Stuck With Mr. Dominic

Setelah membuat kerusuhan yang luar biasa di rumah sakit, Jeriko mengajak Valeri pergi dari sana. Jeriko bahkan memberikan ancaman kepada kepala rumah sakit itu akan melaporkan kejadian ini ke media jika kepala rumah sakit tidak melakukan pekerjaannya dengan benar. Dan Jeriko juga sudah mengancam polisi yang seharusnya bertugas menjaga Viviane. Viviane masih berstatus saksi, dan bagaimana bisa dia berada di ruangan itu tanpa penjagaan sama sekali.

Setelah suasana tegang di mobil selama perjalanan, akhirnya mereka sampai di mansion megah milik pria itu. Ya, Jeriko memilih membawa Valeri pulang ke mansionnya alih-alih ke apartemen. Dia sudah menyuruh Frank dan Frisca pulang setelah mengancam akan menghukum keduanya karena tak becus menjaga Valeri. Bagaimana bisa penata rias yang bertugas memoles wajah Valeri adalah seorang penyusup dan tak ada yang mengetahuinya.

Setelah sampai di mansionnya, Valeri tampak ternganga dengan kemewahan itu. Mansion itu terdiri dari tiga lantai dengan halaman yang sangat luas, bahkan ada taman bunga mawar yang begitu terawat dan indah. Valeri masuk dan seorang pelayan langsung menyambutnya. Wanita paruh baya begitu ramah saat melihatnya masuk.

“Selamat datang tuan, nona”

Jeriko mengangguk kecil, “Zoe, dia adalah Maggie, kepala pelayan disini. Untuk sementara waktu kamu akan tinggal disini bersamaku, dan Maggie akan membantumu”

Valeri mengangguk dan mengulurkan tangannya, “Perkenalkan, aku Valeri. Maaf bila aku akan merepotkanmu bibi”

Maggie tersenyum lembut, “Panggil saja Maggie nona. Saya sudah menyiapkan kamar anda”

Valeri mengangguk, matanya melirik Jeriko yang masih berusaha mengontrol emosinya. Valeri berjalan mengikuti Maggie yang membawanya lantai dua mansion itu. Maggie membukakan sebuah kamar dan mempersilahkan Valeri masuk. Setelahnya Maggie memilih meninggalkan Valeri sendiri.

Valeri langsung berjalan ke meja rias dan memperhatikan wajahnya disana. Kepalanya masih sedikit perih akibat jambakan yang dilakukan Viviane tadi. Dan pipinya masih terasa nyeri. Tangannya naik dan mengusap pelan pipinya yang tampak masih memerah karena tamparan itu.

Tok… tok… tok…

Valeri menoleh dan melihat Jeriko membuka pintu perlahan. Dia masuk dengan membawa baskom di tangannya. Jeriko meletakkan baskom yang ternyata berisi es batu itu di meja rias, lalu berjongkok di depan Valeri.

Tangannya menyibak lembut rambut yang menutup wajah Valeri dan menyelipkannya di belakang telinga Valeri. Valeri masih menatap Jeriko, dan Jeriko langsung mendekat dan mengecup pipi Valeri.

“Masih sakit?” tanyanya pelan

Valeri tersenyum tipis dan mengangguk, “Perih”

Jeriko menghembuskan nafasnya dan menarik lembut tangan Valeri dan mengajaknya berpindah duduk di ranjang. Tangan yang lain membawa baskom yang tadi dia bawa masuk. Jeriko meletakkan es batu ke dalam handuk kecil yang dia bawa lalu dengan perlahan mengompresnya ke pipi mulus Valeri. Valeri meringis pelan saat handuk dingin itu menyentuh lukanya.

“Apa yang dia katakan, lupakan. Viviane itu wanita gila yang menuruti kemauan gila si Arthur. Mereka berdua sama-sama memiliki kelainan seksual. Jadi mereka saling menikmati dengan kondisi yang ada. Bagi Viviane, disiksa seperti itu bukanlah sesuatu yang menyakitkan saja, tapi juga menciptakan sebuah kenikmatan. Jadi jangan berpikir untuk mengasihaninya!” ucap Jeriko sambil terus mengompres pipi Valeri

Valeri menghembuskan nafasnya lalu mengangguk, “Aku bersyukur masih hidup dan tak tersentuh sekarang. Bagaimana jika dia melakukan hal yang sama padaku!”

“Ahh… Sshh” desis Valeri saat Jeriko menekannya agak sedikit keras

“Maaf” ucapnya sambil meniup pipi Valeri

“Sudahlah jangan pikirkan apapun sekarang” ucap Jeriko

“Viviane mengatakan bahwa mendekatiku adalah salah satu syarat yang diberikan oleh seseorang pada Arthur. Bukankah itu artinya ada yang sengaja mengincarku Iko?” tanya Valeri

Jeriko menghentikan gerakannya dan menarik Valeri ke dalam pelukannya. Membiarkan Valeri menyamankan dirinya bersandar di dadanya. Tangan Jeriko mengusap lembut lengan Valeri, mencoba menenangkan kegelisahan yang tiba-tiba menyeruak dan begitu kentara dari raut wajah cantik wanita di pelukannya ini.

