Sinopsis:
Putri dan Yogantara, pasangan muda yang sukses dan bahagia. Mereka bekerja keras untuk memajukan bisnis mereka, Putri dengan supermarket pribadinya dan Yogantara sebagai fotografer profesional. Namun, di balik kesuksesan mereka, terdapat kekuatan yang dapat menghancurkan kebahagiaan mereka.
Brian, karyawan Putri yang terlihat baik dan setia, ternyata menyembunyikan niat jahat. Ia bermain api dengan Putri secara diam-diam, memanfaatkan kepercayaan Putri. Sementara itu, Putri mulai merasa tidak puas dengan Yogantara dan mencoba menuduhnya dengan membabi buta.
Keretakan dalam rumah tangga mereka mulai terjadi. Yogantara yang merasa tidak bersalah, menjadi bingung dan sakit hati. Ia berusaha untuk memahami apa yang terjadi, namun Putri semakin menjauhkan diri.
Apakah cinta mereka dapat bertahan dari ujian ini? Ataukah keretakan dalam rumah tangga mereka akan menjadi awal dari akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thukul/maryoto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Prayogo & Japra
Semakin Di biarkan ternyata Penambangan PT Tirta handayani Sejahtera semakin ngawur, tak bisa jaga lingkungan. semua lingkungan tercemar,aturan semrawut tak karuhan,Perusahan lagi tidak baik baik saja.selama 1 tahun beroprasi belum juga dapat hasil. Koh Ferdinan pun merasa pusing, Japra yang di percaya untuk menghendel proyek juga tak bisa di andalkan. biasa preman masuk proyek, semua hancur.. koh Ferdinan sudah habis banyak tapi belum ada progres.
Koh Ferdinan duduk di kantornya, memandang ke luar jendela dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Ia merasa sangat pusing dengan situasi yang terjadi di PT Tirta Handayani Sejahtera.
Koh Ferdinan duduk di kantornya, memandang ke luar jendela dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Ia merasa sangat pusing dengan situasi yang terjadi di PT Tirta Handayani Sejahtera.
Penambangan yang seharusnya menjadi sumber pendapatan yang besar, malah menjadi bencana lingkungan. Semua lingkungan tercemar, aturan semrawut tak karuhan, dan perusahaan tidak baik-baik saja. Berbagai kritik dan Aduan ke pemda pun pada di lakukan oleh para LSM peduli lingkungan karna ketidak nyamanan proyek tambang tersebut.
Selama 1 tahun beroperasi, belum juga ada hasil yang signifikan. Koh Ferdinan sudah habis banyak uang untuk membiayai proyek ini, tapi belum ada progres yang berarti.
Japra, orang yang dipercayakan untuk menghandle proyek ini, juga tidak bisa diandalkan. Ia lebih banyak berurusan dengan preman dan tidak memiliki kemampuan untuk mengelola proyek dengan baik.
Koh Ferdinan merasa sangat kecewa dan frustrasi. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki situasi ini. Ia hanya bisa berharap bahwa ada solusi yang bisa ditemukan sebelum semuanya menjadi terlambat.
Lalu tangan putih Koh ferdinan Mengambil ponsel yang tergeletak di meja kerjanya.
setelah memilih dan scroll kontak Ketemulah kontak bernama Japra.
jempolnya pun memencet tombol panggilan Dan.
"Tut.tuut.tuuuut" Ponsel Berdering.
Halo selamat siang Bos" Suara Di Sebrang Sana.
tanpa basa basi koh Ferdinan pun menjawab.
"Kamu sekarang Menghadap Saya.!"
tanpa menunggu jawaban dari Japra ponsel Koh ferdinan pun di putus dan di matikan.
Lalu koh Ferdinan pun kembali Duduk di Kursi kerjanya yang mewah.
Sambil menghisap Rokok dan memainkan ponselnya di tangan,Koh Ferdinan pun menunggu kedatangan Japra.
