi semua permintaan mami apapun itu."

"Hem, terima kasih sayang."

"Kei, selamat ya sayang mulai sekarang kamu adalah menantu mami."

"Iya Tan. Tante harus segera sembuh."

"Bukan Tante, tapi mami." Tante Lyra meralat ucapannya.

"Mam,mami." ucapku kaku, aku belum terbiasa.

Tatapan Ken menelisik kearah Tante Lyra, dengan cepat Tante Lyra memegangi kepalanya dan pura-pura sakit agar Ken tidak curiga dengan rencananya. Dokter segera mendekat.

"Kepala nyonya sakit lagi?" Tante Lyra mengangguk. Dokter memeriksa, tetapi Tante Lyra mengedipkan mata.

"Mami baik-baik saja 'kan?" Ken khawatir, dia menepis kecurigaannya tadi dan mulai cemas dengan keadaan maminya.

"Luka dikepala akibat benturan memang seperti ini tuan, terkadang kambuh secara mendadak. Tetapi nanti akan kembali membaik, biarkan nyonya besar beristirahat." jelas Dokter, tuan Ken hanya mengangguk.

Sekretaris Lee baru kembali masuk setelah tadi menghantarkan pak penghulu pulang.

"Kamu tunggu mami, aku ada pertemuan penting." tuan Ken berbicara padaku.

"Iya tuan." jawabku.

"Kalian sudah suami istri bukan majikan dan pelayan, harusnya jangan memanggil dengan sebutan itu lagi." sahut Tante Lyra.

"Mami istirahat saja jangan banyak berbicara dulu, Ken dan Kei masih belum terbiasa mi."

"Tapi kalian harus membiasakan saat ini kalian sudah suami istri yang sah."

"Baiklah, sa,saya,,,ng aku tinggal dulu, kamu disini jaga mami." Ken benar-benar kaku mengucap kalimat itu. Kei sendiri bingung harus menjawab apa.

"I,iya Sa,sayang." Kei menjawab dengan terbata. Jantungnya berdebar saat mengatakan itu, dia masih belum yakin dengan apa yang dialami. Kemarin lelaki itu terus menghinanya, tetapi kenyataan lelaki itu kini adalah suaminya. Meski tak ada surat pengadilan, pernikahan itu tetap terlaksana dengan alasan mantan suaminya sudah meninggal.

Tuan Ken dan sekretaris Lee sudah pergi, akhirnya Kei bisa bernafas lega. Masih mengenakan kebaya berwarna silver Kei beralih duduk disamping mami Lyra.

"Kei, mami sangat senang akhirnya keinginan mami bisa terwujud. Kamu dan Ken bisa menjadi suami istri."

"Tetapi tuan Ken apa bisa menerimaku, sedang dia saja membenciku." Kei menunduk memainkan cincin pernikahan nya, berlian putih yang sangat indah. Namun pernikahannya kedepan akankah seindah berlian yang bersinar indah itu.

"Kei, dengarkan perkataan mami. Mami tau saat ini kalian belum memiliki perasaan, tapi mami yakin suatu saat nanti kalian bisa saling mencintai. Untuk saat ini memang sikap Ken sangat dingin dan arogan, tapi percayalah Ken itu lelaki yang hangat, jika dia sudah mengenalmu dia pasti akan jatuh hati dengan kebaikanmu. Mami memilih mu sebagai menantu karna mami yakin kamu wanita yang baik, hebat dan kuat. Kamu pasti bisa merubah sikap Ken kembali hangat."

"Kei akan berusaha, tetapi Kei tidak akan memaksa mi. Jika dalam satu tahun tuan Ken tidak bisa berubah dan tidak bisa menerima ku, saat itu aku akan pergi. Tolong mami mengerti keinginan Kei." jawabku. Mami Lyra tak lantas menjawab namun menatapku lekat.

"Kamu jangan menyerah ya Kei, mami menaruh harapan besar padamu. Tolong rubah lah sikap Ken seperti dulu, mami yakin hanya kamu yang bisa."

"Kei akan berusaha, mi. Mami belum pulih total harus banyak istirahat, Kei ganti baju sebentar ya. Nanti Kei temani lagi." Tante Lyra mengangguk. Aku bangkit dan berjalan kekamar mandi untuk mengganti baju ku.

Sore hari tuan Ken dan sekretaris Lee nampak berjalan menyusuri lorong rumah sakit, begitu sampai diruang Tante Lyra Ken segera masuk dan mendapati dua wanita berbeda usia sedang terlelap.

"Tuan muda, saya permisi keluar sebentar." Ken mengangguk. Setelah sekretaris nya itu pergi dia duduk disofa bersebelahan dengan Kei yang terlelap dengan mulut yang sedikit terbuka. Ken menatap lekat\-lekat wajah wanita itu, ada sedikit ketertarikan dengan istri yang baru dinikahinya tadi pagi. Namun hati dan pikirannya tidak sinkron.

Hatinya memiliki sedikit ketertarikan tetapi pikirannya menolak keras. Ken mengusap wajahnya kasar, saat jiwa lelakinya muncul melihat Kei yang tidur disofa dengan badan telentang buah d*d* yang menonjol indah dan rok yang sedikit tersingkap. 'Oh,,,shitttt!!!' Ken mengumpat dalam hati. Dia berdiri dan berjalan kekamar mandi, membasuh muka dan menyegarkan pikiran mesum.

'Bisa-bisa kamu terbangun hanya dengan melihat seperti itu Ken!' dia menerutuki pikiran mesumnya.

"Mungkin karna sudah lama aku tidak melakukan itu, yah hanya karna itu! tidak mungkin aku tertarik dengan perempuan cacat itu!" Ken berbicara dengan bayangannya di cermin.

Ceklek...

Kei yang gerah dan ingin mandi langsung membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci dan langsung masuk. Sambil berjalan tadi dia sudah membuka setengah kancing bajunya, dia tidak tau bahwa Ken sudah datang dan berada dikamar mandi itu.

Mata Ken melotot ingin keluar saat melihat keadaan Kei didepannya, jiwa lelaki yang dengan susah payah ditidurkan tadi harus terbangun melihat pemandangan didepannya.

"Kau mau menggodaku!!" sentak Ken, meski hatinya menginginkan itu tetapi pikirannya menolak keras. Dia masih menjunjung tinggi gengsinya.

Kei tersadar dan sangat kaget melihat dikamar mandi sudah ada suaminya. Suami? ah, bukan lelaki bengis!.

Ken menatap lekat disatu obyek, saat tersadar Kei langsung menutup kemeja yang setengah terbuka itu dengan satu tangannya.

"Tu,tuan Ken! kenapa anda bisa ada disini? kapan tuan datang?" Kei bertanya, jantungnya berdebar tak karuan.

"Tidurmu sangat pulas sampai tidak mengetahui kedatanganku." jawab Ken.

"Maaf tuan, aku memang ketiduran tadi." tanpa menjawab, Ken berjalan melewati Kei yang berdiri disamping pintu. Dan kembali duduk disofa, 'Ken sadar, jangan sampai kamu tertarik dengan wanita itu.