Heera Zanita. Besar disebuah panti asuhan di mana dia tidak tahu siapa orang tuanya. Nama hanya satu-satunya identitas yang dia miliki saat ini. Dengan riwayat sekolah sekedarnya, Heera bekerja disebuah perusahaan jasa bersih-bersih rumah.
Disaat teman-teman senasibnya bahagia karena di adopsi oleh keluarga. Heera sama sekali tidak menginginkannya, dia hanya ingin fokus pada hidupnya.
Mencari orang tua kandungnya. Heera tidak meminta keluarga yang utuh. Dia hanya ingin tahu alasannya dibuang dan tidak diinginkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Fauziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun karena aku akan membantu Eni memasak. Bukan berarti sudah ada Eni aku terus lepas tangan. Sebelum ini aku mengerjakan semuanya sendiri. Lagi pula, aku juga tidak memiliki kesibukan lain.
Sementara Mada sudah keluar untuk olahraga pagi. Eni sudah menyiapkan bahan-bahan untuk masak pagi ini. Aku melihat ke ruang TV dan yang lain. Belum ada tanda-tanda kehidupan dari Leona.
"Cari Nona Leona ya, Non?"
Aku mengangguk.
"Dia masih tidur, Non."
"Ooh."
"Non. Kok Non Heera ngebolehin wanita lain tinggal di sini?"
"Keputusan Mada. Aku hanya ikut."
"Kok Non Heera mau. Padahal jelas Nona Leona itu mau rebut Tuan Mada."
Aku tersenyum. Seorang asisten rumah tangga saja peka dengan hal ini. Namun, aku tetaplah pemenangnya. Aku adalah ratu di sini, aku yang memiliki hak atas Mada dan apartemen ini. Jadi, aku tidak boleh menyerah hanya karena seorang Leona.
Sarapan sudah siap. Aku duduk sembari menunggu Mada selesai olahraga. Aku membuka ponsel, ternyata ada pesan dari Indah.
[ Pak Anton setuju. Kamu bisa datang nanti.]
[ Siap. Terima kasih bantuannya Indah. ]
[ Sama-sama. ]
Mada sudah duduk di kursinya. Aku menyiapkan sarapan itu dengan senyum yang lebar.
"Ada apa? Kamu terlihat berbeda."
"Aku mau bekerja lagi. Di Home Clean."
"Tidak."
Mada langsung tidak setuju saat aku mengatakannya.
"Kenapa?" aku harus tahu alasan kenapa Mada tidak membolehkan aku kerja.
"Aku tidak mau kamu ditindas oleh siapapun. Lagi pula aku masih sanggup menghidupi dirimu."
"Aku tidak akan ditindas. Aku bekerja hanya karena tidak ingin dianggap remeh hanya mengandalkan kamu."
"Baiklah, janji jangan diam saja saat ada yang menindasmu. Ada aku di sini, kamu tidak sendiri lagi."
"Janji."
Sukses juga meminta izin bekerja. Setelah sarapan, aku dan Mada sibuk dengan kegiatan kami. Di mana Mada bersiap ke perusahaan dan aku akan berangkat ke Home Clean.
Semua sudah siap, hari ini Mada akan mengantarkan aku lebih dulu. Jadi, kami keluar bersama. Baru saja turun Leona keluar dari kamarnya. Wajahnya belum dicuci, jelas terlihat karena dia masih mencoba beradaptasi dengan cahaya.
"Kalian mau kemana?"
"Kerja."
Aku dan Mada menjawab bersama.
"Kak Mada. Kamu sudah janji mau membawaku."
"Kau akan di jemput Anton nanti. Jika menunggumu, aku akan terlambat."
"Kak Mada!"
Kenapa bisa Leona sebebas itu. Memang benar dia dari keluarga kaya dan punya segalanya. Hanya saja aku tidak menyangka jika dia tidak memiliki etika seperti itu. Bagaimana bisa dulu Mada mencintainya. Aku tidak habis fikir rasanya.
*.*.*.*
Sampai di Home Clean. Perusahaan itu masih sama. Yang membedakan adalah aku, dulu aku datang dengan seragam Home Clean dan langsung melihat jadwal bekerja. Sekarang, aku datang dengan pakaian kantor dan duduk di mejaku. Di mana aku yang akan mengatur jadwal itu.
Aku masuk dan langsung mendapat sambutan hangat dari Indah. Dia membawaku ke ruangan Pak Anton di mana pria itu tengah sibuk dengan laptopnya. Aku menoleh pada Indah.
"Pagi, Pak."
"Pagi. Kalian bisa duduk dulu."