Satu jam berselang, Pintu Ruang kerja koh Ferdinan Pun Di ketuk.
".tok.tok.tok.".
"Masuk.!" Perintah Ferdinan Singkat.
Japra masuk ke kantor Koh Ferdinan dengan wajah yang santai dan percaya diri. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran atau kecemasan, meskipun ia tahu bahwa Koh Ferdinan sedang marah.
"Duduk!." Peruntah Ferdinan.
Lalu Japra Pun Duduk di balik meja kebesaranNya.
"Japra, apa yang terjadi dengan proyek tambang uranium ini?" tanya Koh Ferdinan dengan nada yang keras.
Japra tersenyum dan menjawab, "Oke, bos. Beres. Lancar. Proyek tak ada kendala."
Koh Ferdinan mengangkat alisnya dan bertanya lagi, "Apa yang kamu maksud dengan 'lancar'? Apa yang sudah kamu capai dalam proyek ini?"
Japra tetap tersenyum dan menjawab, "Semua lancar, bos. Tidak ada masalah."
Koh Ferdinan merasa frustrasi dengan jawaban Japra yang tidak jelas dan tidak memuaskan. Ia tahu bahwa Japra tidak memiliki kemampuan untuk mengelola proyek ini, dan bahwa ia hanya mengandalkan kekuatan fisik dan pengaruhnya sebagai preman.
"Japra, aku tidak percaya kamu," kata Koh Ferdinan dengan nada yang keras. "Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam proyek ini. Beritahu aku yang sebenarnya!"
Japra masih tersenyum dan bersikukuh bahwa proyeknya lancar, meskipun Koh Ferdinan sudah menunjukkan tanda-tanda kekesalan dan ketidakpercayaan.
"Bos, aku janji, proyeknya lancar. Tidak ada masalah," kata Japra dengan nada yang santai.
Koh Ferdinan menghela napas dan memandang Japra dengan mata yang tajam. "Japra, aku tidak percaya kamu. Aku ingin melihat laporan proyeknya sendiri. Berikan aku laporan terbaru!"
Japra terlihat sedikit terkejut, tapi ia masih mencoba untuk menyembunyikan kebenaran.
"Bos, aku... aku tidak membawa laporan terbaru. Tapi aku bisa membuatkan laporan baru untuk bos."
Koh Ferdinan mengangkat alisnya dan bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa laporan terbaru? Apa yang kamu sembunyikan, Japra?"
Japra masih berkelit dan mencoba untuk mengalihkan perhatian Koh Ferdinan. Ia menggunakan semua trik dan strategi yang ia miliki sebagai preman untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak nyaman.
"Boss, aku tidak mengerti apa yang boss maksud. Aku sudah menjelaskan bahwa proyeknya lancar," kata Japra dengan nada yang santai.
Koh Ferdinan menghela napas dan memandang Japra dengan mata yang tajam. "Japra, aku tidak percaya kamu. Aku tahu kamu berbohong. Kamu tidak bisa mengelabui aku dengan trik-trikmu sebagai preman."
Japra masih mencoba untuk berkelit, tapi Koh Ferdinan sudah tidak sabar lagi. Ia memutuskan untuk mengambil tindakan yang lebih keras untuk mengetahui kebenaran tentang proyeknya.
Japra terlihat sedikit terkejut dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ia mencoba untuk berkelit lagi, tapi Koh Ferdinan sudah tidak sabar lagi.
"Modal di sana sudah hampir satu trilyun, sampai sekarang belum ada hasil, yang lancar apanya?" tanya Koh Ferdinan lagi, dengan nada yang lebih keras.
"Belum lagi para penggiat lingkungan,para LSM,pada bersuara, mereka protes ke Pemda,Lingkungan Sangat tercemar, tak ada hasil,kamu bisa bisanya ngomong lancar"
Japra terlihat tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya bisa memandang Koh Ferdinan dengan mata yang kosong, tidak bisa berbicara.
