Maura terpaksa menyetujui ajakan Elvano yang memintanya untuk melakukan pernikahan palsu setelah mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri.
Elvano sendiri adalah seorang pengusaha sukses yang masih betah menyendiri karena sedang menunggu kekasihnya kembali. Tekanan dari keluarga membuat Elvano terpaksa harus mengikat perjanjian dengan seorang gadis yang baru saja dikenalnya.
Apakah mereka mampu menjaga rahasia pernikahan palsu mereka, ataukah cinta sejati akan mengubah rencana mereka?
Simak kisahnya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 : Perjalanan bulan madu.
Rupanya Elvano tidak main-main dengan ucapannya kemarin, begitu pulang dia langsung mengatakan keinginannya yang ingin mempercepat perjalanan bulan madu mereka. Dan keinginan itu langsung mendapatkan persetujuan dari sang Oma.
Maura memasang wajah cemberut sepanjang perjalanan, merasa kesal dan kecewa dengan keputusan Elvano. Bukan karena bulan madu itu sendiri yang membuatnya kesal, tapi karena Elvano dengan tegas menolak rencana Oma Mia untuk berbulan madu di Paris, dan malah memilih pergi ke tempat terpencil dengan diantar seorang supir.
"Sampai kapan kamu akan mendiamkan aku seperti ini, Maura?" Elvano yang duduk di sebelahnya mencoba memecah keheningan, sudah sejak delapan jam perjalanan tapi Maura terus mendiamkannya.
"Jangan bertanya padaku, aku tidak akan menjawabnya!" Maura memalingkan wajahnya ke samping, menatap keluar kaca mobil masih dengan wajah kesal.
Elvano tersenyum melihat Maura yang masih memasang wajah cemberut. Dia mulai terbiasa dengan sikap gadis itu, bahkan merasa nyaman setiap kali berada di dekatnya. Kehadiran Maura memberinya rasa tenang, membuat hidupnya lebih berwarna.
"Bukankah kamu yang bilang akan menerima hukuman apapun saat di rumah sakit waktu itu, jadi anggap saja ini hukuman dariku."
Maura menoleh cepat, tatapannya sedikit melunak. "Ta-tapi apa yang akan kita lakukan ditempat terpencil seperti ini? Lalu kita akan menginap dimana nanti?"
"Jarak kurang dari satu kilometer dari sini ada hotel, asistenku sudah memesankan kamar untuk kita disana." jawab Elvano.
"Lagipula ini bukan tempat terpencil, kamu akan melihat pemandangan yang indah disini nanti. Dan aku yakin kamu akan menyukainya." imbuhnya meyakinkan.
Beberapa detik setelah selesai dengan kalimatnya, mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba mengerem mendadak, membuat Maura terdorong ke depan. Tangan Elvano dengan cepat melingkar di sekitar tubuh Maura dan menarik Maura ke arahnya hingga tubuh Maura masuk ke dalam dekapannya.
Sesaat Maura tertegun, dia bahkan bisa mendengar dengan jelas detak jantung Elvano yang berdetak sangat kencang saat kepalanya menyender di dada pria itu. Sama seperti dirinya, saat ini jantungnya pun berdetak kencang, entah karena kaget atau karena sesuatu yang lain.
"Maaf, Tuan, saya akan cek keluar."
Supir itu keluar untuk mengecek mobilnya, meninggalkan Maura dan Elvano berdua masih dengan posisi berpelukan. Sejenak mereka bertahan dengan posisinya.
"Kenapa aku merasa pelukan ini begitu nyaman."
Maura menarik tubuhnya kembali ke posisi semula, namun pandangannya bertemu dengan mata Elvano. Elvano menatapnya dengan teduh, penuh perhatian, dan hangat. Mereka saling menatap dalam diam, seolah-olah waktu berhenti sejenak.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Elvano dengan suara lembut penuh kekhawatiran.
"Ah, aku..." Maura menundukkan kepala sebentar, lalu kepalanya kembali terangkat dengan senyuman tipis diwajah. "Aku baik-baik saja, mobilnya kenapa?"
"Kamu tunggu sini, aku akan cek keluar,"
Maura menganggukkan kepala, dia menghela napas lega begitu melihat Elvano sudah turun dari dalam mobil. Punggungnya menyandar pada jok dengan kepala sedikit menengadah, akhir-akhir ini Maura sering merasa napasnya mendadak sesak setiap kali berdekatan dengan Elvano.
Elvano menghampiri supirnya yang sedang berjongkok di depan ban mobil depan. "Ada masalah apa?"
Supir itu berdiri sebelum menjawab, "Ada paku besar yang menancap di ban mobil, Tuan." suaranya terdengar serius, dan Elvano bisa melihat kekhawatiran di wajahnya.
