NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 24.

Sean's Pov.

Dia hamil? Harusnya aku bahagia. Tapi, kebalikannya justru aku rasakan. Saat kami baru pertama kali melakukannya, aku sengaja memberikan dia pil kontrasepsi untuknya dan memintanya untuk meminumnya secara rutin untuk menunda kehamilannya. Aku tidak memiliki maksud buruk. Aku sudah pernah merasakan akan menjadi ayah setelah mendengar kabar Arinka mengandung darah dagingku. Beberapa bulan kemudian aku kehilangan Arinka karena kehamilannya. Aku tidak ingin kehilangan orang yang kusayangi lagi.

Tapi, saat aku menemukan Arinka masih hidup, seharusnya kehamilan Fany tidak perlu kutakutkan. Hanya saja hatiku tidak bisa memilih salah satu dari mereka saat ini. Jika Fany hamil sama saja aku menyakiti hati Arinka. Sampai saat ini aku masih sangat mencintai Arinka. Tapi, aku juga tidak bisa meninggalkan Fany.

Dua minggu yang lalu, aku dan Arinka kembali dipertemukan secara tidak sengaja di sebuah mini bar saat aku datang di undangan teman lamaku. Aku tidak menyangka bahwa Arinka bekerja di sana sebagai seorang pengantar minuman.

Aku senang, aku bahagia saat itu. Aku sempat memeluknya dan mencium bibirnya sama seperti setiap kali kami bertemu saat kami berpacaran dulu. Aku merindukannya, aku butuh dirinya, pelukannya dan semua yang ada padanya. Begitu pula dengan dia yang begitu senang bisa bertemu dengan ku.

Ia mengatakan bahwa selama ini ia terpaksa pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya dan memanipulasi tentang kematiannya karena ia merasa kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa mempertahankan kehamilannya, ia keguguran saat itu. Dan aku mengerti akan perasaan bersalahnya. Sampai sejauh ini, aku tidak bisa membencinya meskipun ia sudah berbohong kepadaku.

Aku tidak tahu bagaimana aku harus memperlakukan Fany sekarang. Yang jelas aku masih bingung dengan perasaanku. Mana yang harus kupilih? Wanita yang tengah mengandung anakku atau wanita yang selama ini mengisi ruang terdalam di hatiku?

Aku tahu mungkin semua wanita akan mengutukku jika aku memilih Arinka. Tapi, perasaanku terhadap Arinka sudah terlanjur besar dan tidak bisa untuk ku hapus lagi. Dan aku juga tahu bahwa aku tidak bisa memiliki keduanya sekaligus. Aku garis memilih salah satu di antara mereka dan menyakiti perasaan salah satu dari mereka.

"Fany, wajahmu pucat sekali. Apa kau sakit?" Tubuhku menegang mendengar suara seorang pegawai pria sedang bertanya pada Fany tentang kondisinya. Fany datang bekerja sementara mungkin saja tubuhnya butuh istirahat. Bagaimana aku harus menyikapinya. Aku tidak bisa langsung menunjukkan kepedulianku padanya. Aku takut jika aku semakin dalam terlibat perasaan dengannya.

Aku khawatir jika suatu saat aku harus meninggalkannya dia akan merasa lebih tersakiti. Tapi, aku juga tidak bisa membiarkannya seperti itu.

"Tidak apa-apa. Aku sudah minum obat. Sebentar lagi juga tidak apa-apa. Aku hanya anemia saja." Terdengar suara Fany menjawab dengan begitu santai. Aku tahu dia butuh istirahat. Tapi, ia masih memaksakan diri untuk pergi bekerja. Aku harus memikirkan cara untuk membuatnya berhenti dari pekerjaannya.

.......

Aku tidak sengaja meninggalkan ponselku di rumah sedangkan Fany juga tidak membawakannya untukku, mungkin karena ia tidak melihat ponselku yang tertinggal. Aku baru sampai di rumah beberapa menit setelah jam makan malam berlalu. Kulihat Fany juga sudah menghabiskan menu makan malamnya sendiri. Setidaknya wanita itu masih peduli dengan keadaan tubuhnya.

Kulihat ponselku masih dalam posisi semula artinya Fany memang tidak menyentuh ponselku. Kulihat ada sebuah pesan dari Arinka. Dia ingin aku menemuinya di tempat paling bersejarah bagi kami, dimana kami melakukan hubungan suami istri. Aku harus menemui Arinka, sudah lama sekali aku berpisah dengannya dan rasanya aku ingin melepaskan rasa rinduku padanya.