Koh Ferdinan merasa sangat marah dan kecewa. Ia merasa bahwa Japra telah membohonginya dan tidak bisa dipercaya lagi.
"Aku sangat Kecewa sama kamu Pra, ku kira kamu itu lihai dalam berbisnis dan Berpola,ternyata kamu itu tak jauh beda sama preman kampung yang biasa nongkrong di pos kampling."
"Kamu itu terlalu banyak omong, Proyek rarusan Milyar kau anggap sepele, kamu memang tak bisa di percaya pra."
"Japra, kamu telah membohongi aku! Kamu tidak bisa dipercaya lagi! Aku akan mengambil tindakan yang lebih keras untuk mengetahui kebenaran tentang proyek ini, Kalau perlu akan Ku ganti semuanya.!" kata Koh Ferdinan dengan nada yang sangat keras.
Lalu Koh Ferdinan mengambil Surat Di Laci kerjanya lalu di lempar depan Japra
Japra terlihat sangat terkejut dan khawatir ketika Koh Ferdinan mengeluarkan perintah tersebut. Ia tahu bahwa SP1 (Surat Peringatan 1) adalah langkah awal sebelum dipecat atau didemosi.
"Japra, kamu memiliki waktu 1 bulan untuk melakukan evaluasi dan memberikan angin segar bagi perusahaan. Jika kamu tidak bisa melakukannya, maka kamu akan dipecat dan digantikan oleh orang lain," kata Koh Ferdinan dengan nada yang tegas.
Japra merasa sangat tertekan dan khawatir tentang masa depannya. Ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan karirnya dan mempertahankan posisinya di perusahaan.
"Baik, bos. Saya akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi target dan mempertahankan posisi saya," kata Japra dengan nada yang berusaha untuk meyakinkan.
Koh Ferdinan memandang Japra dengan mata yang tajam dan berkata, "Saya harap kamu bisa melakukannya, Japra. Jika tidak, maka kamu akan menghadapi konsekuensi yang tidak enak."
Japra merasa sangat ketakutan dan khawatir tentang kemungkinan dipecat atau didemosi. Ia tahu bahwa ia adalah orang nomor 1 di proyek penambangan uranium yang bekerja sama dengan perusahaan besar Haji Bambang.
Jika ia dipecat atau didemosi, maka reputasinya akan rusak dan ia akan kehilangan kepercayaan dari Koh Ferdinan dan perusahaan lainnya. Japra juga khawatir tentang masa depannya dan bagaimana ia akan mempertahankan gaya hidupnya yang mewah.
"Kalau saya di pecat,pasti karir ku redub,paling paling hanya pengondisi parkir liar,yang hanya Receh, Aku harus Bisa" batin Japra.
Ia merasa bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk mempertahankan posisinya dan menyelamatkan karirnya. Japra memutuskan untuk melakukan segala cara untuk memenuhi target dan mempertahankan kepercayaan dari Koh Ferdian dan perusahaan Sekutu lainnya.
Dengan wajah yang penuh kekhawatiran dan ketakutan, Japra berjanji kepada dirinya sendiri untuk melakukan yang terbaik dan mempertahankan posisinya sebagai orang nomor 1 di proyek penambangan uranium. Masalah Preman untuk saat ini perlu Di kesampingkan.
********
Japra merasa semakin tertekan dan khawatir ketika ia mendengar bahwa pihak Haji Bambang sudah berulang kali melakukan protes ke PT Tirta Handayani. Ia tahu bahwa perusahaan Haji Bambang adalah salah satu investor utama di proyek penambangan uranium tersebut.
Tenggang waktu sebulan yang diberikan oleh perusahaan Haji Bambang untuk merevolusi dan merubah pola kerja PT Tirta Handayani membuat Japra merasa semakin terdesak. Ia tahu bahwa jika PT Tirta Handayani tidak bisa memenuhi ekspektasi perusahaan Haji Bambang, maka kontrak kerja sama mereka akan diputus.