Tidak lama Pak Anton berpindah duduk di seberang aku dan Indah. Pak Anton langsung memberikan sebuah dokumen padaku.
"Jika kamu setuju silahkan tanda tangan."
"Saya diterima, Pak?"
"Iya, tapi pelatihan satu minggu dulu dengan Indah."
"Baik, Pak. Saya akan bimbing Heera dengan baik."
Tanda tangan itu aku langsung bubuhkan. Jika dibanding uang bulanan yang diberikan Mada tentu tidak setara. Hanya saja, dengan bekerja aku jadi memiliki teman dan tidak kesepian seperti saat di apartemen sendiri.
Hari ini aku mulai belajar memasukkan data dan menghafal beberapa karyawan. Aku tidak menyangka hanya beberapa bulan aku berhenti tapi karyawan meningkat pesat. Kata Indah, banyak orang yang menggunakan jasa kita. Jadi, Pak Anton menambah karyawan lagi.
Indah juga tidak jadi berhenti jadi Admin. Pak Anton setuju menaikkan gajinya. Kini, di kantor Home Clean ada empat admin. Aku, Indah, Rizal, dan satu lagi Amel.
Setelah berkenalan dan berbasa-basi sebentar. Aku kembali belajar. Indah dengan sabar mengajarkan semua hal yang sudah dia tahu.
Sebagai admin kami mengatur jadwal untuk dua puluh orang setiap harinya. Bahkan ada juga jadwal yang sampai keluar kota. Indah meminta aku tetap fokus saat bekerja, karena salah mengatur jadwal akan membuat semuanya kacau dalam sehari.
"Sudah waktunya makan siang. Ayo kita makan di kantin saja," kata Indah.
"Baik. Ayo."
Setelah memesan makanan aku dan Indah duduk di sebuah meja. Tidak lama Amel dan Rizal bergabung juga. Kami bertukar cerita satu sama lain. Ternyata semenyenangkan ini memiliki teman.
Saat aku bekerja sebagai tukang bersih-bersih. Aku tidak memiliki teman. Datang, tanya jadwal pada Indah dan bekerja. Setelah itu pulang istirahat. Hari-hariku hanya seperti itu.
[ Sudah makan siang belum? Mau makan siang bersama? ]
[ Maaf, aku sedang makan dengan teman-temanku. ]
Aku tidak tahu jika Mada akan mengajakku makan siang. Jika tahu, pasti aku akan menolak makan malam dengan Indah dan yang lain.
[ Tidak apa. Aku akan makan siang dengan Aron. Nanti aku jemput. ]
[ Baiklah. Aku pulang jam empat. ]
Iseng aku membuka sosial media yang sudah lama tidak aku pakai. Tidak aku sangka aku sudah berteman dengan Mada. Entah sejak kapan Mada tahu akan diriku, tapi aku buta dengannya.
Aku melihat isi sosial media Mada. Banyak foto, tapi semuanya tentang pekerjaan. Bahkan banyak foto yang ditandai bukan Mada yang mengunggahnya sendiri. Bahkan foto pertunangan Mada dan Elvi juga ada di sana.
Aku mencoba tidak tetap tenang, itu hanya jejak digital yang dimiliki Mada. Bahkan Mada mungkin tidak memperhatikannya.
Sampai di postingan terbaru. Akun bernama Rana_Leona menambahkan sebuah foto dengan Mada. Sebuah foto makanan namun dengan caption makan berdua dengan cinta masa kecilku. Bukan hanya foto itu saja ternyata, banyak sekali Leona menambahkan foto dan menandai Mada selama ini.
Brak!
Tanpa sadar aku menggebrak meja dengan kasar. Amel, Indah, juga Rizal langsung menoleh padaku.
"Maaf," lirihku.
"Ada apa?"
"Tidak. Aku hanya kaget saja."
"Oooh," ucap mereka bersamaan sementara aku tersenyum canggung.
Leona benar-benar membuatku kesal. Namun, aku tidak bisa meluapkannya begitu saja. Aku harus tenang, lagi pula Mada terus memihak padaku. Aku harus percaya pada suamiku. Jangan hanya karena sebuah postingan aku dan Mada sampai bertengkar.
Memang tidak seharusnya aku bermain media sosial. Saat aku tidak melakukannya, aku merasa damai. Sekarang, aku merasa kesal karena semuanya.
Setelah merasa lebih tenang aku mulai kembali untuk belajar dengan Indah. Aku harus fokus, dengan baik hati Pak Anton menerimaku kembali. Jangan sampai aku menyia-nyiakan kesempatan ini.