Fany masuk ke dalam kamar sementara aku masih duduk dengan ponsel di genggamanku. Kulihat Fany memang berbeda dari biasanya. Tatapan wajahnya lebih datar dari biasanya. Dia terlihat begitu acuh padaku. Entah aku harus senang atau tidak, aku tidak tahu.

Fany berbaring di sisi lain dari ranjangku, kemudian tidur seakan tidak ada apa-apa. Setelah ia benar-benar tertidur, aku pergi keluar dari kamar. Maafkan aku Fan. Aku belum bisa jujur pada diriku sendiri. Aku belum bisa memilih antara kau dan Arinka. Aku bodoh dan aku idiot, aku tidak tahu bagaimana keluar dari masalah ini.

......

Author's POV.

Wanita yang menunggunya hampir satu jam lamanya itu pun melompat kegirangan melihat Sean datang. Sudah bertahun - tahun mereka terpisah dan dipertemukan kembali dengan status Sean yang berbeda.

"Akhirnya kamu datang. Kupikir kau tidak akan datang." Ujar Arinka sambil mengalungkan lengannya ke leher Sean.

"Mana mungkin aku tidak datang. Aku bahkan sangat merindukanmu. Melebihi kau merindukanku." Jawab Sean.

"Kau mana tahu seberapa besar rasa rinduku padamu." Cibir Arinka.

"Tentu saja aku tahu." Jawab Sean.

"Jangan menggombal! Pasti sudah ribuan wanita yang mendapat gombalanmu." Ujar Arinka sambil melepaskan pelukannya. Kemudian ia menarik Sean menuju ke ranjang dan duduk berduaan. "Sean, selama kita berpisah, apa sudah ada wanita yang berhasil menggodamu?" Tanya Arinka. Sean agak menegang mendengar pertanyaan Arinka.

"Mana mungkin ada wanita yang semenarik kamu? Digoda seperti apapun. Aku tidak akan terpengaruh." Jawab Sean.

"Yang benar?" Tanya Arinka. Sean mengangguk. "Aku khawatir saja suatu hari nanti, ada seorang ibu-ibu muda yang melabrak aku dan menuntut ku sebagai pelakor." Kata Arinka.

"Itu tidak akan terjadi, Rin." Ucap Sean.

"Jika itu terjadi bagaimana?" Tanya Arinka.

"Aku akan meninggalkannya untukmu." Jawab Sean seakan tidak ada wanita lain di dalam hidupnya. Selama bersama Arinka, Sean melupakan Fany yang sedang mengandung buah hatinya. Sungguh Sean memang pria kejam yang beruntung mendapatkan cinta dari dua wanita sekaligus

"Kau sendiri yang bilang. Jangan sampai ingkar!" Kata Arinka.

"Langsung saja, kenapa kamu memanggilku kesini?" Tanya Sean.

"Kita sama-sama saling rindu. Tidak ada salahnya kita menghabiskan malam berdua." Ujar Arinka. Wanita itu mendorong pelan tubuh Sean hingga pria itu terbaring di ranjang. Kemudian Arinka sengaja duduk di kedua paha Sean dengan menghadap ke arah pria itu sambil menggodanya.

"Kenapa?" Tanya Sean.

"Apa maksudmu?" Tanya Arinka bingung.

"Kenapa harus melakukan ini untuk memuaskan rasa rindu?" Tanya Sean.

"Karena hanya dengan ini, aku bisa merasakan cintamu." Jawab Arinka. Kemudian Sean duduk dan menggulingkan Arinka di sampingnya, ia merubah posisinya dan menekan tubuh Arinka dengan menindinya. "Aku tahu kau juga merindukanku. Kau juga menginginkanku, kan Sean?" Ujar Arinka.

"Lebih dari yang kau pikirkan. Aku sangat ingin." Ucap Sean kemudian ia mencium bibir Arinka dengan lembut dan cukup lama. "Tapi, kita tidak bisa melakukan ini." Lanjut Sean setelah mengakhiri ciumannya. Ia beranjak dan menciptakan jarak antara tubuh mereka.

"Kenapa tidak bisa? Kita sama-sama saling mencintai satu sama lain." Tanya Arinka.

"Aku tidak ingin mengulang kesalahan untuk kedua kali." Jawab Sean.

"Ya ampun, kamu masih berfikir bahwa aku mengalami kesulitan karena yang lalu itu?" Tanya Arinka. Sean diam. Bukan itu yang Sean pikirkan sekarang. Yang ada di dalam pikiran Sean saat ini adalah Fany dan bayi mereka. "Aku baik-baik saja sampai sekarang. Apa yang kau khawatirkan?" Tanya Arinka.