Japra merasa bahwa ia harus melakukan sesuatu yang drastis untuk menyelamatkan proyek tersebut. Ia memutuskan untuk mengadakan pertemuan darurat dengan tim manajemen PT Tirta Handayani untuk membahas strategi dan solusi untuk memenuhi ekspektasi perusahaan Haji Bambang.
Dengan wajah yang penuh kekhawatiran dan ketakutan, Japra memulai pertemuan darurat tersebut, berharap bahwa mereka bisa menemukan solusi yang tepat untuk menyelamatkan proyek tersebut.
Ketika Japra sedang Memimpin di kantornya, Ia merasa kuwalahan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan proyek penambangan uranium tersebut.Para timnya pun merasa pusing dan frustasi dengan kejadian ini. Dari pagi Sampai menjelang Siang belum Ada terobosan Solusi yang jitu untuk melakukan Pembenahan Menegemen Perusahaan yang menyangkut Proyek itu.
Tiba-tiba, sekretarisnya masuk dan memberitahu bahwa ada orang yang ingin bertemu dengannya.
"Maaf Bapak, Tim monitoring, Supervisi Dan Auditor Datang kesini bapak".
"Siapa?" tanya Japra dengan nada yang tidak sabar.
"Namanya Pak Prayogo, Pak. Katanya dia adalah utusan dari Haji Bambang,Dia Supervisi dan auditor" jawab sekretarisnya.
Japra merasa terkejut dan penasaran. Ia tidak tahu apa yang ingin dibicarakan oleh Prayogo, tapi ia merasa bahwa ini mungkin adalah kesempatan untuk menyelamatkan proyek tersebut.
"Baik, silakan tunggu Di Ruang tamu kantor,saya selesaikan rapat ini,lalu nanti saya temui." kata Japra kepada sekretarisnya.
Sekretarisnya kemudian kembali keluar menemui Prayogo untuk Suruh menungguJapra.
Setengah jam kemudian Rapat pun usai, Japranbergegas ke Ruang tamu untuk menemui Prayogo. Japra memandang Prayogo dengan mata yang tajam, mencoba untuk membaca apa yang ada di pikiran orang tersebut.
"Selamat pagi, Pak Japra," kata Prayogo dengan senyum yang ramah. "Saya Prayogo, utusan dari Haji Bambang. Kami ingin membicarakan tentang proyek penambangan uranium tersebut yang Lagi Carut marut."
"Kamu.?" Prayogo terkejut,
Japra tak habis fikir bahwa yang datang adalah prayogo yang setahun Lalu dia Hianati.
"Iya,Anda tidak salah,ini prayogo yang dulu mati matian mendapatkan proyek yang sekarang kau nikmati Sendiri. tapi gak apa apa Pra. ! Ini mungkin jadi Rejeki mu,walaupun cara mu salah. tetapi yang jelas kita bermitra. kau eksekutornya dan Akulah Supervisi,monitoring dan Auditor mu dan PT.Tirta handayani Sejahtera." Jawab prayogo Santai.
Japra merasa semakin pusing ketika ia menyadari bahwa Prayogo telah datang dengan tujuan untuk bermitra dengan PT Tirta Handayani. Ia tidak bisa percaya bahwa nasibnya telah membawanya ke situasi ini, di mana ia harus bekerja sama dengan orang yang dulu merupakan orang yang telah ia hianati.
Prayogo, dengan senyum yang ramah, mulai menjelaskan rencana kerja samanya dengan PT Tirta Handayani. Japra mendengarkan dengan hati yang berat, merasa bahwa ia tidak memiliki pilihan lain selain menerima tawaran Prayogo.
"Japra, saya tahu kita memiliki masa lalu yang tidak baik," kata Prayogo, "tapi saya percaya bahwa kita bisa bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kami ingin membantu PT Tirta Handayani untuk meningkatkan kinerja dan memenuhi ekspektasi perusahaan Haji Bambang."
