NovelToon NovelToon
Magang Di Hati Bos Muda

Magang Di Hati Bos Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Teen School/College / CEO / Romansa
Popularitas:10
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Satu kesalahan di lantai lima puluh memaksa Kirana menyerahkan kebebasannya. Demi menyelamatkan pekerjaan ayahnya, gadis berseragam putih-abu-abu itu harus tunduk pada perintah Arkan, sang pemimpin perusahaan yang sangat angkuh.
​"Mulai malam ini, kamu adalah milik saya," bisik Arkan dengan nada yang dingin.
​Terjebak dalam kontrak pelayan pribadi, Kirana perlahan menemukan rahasia gelap tentang utang nyawa yang mengikat keluarga mereka. Di balik kemewahan menara tinggi, sebuah permainan takdir yang berbahaya baru saja dimulai. Antara benci yang mendalam dan getaran yang tak terduga, Kirana harus memilih antara harga diri atau mengikuti kata hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Cahaya di Balik Lumpur

Suara ledakan kecil itu segera diikuti oleh semburan api biru yang menjalar cepat di atas permukaan meja kayu yang sudah lapuk. Lantai ruangan beton tersebut bergetar hebat, meruntuhkan langit-langit yang menjatuhkan debu serta kerikil tajam ke arah kepala mereka. Arkananta mendekap tubuh Kirana dengan sangat erat, melindunginya dari serpihan kayu yang beterbangan seperti anak panah yang lepas dari busurnya.

"Lari ke arah lorong air sekarang juga, jangan menoleh ke belakang!" teriak Indra sambil melepaskan beberapa tembakan ke arah tangki bahan peledak cair lainnya.

Tembakan itu sengaja dilakukan untuk menciptakan tabir api yang menghalangi pengejaran pria penculik bertato naga tersebut. Mereka bertiga melompat ke dalam sebuah lubang pembuangan yang dipenuhi oleh lumpur hitam yang sangat dingin dan berbau karat yang menyengat. Kirana merasakan tubuhnya merosot tajam di dalam pipa beton yang miring, meluncur menuju kegelapan yang lebih dalam dan tidak berujung.

"Pegang tangan saya, Kirana! Jangan sampai kita terpisah di dalam aliran air ini!" seru Arkananta dengan suara yang timbul tenggelam di antara gemuruh air terjun bawah tanah.

Kirana menggapai-gapai di tengah kegelapan total, jemarinya akhirnya menemukan pergelangan tangan Arkananta yang sangat kokoh dan hangat. Mereka jatuh terhempas ke dalam sebuah kolam air payau yang dangkal namun dipenuhi oleh bebatuan sungai yang sangat licin. Kirana terbatuk-batuk, mencoba mengeluarkan air yang sempat masuk ke dalam paru-parunya sambil meraba-raba saku seragamnya untuk memastikan buku catatan ibunya masih ada.

"Syukurlah, bukunya masih aman, meskipun sampulnya sedikit basah terkena air sungai tadi," bisik Kirana dengan nada bicara yang penuh dengan rasa lega yang sangat besar.

Indra muncul dari balik tirai air dengan obor darurat yang sudah menyala, menerangi ruangan gua yang dipenuhi oleh stalaktit yang menggantung indah. Cahaya obor tersebut memantul pada dinding gua yang basah, menciptakan siluet yang menari-nari dan memberikan kesan magis di tengah situasi yang genting. Arkananta membantu Kirana berdiri, meskipun ia sendiri harus menahan rasa perih pada luka di punggungnya yang kembali terbuka dan berdarah.

"Kita tidak punya banyak waktu, ledakan tadi pasti sudah memicu longsoran tanah di permukaan hutan jati itu," ujar Indra sambil mengamati retakan di langit-langit gua.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan merangkak melewati celah sempit yang hanya cukup dilewati oleh satu orang dewasa secara bergantian. Kirana berada di tengah, ia bisa merasakan embusan angin segar yang mulai masuk melalui celah-celah batu yang menandakan lubang keluar sudah dekat. Namun, langkah mereka terhenti saat melihat sepasang mata merah yang sedang mengawasi dari balik kegelapan sudut gua yang paling ujung.