Elvano memperhatikan ban mobil yang kempis, lalu melihat paku yang menancap di sana. "Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Elvano, suaranya tetap tenang namun ada sedikit nada penasaran.
Supir itu menggelengkan kepala, "Saya tidak tahu, Tuan. Mungkin karena jalan yang rusak atau ada yang sengaja meletakkannya di jalan."
Elvano mengangguk, pikirannya mulai memikirkan sesuatu dengan pandangan yang menatap ke sekeliling. Pandangannya kini beralih pada Maura yang masih duduk di dalam mobil, Elvano memutuskan untuk mengajak Maura berjalan kaki menuju hotel yang letaknya tidak terlalu jauh karena saat ini mereka tidak mungkin melanjutkan perjalanan dengan mobil yang ban-nya kempis.
"Maura, kita jalan kaki saja ke hotel," kata Elvano sambil membuka pintu mobil sedikit lebih lebar.
Maura terkesiap, matanya melebar, "Apa? Jalan kaki?"
"Tidak apa-apa, hotelnya tidak terlalu jauh," kata Elvano sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Maura.
Maura memandangi tangan Elvano yang kini terulur padanya. Dalam benaknya, Maura berfikir jika ini bukanlah acara bulan madu seperti yang dia impi-impikan, namun melihat kesungguhan dan ketulusan yang terpancar dari mata Elvano, hatinya sedikit melunak.
Mereka berjalan beriringan, menikmati pemandangan sekitar dalam diam. Langit berwarna jingga dan ungu, menandakan bahwa hari sudah hampir gelap. Suasana di sekitar mereka begitu indah, dengan pepohonan yang rindang dan bunga-bunga yang mulai mekar. Udara sore yang sejuk dan segar membuat mereka merasa lebih nyaman dan rileks.
"Ini bulan madu atau penyiksaan," ucap Maura setengah berbisik, namun cukup terdengar jelas di telinga Elvano.
"Kamu lelah? Mau aku gendong?" tawar Elvano.
"Ah, tidak!" jawab Maura cepat. "Aku bilang seperti itu bukan berarti aku sedang mengeluh, aku hanya mengutarakan apa yang ingin aku sampaikan, itu saja."
"Tapi aku tidak keberatan jika kamu mau aku gendong." Elvano menyembunyikan senyum jahilnya.
"Tidak! Jangan harap kamu bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan selama kita pergi berbulan madu!"
Maura berjalan cepat lebih dulu dengan diikuti oleh Elvano dibelakangnya. Begitu tiba di hotel, Elvano dan Maura langsung disambut oleh petugas hotel yang ramah. Petugas hotel kemudian mengantar mereka ke kamar yang sudah dipesan oleh Asisten Ryan sebelumnya.
Sesampainya didalam kamar, petugas hotel menyerahkan kunci kamar dan memberikan informasi tentang fasilitas hotel sebelum pamit.
Kamar hotel yang luas dan elegan membuat Maura merasa terkesan. "Kamarnya sangat bagus," kata Maura sambil memandang sekeliling.
Maura berlari ke balkon, menyaksikan pemandangan matahari tenggelam dari sana. Elvano berdiri di sampingnya, dia tersenyum melihat ekspresi kagum dan bahagia diwajah Maura.
"Kamu suka pemandangan sini?" tanya Elvano.
Maura mengangguk sembari tersenyum, "Ya, aku suka. Ini sangat indah. Aku bisa melihat kota dari sini."
Elvano tersenyum, "Aku senang kamu suka."
Dia mendekat, berdiri di belakang Maura dengan kedua tangan yang diletakkan di pagar balkon untuk mengunci tubuh gadis itu. Maura merasa napasnya terasa berat saat Elvano berdiri di belakangnya. Dia bisa merasakan hangatnya napas Elvano di dekat telinganya, membuatnya merasa sedikit tidak nyaman dengan posisi mereka berdiri sekarang.
Elvano mendekatkan bibirnya ke telinga Maura dan berkata dengan suara pelan dan lembut. "Kamu tahu kan apa tujuan pasangan yang pergi berbulan madu? Itu agar hubungan mereka semakin intim."
Kedua matanya membulat, Maura menoleh kesamping dengan cepat, "Heuh, maksudnya?"
...
...
...
Bersambung...
semua perbuatan yg dipilih ada yg harus dipertanggungjawabkan bukan?
itu jalan yg lu pilih
nikmati aja😏
..pertama dan terakhir😏😏😏
emang kenapa?
kepo deh🤣🤣
mau gak?
🤣🤣
up lagi Thor 😭😭
semangat Thor updatetan ya
selalu ditunggu
mudah mudahan terjadi yg diinginkan 🤣🤣
keguguran ni jgn jgn alesannya