Japra merasa bahwa ia tidak bisa menolak tawaran Prayogo, karena ia tahu bahwa PT Tirta Handayani sejahtera membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan proyek penambangan uranium tersebut. Ia hanya bisa berharap bahwa kerja sama dengan Prayogo tidak akan membuat situasinya menjadi lebih buruk.
"Sesuai kesepakatan Kemarin yang Pernah saya Ajukan dulu sebelum saya Gabung ke PT Haji Bambang, Pt Tirta Handayan Sejahtera Bersedia Menjadi pengelola,baik Penambangan,pengolahan dan Distribusi. Sesangkan Pt Haji Bambang menerima Barang setengah jadi dari Pt Tirta Handayani Sejahtera untuk di jadikan bahan utama Atau bahan baku. terapi secara kerja Pt Tirta Handayani Masih Berada dalam pengawasan Kami Pt Haji Bambang, Maka Dari itu, Saya di utus Untuk Memonitoring, merevisi,mengevaluasi dan mengaudit Pt Tirta handayani Sejahtera. Faham PAK JAPRA ?" Kata Prayogo menjelaskan.
Japra merasa semakin tidak nyaman ketika ia menyadari bahwa Prayogo telah ditugaskan sebagai Supervisi, Monitoring, dan Audit untuk proyek penambangan uranium PT Tirta Handayani.
"Jadi,Pak Prayogo, kamu akan bertugas untuk memantau dan mengaudit kinerja kami?" tanya Japra dengan nada yang tidak sabar.
"Benar, Pak Japra," jawab Prayogo dengan senyum yang ramah.
"Saya akan memastikan bahwa proyek ini berjalan sesuai dengan rencana dan memenuhi ekspektasi perusahaan Haji Bambang.Kalau memang Kalian tidak bisa ya Sudah Maaf, Kami cari Perusahaan yang Lebih Profesional Dari pada kalian."
Japra merasa bahwa ia tidak bisa menghindari pengawasan Prayogo lagi. Ia harus bekerja sama dengan Prayogo dan memastikan bahwa proyek ini berjalan lancar dan sukses.
"Baik,Pak Prayogo," kata Japra dengan nada yang tidak sabar.
"Saya akan memastikan bahwa kami bekerja sama dengan baik dan memenuhi ekspektasi perusahaan Haji Bambang."
Prayogo tersenyum dan mengangguk. "Saya percaya bahwa kita bisa bekerja sama dengan baik,Pak Japra. Mari kita mulai dari sekarang."
********
Setelah Beberapa Hari bermitra Dengan Pt Tirta Handayani Sejahtera, Prayogo pun Sering Sekali berkunjung ke Proyek tambang Tersebut. Kurang lebih Tim personil Prayogo yang ikut mengawasi proyek tambang tersebut ada 20an orang, Semua menyebar Di lapangan Sesua tugasnya masing masing.
Prayogo pun Secara Formal Dinas sangat baik baik saja karna demi menjaga marwah perusahaan yang ia emban, walaupun di dalam Hati Prayogo ingin rasanya menghabisi nyawa Japra. Begitu pula Si japra juga Sangat terganggu dengan kedatangan prayogo yang sekarang membatasi ruang geraknya.
Suatu ketika Kedua musuh Bebuyutan yang berkamuflase menjadi Mitra pun Pergi ke kantin Proyek.
Mereka berdua Meminum kopi sambil merokok, Japra dengan Keretek Dji Samsu Renvile nya Sedangkan Prayogo Masih Setia dengan Marlboro merahnya. mereka menikmati kopi hitam sambil berbincang
Japra merasa semakin bingung dan tidak percaya ketika ia menyadari bahwa Prayogo, orang yang dulu ia tipu, sekarang menjadi pengawasnya di bidang supervisi, monitoring, dan audit.
"Apa yang terjadi?" tanya Japra kepada dirinya sendiri. "Bagaimana Prayogo bisa menjadi pengawas saya? Apa hubungan antara Prayogo dan Haji Bambang?"