“Hmm\, aku baru mendapatkan informasi ada yang membantu Arthur. Sehingga baj*ngan itu akan mendapatkan keringanan atas semua pekerjaan keji nya. Bahkan Viviane menarik tuntutannya dengan alasan mereka melakukan karena suka sama suka. Aku belum menemukan siapa baji*gan di balik Arthur\, tapi aku berjanji akan menemukannya sayang. Jadi bersabarlah. Itu sebabnya untuk sementara waktu\, tinggalah di mansion ini. Karena disini penjagaan jauh lebih ketat dari apartemen tempatmu tinggal. CCTV disini diawasi 24 jam. Jadi semua aman” ucap Jeriko menenangkan

Valeri mengangguk di dada Jeriko. Lalu perlahan Valeri mengangkat kepalanya dan menatap mata Jeriko, dan dengan bibir tersenyum dia mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut bibir Jeriko. Dan Jeriko jelas membalas lumatan itu dengan sama lembutnya.

“Terima kasih” bisik Valeri

***

Sementara itu jauh di Indonesia, Jemima sudah siap untuk juga memulai aksinya. Dia sedang bersiap di kamarnya di keluarga Dominic dengan di bantu dua asisten untuk menata rambut dan merias wajahnya. Dia sengaja tak mengenakan pakaian mahal yang terpajang memenuhi lemari pakaiannya. Namun dia mengenakan pakaian lamanya yang dia bawa sepulang dari rumah pamannya di Banjarmasin.

Dia memilih mengenakan kemeja berwarna biru laut dan celana jeans panjang. Tanpa aksesoris apapun, hanya mengenakan sebuah kalung dengan liontin berupa lambang keluarga Dominic. Bezalel yang memasangkan sendiri di leher puteri tercintanya itu. Dan Jemima tak berniat melepaskannya sama sekali.

Dia benar-benar adalah puteri Bezalel dan Bella, karena untuk menerima semuanya dan mengantisipasi dia tidak mengalami sakit hati, Jemima mengajukan keinginan untuk melakukan tes DNA secara sadar di tempat yang bisa dia percaya. Dan Bezalel setuju, dia juga setuju untuk membiayai seluruhnya. Dan hasilnya sudah keluar beberapa hari lalu, bahwa dia memang adalah puteri Bezalel dan Bella. Itu yang membuatnya begitu lega dan percaya diri.

Pintu kamarnya diketuk, dan kepala Jerome sudah muncul di balik pintu. Jemima langsung tersenyum menyambut kakaknya. Dia sudah siap, lantas meminta kedua pelayannya pergi, dan dia bangkit berdiri lalu mengambil tas lamanya. Lalu menghampiri kakaknya.

“Sudah siap?” tanya Jerome

Jemima mengangguk, “Apakah ini akan berhasil? Bagaimana jika mereka tidak sedang bersama kak?”

Jerome tersenyum smirk, “Aku tak akan membuatmu kecewa adikku! Tapi harus kuperingatkan, kau mungkin akan merasa jijik nanti. Jadi kumohon bertahanlah!”

Jemima menghembuskan nafasnya, dia tau apa maksud kakaknya itu. Jerome sudah mengatur agar malam ini Reynhard dan adik tiri Jemima, Fiona Prayoga akan bermalam di villa pribadi milik Reyhanrd di puncak. Dan ceritanya adalah Jemima akan menggrebek mereka.

“Permata tak pernah bisa ditutupi oleh apapun. Selamanya permata akan tetap bersinar!” ucap Jerome tiba-tiba

Jemima mengangkat alisnya, “Apa maksudnya itu?”

“Seorang Dominic, meskipun menggunakan pakaian murah begitu tetap akan bersinar! You know, you look so amazing!” ucapnya sambil mengecup pipi adiknya

Jemima terkekeh, “Apakah kau memang suka membual kak! Dasar!”

Jerome merangkul bahu adiknya dan membawanya turun ke ruang keluarga, dimana Nathanael Finn Alexander, sepupu mereka juga Josavat adik mereka sudah menunggu. Finn kali ini akan terlibat membantu Jemima melaksanakan misinya. Ya, Finn memang sekarang yang menjabat sebagai CEO di PT Domica Perkasa, setelah Jeriko memilih mengundurkan diri dan mengambil alih Dom securitas dan mengembangkannya sampai ke taraf Internasional.

Jemima langsung tersenyum lebar setelah menuruni tangga dan memeluk ayah dan ibunya yang sedang berbincang dengan Finn. Bezalel terkekeh dan mengusap lembut kepala Jemima. Yah, kasih sayang yang selama ini dia bendung kini berusaha Bezalel curahkan sebanyak yang dia bisa pada puterinya.

“Aku akan pergi dad. Doakan aku ya!” ucapnya

Bezalel terkekeh, “Kau seperti hendak berperang baby girl!”

Jemima tersenyum lebar, dia menyukai senyuman ayahnya. Dia menyukai semua tentang Bezalel Dominic. Entah bagaimana, saat ini hanya ada Bezalel Dominic yang akan dia kagumi.

“Aku pergi dad” ucap Jemima

Bezalel mengangguk dan mencium kening puterinya, “Jangan khawatirkan apapun! Jika kau sudah mulai muak dengan permainan ini, katakan. Daddy sendiri akan mengakhirinya, hmm?!”

Jemima mengangguk. Lalu dia membalik tubuhnya dan menerima pelukan ibunya, Jemima juga mencium pipi ibunya sebelum dia melangkah keluar dan masuk ke mobil. Mereka berada dalam satu mobil yang sama dengan Josavat yang mengemudi dan Jerome duduk di sampingnya. Dan di belakang, Jemima duduk bersama dengan Finn.