"Tidak Rin." Jawab Sean. Ia tidak berani mengatakannya sekarang. Ia tidak mungkin menyakiti perasaan Arinka yang sudah lama menunggunya.

"Sean, please!" Ucap Arinka memohon seperti seorang wanita murahan yang ingin segera ditiduri oleh pria hidung belang.

"Tidak, Rin. Jika tidak ada yang lain aku akan pergi." Ucap Sean sambil berdiri hendak meninggalkan Arinka.

"Sean. Kau sudah berubah." Ujar Arinka.

"Aku tahu." Jawab Sean acuh kemudian meninggalkan kamar hotel itu. "Aku tahu, Rin. Aku memang sudah berubah. Aku bukan Sean yang dulu lagi. Aku adalah Sean yang telah menghianatimu." Lanjut Sean dalam hati.

Sean memutuskan untuk pulang. Ia tidak bisa terus bersama Arinka sekarang jika di dalam pikirannya, ia masih memikirkan Fany. Ia takut jika ia sampai lupa diri dan menimbulkan masalah.

........

Sean langsung masuk ke kamarnya begitu ia sampai. Ia agak terkejut melihat Fany yang duduk sambil memangku sebuah laptop dan tampak sedang serius memperhatikan layar.

"Kamu belum tidur?" Tanya Sean. Ia sadar bahwa selama beberapa hari ini sudah mengabaikan Fany.

"Sebentar lagi selesai." Ucap Fany singkat. Kemudian Sean mengambil alih laptopnya dan meletakkannya di meja.

"Berhentilah bekerja! Kau harus istirahat!" Ucap Sean.

"Hanya beberapa menit lagi, aku akan tidur." Jawab Fany datar.

"Bukan. Bukan itu maksudku. Kamu berhentilah bekerja di kantor!" Ujar Sean.

"Kenapa? Agar aku tidak bisa memergokimu berselingkuh?" Tanya Fany sinis. Ia sudah akan menangis saat mengatakannya tapi ia berusaha mati-matian untuk menahannya.

"Tidak, Fan. Bukan seperti itu." Sanggah Sean.

"Lalu apa? Kau pergi mengendap-endap dan pergi ke hotel ***** menemui wanita mana lagi?" Tanya Fany akhirnya.

"Fan. Kamu tahu?" Tanya Sean gelagapan.

"Aku tahu." Jawab Fany meskipun ia belum tahu siapa wanita yang memanggil suaminya dengan panggilan sayang itu.

"Fan. Dia Arinka. Dia masih hidup." Ucap Sean membuat Fany kaget dan tidak menyangka hari ini akan tiba.

"Kau akan meninggalkanku?" Tanya Fany.

"Tidak." Jawab Sean.

"Jadi, kau akan meninggalkannya?" Tanya Fany lagi. Sean menggeleng. "Bagus, kau akan mempermainkan dua wanita sekaligus. Tapi, kau jangan senang dulu karena aku tidak mau kau permainkan." Ujar Fany.

"Fan." Tegur Sean pelan. Ia menarik Fany ke dalam pelukannya. "Aku tidak akan membiarkanmu pergi." Ucap Sean lagi seakan ia meyakinkan Fany bahwa ia masih membutuhkannya.

"Kau tidak bisa memiliki kami secara bersamaan. Kau harus memilih!" Ucap Fany meronta di dalam pelukannya.

"Bantu aku, Fan!" Ucap Sean.

"Aku tidak bisa membantumu. Aku tidak bisa Sean. Aku mana mungkin mau membantumu." Ujar Fany.

"Bantu aku untuk yakin bahwa aku harus memilihmu." Ucap Sean.

"Sean. Lepaskan aku!" Ucap Fany tidak tahan lagi menahan air matanya. Begitu Sean melepaskan pelukannya, Fany berlari ke kamar mandi dan menutup pintu kamar mandinya.

"Fan." Gumam Sean pelan. Ia tahu pasti bahwa hati Fany sekarang hancur karena dirinya. Sekarang apa yang harus ia lakukan. Ia sudah menyakiti Fany, dan mungkin beberapa waktu lagi, ia juga akan melukai Arinka. Bukan tidak mungkin ia akan kehilangan keduanya secara bersamaan.

Bersambung....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
Queisha Calandra: terimakasih....!❣️❣️❣️❣️
total 1 replies
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!