Japra merasa bahwa ia tidak bisa memahami apa yang terjadi. Ia merasa bahwa ia telah ditipu oleh keadaan dan bahwa Prayogo telah berhasil membalas dendamnya.
"Prayogo, Gimana ceritanya ?" tanya Japra kepada Prayogo dengan nada yang tidak sabar. "Bagaimana kamu bisa menjadi pengawas saya?"
Prayogo tersenyum dan mengangguk. "Saya memiliki hubungan yang baik dengan Haji Bambang, Japra. Saya telah bekerja sama dengan beliau selama bertahun tahun dan telah membantu beliau dalam beberapa proyek."
Japra merasa bahwa ia tidak bisa percaya apa yang didengarnya. Ia merasa bahwa Prayogo telah berbohong kepadanya dan bahwa ia tidak bisa mempercayai Prayogo Begitu Saja.
Prayogo mengambil napas dalam-dalam sebelum memulai ceritanya.
"Setelah kamu menghianatiku, Japra, aku merasa seperti telah jatuh ke dasar jurang.Tuhan masih Sayang Saya saya. aku tidak menyerah. Aku bangkit dan mencari cara untuk mengatasi keterpurukan ku."
"Aku mulai dengan melobi sana-sini, mencari orang-orang yang bisa membantuku. Perjalananku tidaklah mudah, Japra. Aku harus menghadapi banyak rintangan dan tantangan. Tapi aku tidak menyerah."
"Aku terus berjuang dan berusaha, sampai akhirnya aku bertemu dengan Haji Bambang. Aku tahu bahwa beliau adalah orang yang berpengaruh dan berkuasa, jadi aku memutuskan untuk mendekatinya."
"Tapi, seperti yang kamu tahu, Japra, Haji Bambang tidaklah mudah untuk percaya. Aku harus membuktikan diriku kepada beliau, membuktikan bahwa aku adalah orang yang bisa dipercaya dan diandalkan."
"Aku menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk membuktikan diriku kepada Haji Bambang. Aku melakukan banyak hal untuk membantu beliau, dan akhirnya, beliau mempercayai aku."
"Dan sekarang, Japra, aku berada di sini, sebagai pengawas kamu.Aku sekarang telah Sukses,Kamu Berada di naunganku, bukannya aku Dendam Dengan mu ,Tetapi aku akan memastikan bahwa kamu tidak akan pernah menghianatiku lagi."
Japra merasa terkejut dan terancam oleh kata-kata Prayogo. Ia tidak menyangka bahwa Prayogo akan begitu tegas dan tidak kompromi.
"Apa... apa yang kamu maksud?" tanya Japra dengan nada yang tidak stabil.
"Kamu tahu apa yang aku maksud, Japra," jawab Prayogo dengan nada yang tegas. "Aku telah diberi kepercayaan oleh Haji Bambang untuk mengawasi kamu, dan aku tidak akan membiarkan kamu melakukan kesalahan dan Penghianatan lagi."
"Jadi, aku Peringatkan kamu untuk tidak Berbuat Curanf dengan Cara licik yang bisa membuat aku kecewa. Kalau kamu Ingkar Dan terbukti,saya pastikan nilai kontakmu dengan Haji Bambang selama 10 tahun diputus, maka kamu harus melakukan apa yang aku katakan."
"Iya, Aku Tau, Aku akan berusaha tunduk padamu Go.!. Karna aku juga sudah di SP 1 oleh Mr Ferdinan,aku tidak akan bermacam macam padamau." Jawab Japra.
"Semoga ucapan mu mewakili hati mu,bukan omong kosong bualan tipu muslihatmu" kata prayogo
Japra merasa bahwa ia tidak memiliki pilihan lain selain mematuhi perintah Prayogo. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bekerja sama dengan Haji Bambang dan mempertahankan nilai kontaknya yang berharga.