After Returning

Damien berdiri terlalu lama di walk-in closet, menatap deretan pakaian pakaian Sera yang masih tergantung rapi. Aromanya samar tapi dikenalnya dengan baik. Tangannya terangkat sejenak, lalu berhenti di udara, seolah ragu untuk menyentuh.

Ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia hanya memastikan sesuatu, bahwa ini sekadar kebiasaan. Namun matanya terus tertahan pada sisi lemari yang tidak berkurang isinya. Sepi.

Sudah satu Minggu sejak Sera keluar dari rumah ini, sudah satu Minggu pula Damien tidak melihatnya. Sera tidak pernah lagi muncul di depan Damien seperti yang Damien minta.

Ada dorongan kecil di dadanya yang tidak nyaman, tidak ingin diakui. Ia menghela napas, menutup lemari sedikit lebih keras dari yang perlu, lalu berdiri diam beberapa detik. Kerinduan itu ada, jelas, tapi ia memilih menyebutnya sebagai kelelahan. Sesuatu yang akan hilang dengan sendirinya.

Ia berbalik pergi, membawa perasaan yang sama sekali tidak ia sebut dengan nama.

Saat berkaca di meja rias Damien seolah melihat Sera masih duduk di sana seperti kebiasaannya setiap pagi dan malam.

Damien dan Sera sudah saling kenal sejak mereka duduk di sekolah menengah pertama, saat orang tua Sera meninggal dan gadis itu mulai tinggal di rumahnya.

Ia tahu Sera memiliki perasaan padanya, karena itu Damien selalu menjaga jarak darinya. Ia tidak mau Sera berharap lebih.

Setelah Aurel hamil anak pria lain, dan Damien merasa kesempatan untuk kembali bersama sudah tidak ada, Damien memutuskan untuk menghapus perasaannya pada Aurel dan perlahan-lahan mulai menerima kehadiran Sera. Naifnya Damien berpikir perasaan Sera padanya akan bertahan selamanya, tapi ternyata diam-diam dia sudah menjalin hubungan dengan pria lain.

“Kamu nggak sarapan dulu?” Tanya Adelina ketika mereka berpapasan di ruang keluarga.

“Nggak, Ma. Aku ada meeting setengah jam lagi, aku berangkat sekarang.” Damien pamit pada Adelina, dengan mencium sekilas pipi ibunya itu.

“Hati-hati, jangan lupa sarapan.” Pesan Adelina.

“Iya, mama.”

Lalu Damien berangkat ke kantor seperti biasa. Mengangguk tipis saat para karyawan menyapanya, selebihnya Damien memasang wajah datar.

“Ruang meeting sudah siap, Sir. Perwakilan dari Thanos group juga sudah datang. Seperti yang sudah dijadwalkan, meeting akan berlangsung selama tiga jam, mulai dari dua puluh menit lagi.” Di depan ruangannya, Janice, si sekertaris andalannya kembali mengingatkan agenda pagi itu.

“Saya akan kesana lima belas menit lagi,” kata Damien melewati meja Janice hendak masuk ke ruangannya.

“Eum… Sir!”

“Ya?”

“Ada tamu yang ingin bertemu, Nona Aurelia Vale.”

Nama itu membuat Damien yang hendak menarik gagang pintu terhenti, pria itu menatap Janice sebentar dan berkata. “Dimana dia?”

“Ada di ruang tunggu, Sir. Saya menunggu instruksi,” jawab Janice cemas, ia tahu beberapa waktu lalu Damien sudah melarang Satpam untuk tidak membiarkan Aurel masuk, jika Damien tidak senang, ia akan ikut terseret.

“Saya sudah bilang kemarin untuk melarangnya masuk kan?” Tanya Damien dingin.

“I–iya, Sir. Saya akan mengusirnya.”

“Damie, sejak kapan kamu menjadi begitu bias padaku? Aku hanya ingin bicara,” Aurel tiba-tiba saja keluar dari ruang tunggu. Wanita itu melenggok seksi menghampiri Damien.

“Tidak ada yang perlu dibicarakan,” Damien mengabaikan Aurel, segera masuk ke ruangannya.

“Ini soal Sera,” Aurel tersenyum, lalu ikut masuk ke dalam. Ia mengamati sekelilingnya yang masih sama. Dulu, ia sering datang kesini untuk menemani Damien bekerja.

“Saya tidak punya waktu untuk omong kosong.” Damien berbalik, menatap Aurel sinis. “Pergi sekarang.”

“Ini benar-benar soal Ser–”

“PERGI, AUREL! SAYA TIDAK INGIN MENDENGAR NAMA ITU, SAYA JUGA TIDAK MAU MELIHAT WAJAHMU.” Potong Damien keras, lalu mendorong Aurel dengan keras keluar.

“Damien… aku mencintaimu, anak ini bukan kemauanku.” Aurel mulai menangis sambil menahan pintu, tidak membiarkan pintu itu tertutup karena kalau sampai pintu itu tertutup ia tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk bicara dengan Damien.

Damien mengabaikan Aurel, memberi isyarat pada Janice supaya membawa Aurel sejauh mungkin dari ruangannya. Ia ada meeting penting beberapa menit lagi, dan ia tidak mau kehadiran Aurel mengganggunya.