"Siapa di sana? Tunjukkan dirimu atau saya akan menembak tanpa peringatan apa pun!" gertak Indra sambil mengarahkan moncong senjatanya ke arah bayangan tersebut.

Sesosok pria tua dengan pakaian compang-camping keluar dari bayangan, ia membawa sebuah lentera minyak kuno yang cahayanya sudah mulai meredup. Pria itu menatap Kirana dengan pandangan yang sangat nanar, seolah ia baru saja melihat hantu dari masa lalu yang bangkit kembali. Ia menjatuhkan lenteranya hingga minyaknya tumpah ke atas tanah, menciptakan kobaran api kecil yang menerangi wajahnya yang penuh dengan kerutan luka.

"Putri dari Sekar... kamu benar-benar sangat mirip dengan ibumu saat dia masih menjadi penari di keraton dulu," ucap pria tua itu dengan suara yang sangat bergetar hebat.

Kirana tertegun, ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan orang yang mengenal masa lalu ibunya di tempat terpencil dan berbahaya seperti ini. Arkananta melangkah maju untuk melindungi Kirana, ia menatap pria tua itu dengan penuh kecurigaan karena tidak ingin terjebak dalam tipu muslihat lagi. Keheningan yang sangat mencekam kembali menyelimuti mereka, hanya suara tetesan air dari langit-langit gua yang terdengar memecah kesunyian malam.

"Siapa Anda sebenarnya? Apa hubungan Anda dengan kelompok naga hitam yang sedang mengejar kami sekarang?" tanya Arkananta dengan nada suara yang sangat tajam dan dingin.

Pria tua itu tertawa pahit, ia menjelaskan bahwa dirinya adalah mantan penjaga gudang warisan yang telah dikhianati dan dibuang ke dalam labirin ini. Ia memberikan sebuah kunci kuno yang terbuat dari tembaga murni kepada Kirana, kunci yang selama ini dicari-cari oleh Bagas untuk membuka rahasia besar keluarga. Kirana menerima kunci tersebut dengan tangan yang gemetar, menyadari bahwa takdirnya kini sudah tidak bisa lagi diputar balik ke masa lalu yang tenang.

"Gunakan kunci ini untuk membuka pintu rahasia di bawah menara tinggi, di sana kebenaran tentang kematian orang tuamu tersimpan rapi," bisik pria tua itu sebelum ia menghilang kembali ke dalam lubang gelap.

Tiba-tiba, suara deru mesin helikopter terdengar sangat jelas dari arah luar celah gua, menandakan bahwa pasukan Bagas sudah menyisir wilayah muara sungai. Cahaya lampu sorot yang sangat terang menyapu permukaan air, mencari keberadaan mereka di antara rimbunnya tanaman bakau yang tumbuh liar. Arkananta menarik Kirana untuk segera menyelam ke dalam air agar mereka tidak terdeteksi oleh radar panas yang dipasang di helikopter tersebut.

"Tahan napasmu, Kirana, kita harus berenang melewati akar bakau ini sejauh mungkin sampai ke dermaga tua di seberang sana," perintah Arkananta.

Mereka menyelam bersama-sama, merasakan dinginnya air sungai yang meresap ke dalam pori-pori kulit mereka yang sudah sangat lelah. Di bawah permukaan air, Kirana melihat cahaya lampu sorot yang terus menembus kegelapan air seolah sedang mencari nyawa mereka. Jantung Kirana berdegup sangat kencang, oksigen di dalam paru-parunya mulai menipis sementara dermaga yang dituju masih tampak sangat jauh di depan sana.

Saat Kirana hampir kehilangan kesadarannya karena kehabisan napas, sebuah tangan besar menariknya muncul ke permukaan air di bawah kolong dermaga yang gelap. Namun, saat mereka berhasil naik ke atas kayu dermaga yang sudah rapuh, moncong senapan otomatis sudah menunggu tepat di depan kening Arkananta. Bagas berdiri di sana dengan senyuman kemenangan yang sangat memuakkan, dikelilingi oleh puluhan pengawal bersenjata lengkap yang siap menembak kapan saja.

"Permainan berakhir di sini, Arkananta, sekarang serahkan kunci tembaga dan buku catatan itu atau gadis ini akan menjadi santapan buaya muara!" ancam Bagas dengan tawa yang menggelegar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!